Mubadalah.id – Di seluruh pondok pesantren dan majelis-majelis taklim, perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw selalu diselenggarakan dengan acara membaca Sirah Nabawiyah (sejarah hidup Nabi sejak kelahiran sampai wafatnya).
Membaca Sirah Nabawiyah itu baik dalam bentuk narasi prosais kadang-kadang dengan irama yang khas. (Baca juga: Kemeriahan Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw di Berbagai Negara)
Sebagian lagi sejarah Nabi tersebut mengemasnya dalam bentuk puisi-puisi yang berisi perjalanan hidup Nabi sejak lahir sampai wafat, dan madah-madah (pujian-pujian) atas Nabi.
Ada sejumlah kitab yang kerap membacanya pada momen perayaan Maulid Nabi Saw di pondok pesantren, antara lain, Maulid al-Diba’i, karya Abd al-Rahman al-Diba’i, Qashidah Burdah, karya Muhammad bin Sa’id al-Bushairi.
Kemudian ada kitab, al-Kawakib al-Durriyyah fi Madh Khair al-Bariyyah, yang lebih terkenal sebagai Al-Barzanji, karya Syekh Zain al-Abidin bin Hasan al-Syahrzuri al-Barzanji.
Serta kitab Maulid Syaraf al-Anam, karya Syekh al-Barzanji.
Lebih lanjut, tanggal 12 Rabi’ul Awwal menetapkannya sebagai hari Libur Nasional dan memperingatinya dalam acara resmi negara ketika KH. Abdul Wahid Hasyim, ayah Gus Dur, menjabat sebagai Menteri Agama.
Upacara peringatan pemerintah ini pada awalnya menggelarnya di Istana negara. Pada momen tradisi perayaan Maulid Nabi ini, presiden, wakil presiden, dan para pejabat tinggi negara.
Serta para duta besar negara-negara sahabat hadir bersama ribuan umat Islam dan menyiarkan langsung melalui televisi. []
Sumber tulisan : Buku Merayakan Hari-hari Indah Bersama Nabi Muhammad karya KH. Husein Muhammad.