Mubadalah.id – Peneliti dan Dosen Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Yulianti Muthmainnah, menegaskan bahwa kepemimpinan perempuan telah menjadi bagian penting dalam sejarah Indonesia jauh sebelum masa kemerdekaan. Hal tersebut ia sampaikan melalui tulisannya yang dipublikasikan di laman Kupipedia.id.
Menurut Yulianti, perempuan Indonesia tidak hanya hadir sebagai pendukung perjuangan, tetapi juga sebagai pemimpin di garis depan perlawanan terhadap penjajahan.
Ia mencontohkan peran Laksamana Keumalahayati atau Malahayati, yang memimpin sekitar 2.000 pasukan Inong Balee dalam pertempuran melawan penjajah Belanda pada akhir abad ke-16.
“Keberhasilan Malahayati mengalahkan Cornelis de Houtman dalam duel di atas geladak kapal menunjukkan bahwa perempuan memiliki kapasitas kepemimpinan militer yang diakui secara formal,” tulis Yulianti.
Selain Malahayati, Yulianti juga menyoroti sosok Cut Nyak Dien dan Cut Nyak Meutia sebagai figur perempuan Aceh yang berperan penting dalam perlawanan bersenjata terhadap kolonialisme. Ketiga tokoh tersebut, menurutnya, menjadi bukti bahwa kepemimpinan perempuan bukan fenomena baru dalam sejarah bangsa.
Yulianti menjelaskan bahwa keterlibatan perempuan dalam perjuangan kemerdekaan tidak lahir dari ruang hampa. Melainkan dari konteks sosial dan budaya yang mengakui peran strategis perempuan dalam kehidupan masyarakat.
Ia menilai, pengakuan terhadap sejarah kepemimpinan perempuan penting untuk meluruskan anggapan bahwa kepemimpinan selalu identik dengan laki-laki.
Menurutnya, narasi sejarah yang inklusif dapat memperkuat pemahaman publik bahwa perempuan memiliki legitimasi historis dalam memimpin.
Melalui Kupipedia.id, Yulianti mendorong agar sejarah kepemimpinan perempuan terus kita angkat sebagai bagian dari pendidikan kebangsaan dan keislaman yang adil.
“Pengabaian terhadap peran perempuan dalam sejarah justru berpotensi mempersempit ruang partisipasi perempuan di masa kini,” tukasnya. []










































