• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Kepada Hati yang Berpulang Saat Lebaran

Zahra Amin Zahra Amin
12/06/2018
in Aktual
0
lebaran

lebaran

14
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Setiap tahun jelang Lebaran, ada tradisi mudik, pulang ke kampung halaman bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Kebiasaan ini terutama bagi mereka yang merantau ke luar kota, mengukir kesuksesan dan membagi kisah itu bersama keluarga, saudara, kerabat, tetangga dan sahabat sepermainan sewaktu kecil.

Selain menyapa mereka yang masih hidup, juga dibarengi dengan berziarah kepada yang telah berpulang ke asal. Orang-orang terkasih yang dulu begitu dekat dan lekat, satu persatu akan dipanggil menghadapNya.

Itulah makna kepulangan sesungguhnya.

Rasa kehilangan akan begitu terasa di bulan Ramadhan jelang akhir hingga Lebaran tiba. Sebab momentum Hari Raya adalah saat di mana semua keluarga berkumpul bersama.

Kepada hati yang berpulang, melewati banyak rintangan, dengan mengumpulkan rupiah demi rupiah selama satu tahun agar bisa merayakan lebaran di kampung halaman, dan ada cerita yang ingin dibagi untuk bisa dibanggakan di depan keluarga.

Baca Juga:

Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Bersama Ulama dan Guru Perempuan, Bangkitlah Bangsa!

Pada dia yang rela melalui perjalanan panjang, berpuluh-puluh kilometer, melintasi gunung dan lautan hanya demi bertemu dengan orang tua dan orang-orang tercinta.

Namun yang lebih penting lagi selain pertemuan fisik itu, adalah keikhlasan hati untuk saling memaafkan lahir batin satu sama lain, kesalahan yang terlihat maupun yang tak nampak.

Antara orang tua dan anak, suami dan istri, kakak beradik dan antar saudara baik yang dekat maupun jauh. Melepaskan semua rasa benci dan dendam, iri serta dengki yang mewarnai hari-hari di satu tahun terlewati.

Ada hati yang telah berpulang untuk kembali bersih dan suci dari segala noda. Tak hanya tubuh yang telah melampaui perjalanan jauh itu, jiwapun mengalami hal serupa dengan satu bulan penuh menjalani ibadah puasa, menahan diri dari segala hal yang membatalkan, dengan begitu jiwa telah dicuci dari segala hawa nafsu yang membelenggu.

Makna secara sosial, pulang juga dimaknai dengan kembalinya kita pada jiwa yang murni, polos seperti anak-anak yang belum terpapar salah dan dosa.

Dari rasa benci menjadi cinta, dari prasangka menjadi kasih sayang, dan dari dendam menjelma kedamaian. Sebab, aktivitas yang didasari dengan semangat cinta, kasih sayang dan perdamaian menjadi akhir dari kepulangan jiwa sesungguhnya.

Tidak ada perjalanan yang sempurna, kecuali menuju ujung yang membahagiakan. Sedangkan pada kebencian, dendam dan prasangka belum pernah melahirkan rasa bahagia, sebaliknya hanya meninggalkan lebih banyak luka, duka dan kecewa.

Saat kembali dari kampung halaman nanti, menuju ke kota masing-masing, kepada hati yang telah berpulang agar saling mengingatkan untuk tak mudah mengatakan ujaran kebencian, melakukan pelecehan verbal dan fisik, baik di dunia nyata maupun media daring. Lebih mampu mengontrol jari-jari tangan saat menyentuh gawai dari sebaran berita hoax.

Pulang, setidaknya mengubah jiwa yang mulanya penuh amarah menjadi lebih ramah. Tak lagi suka memukul siapa saja yang berseberangan dengannya, namun mulai merangkul setiap menemui perbedaan yang ada.

Terakhir, meminjam catatan Buya Husein Muhammad yang mengutip kalimat indah Maulana Rumi dalam Matsnawi, “Setiap orang yang hidup jauh dari kampung halamannya akan merindukan saat-saat masih berkumpul dengan sanak keluarganya”.

Dalam catatan yang sama Buya juga menulis kutipan syair Abu Tamam, “Sudah berapa banyak rumah di bumi yang disinggahinya. Tetapi rindu dendam selalu pada rumah yang pertama”.

Jadi kepada hati yang tengah melakukan perjalanan, setelah petualangan yang panjang jangan lupa jalan pulang. Sebab, esok tak lagi sama untuk bisa disinggahi, karena jiwa yang telah berubah menjadi lebih baik, kelak yang akan mampu bertahan hingga akhir kehidupan.[]

Tags: bermaafanidul fitriIndonesiakampung halamanlebaranMudikmuslimpulang kampung
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

18 Mei 2025
Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Bersama Ulama dan Guru Perempuan, Bangkitlah Bangsa!

16 Mei 2025
Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

KUPI Gelar Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Seruan Bangkit dari Krisis Kemanusiaan

14 Mei 2025
Media

Media Punya Peran Strategis dalam Mencegah Konflik Akibat Tidak Dipenuhinya Hak Keberagamaan

26 April 2025
Perempuan bukan Tamu di Ruang Publik

Perempuan Bukan Tamu di Ruang Publik

1 April 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

    KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version