Mubadalah.id – Air Susu Ibu (ASI) adalah satu-satunya harapan bagi ibu untuk memberikan asupan yang steril bagi anaknya. Namun belakangan, kita mulai kehilangan harapan pada ASI akibat kerusakan lingkungan. Sebagai satu-satunya sumber nutrisi, ASI biasanya diberikan kepada bayi sekurang-kurangnya umur 0 – 6 bulan. Pada umur tersebut, anak dalam usia perkembangan yang perlu kita jaga kesehatannya dan berpengaruh signifikan terhadap perkembangan anak selanjutnya. Dalam tumbuh kembang bayi, usia 0-6 bulan adalah usia emas.
Manfaat ASI untuk bayi di antaranya adalah dapat menjaga sistem kekebalan tubuh bayi karena mengandung zat antibodi, sehingga mampu mencegah bayi dari serangan penyakit. ASI juga berdampak terhadap perkembangan otak dan fisik bayi. Berdasarkan beberapa penelitian, ASI dapat membuat anak cerdas serta membangun tubuh bayi yang ideal secara fisik. Hal ini karena kebutuhan nutrisi yang terpenuhi.
Mikroplastik
Sederet manfaat ASI untuk tumbuh kembang bayi, beberapa hari yang lalu kita dikhawatirkan oleh hasil penelitian tentang penemuan mikroplastik yang terkdandung dalam ASI. Hasil penelitian ini terpublikasikan oleh jurnal polymer.
Penelitian mereka lakukan kepada 34 ibu menyusui dalam kondisi sehat dan sampel diambil seminggu setelah ibu melahirkan di Roma, Italia. Penelitian menghasilkan bahwa diantara 34 sampel, 75 di antara mereka ASInya mengandung mikroplastik.
Dalam penelitian ini, peneliti memang tidak menemukan korelasi antara makanan dan minuman berkemasan plastik yang ibu hamil konsumsi dengan kandungan mikroplastik dalam ASI. Namun, penelitian ini menunjukkan bahwa mikroplastik tersebar di lingkungan kita. Baik itu berupa kemasan plastik dari makanan dan produk kosmetik yang kita gunakan ataupun dari kandungan-kandungan makanan nabati yang kita konsumsi.
Mikroplastik pun dapat kita temui dalam kandungan air. Melansir dari CNN Indonesia 08 Agustus 2022, bahwa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan penelitian tentang kandungan mikroplastik di muara sungai menuju teluk Jakarta. Sungai sebagai objek penelitian merupakan tempat pembuangan sampah plastik APD saat covid-19. Terdapat kandungan mikroplastik yang tinggi yakni sekitar 4,29 hingga 23,49 partikel dari 1000 liter air sungai dan rata-rata 9.02 partikel dari 1000 liter air sungai.
Krisis Lingkungan
Dengan begitu, apapun yang kita konsumsi dapat mengandung mikro plastik. Tidak hanya dari sesuatu yang berkemasan plastik, bahkan air dari laut dan ikan dari sungai dapat mengandung partikel-partikel mikroplastik. Apalagi, di tengah krisis lingkungan dan masyarakat masih memiliki literasi lingkungan yang minim, seperti pengelolaan sampah yang baik.
Krisis lingkungan masih kita pandang sebelah mata dan tidak menjadi sektor prioritas yang perlu kita benahi. Meski kebijakan mengarah pada sustainability, namun yang terjadi tidaklah demikian. Isu lingkungan cukup menjadi ikrar yang masih jauh dari harapan.
Masih banyak kita temukan limbah domestik ataupun pabrik yang mengalir ke aliran sungai dan berakhir di laut lepas. Salah satunya adalah sampak plastik yang memiliki berbagai jenis dengan kandungan yang berbeda-beda dan berpengaruh pada kesehatan. Karena bagaimanapun, sumber daya asupan kita tidak jauh dari sumber daya alam di sekitar, seperti laut, sungai, dan lainnya.
Perempuan dan Hak Anak
Kondisi ini sangat mengkhawatirkan perempuan. Secara biologis, perempuan memiliki peran dalam menjamin keberlangsungan anak, seperti memberikan ASI dengan baik. Karenanya, Pola konsumsi perempuan akan berpengaruh terhadap kualitas anak. Jika pola konsumsi perempuan buruk akan menciptakan kerentanan pada anak, begitupun sebaliknya. Sedangkan anak sendiri memiliki hak untuk dilindungi demi keberlangsungan hidupnya.
Anak memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Hak anak tersebut akan terpenuhi jika kebutuhan dasarnya terpenuhi. Kebutuhan dasar anak salah satunya adalah health care yang bisa terjamin sejak dini oleh ibu dan lingkungannya. Salah satu jaminannya adalah mengupayakan pangan yang berkualitas sejak lahir. Dalam hal ini ASI adalah salah satu asupan pangan anak untuk dapat berkembang dengan baik yang kita berikan sejak lahir.
Ditemukannya mikroplastik dalam ASI ibu sehat mengindikasikan bahwa hak perlindungan anak tidak bisa dilakukan secara optimal. Karena kualitas kebutuhan dasar anak dalam hal ini ASI, semakin menurun. Menurunnya kualitas asupan berpengaruh pada kualitas tumbuh kembang anak. Sedangkan tumbuh kembang anak berpengaruh terhadap kualitas generasi sebagai human resources suatu negara.
Tanggung Jawab Bersama
Dengan begitu, kualitas anak adalah tanggung jawab bersama. Bisa melakukannya dengan menjaga lingkungan dengan baik. Kasus mikroplastik semoga semakin membuat kita waspada dan berhati-hati. Kasus ini adalah bentuk kegagalan manusia menjaga lingkungan yang berdampak pada kualitas generasi. Krisis lingkungan telah membuat kita kehilangan kebutuhan dasar seperti udara dan air bersih dan pangan yang aman dan berkualitas.
Kasus yang pernah terjadi di Jerman perlu menjadi refleksi bersama. Bagaimana peristiwa Chernobyl dengan pencemaran radioaktif membuat ibu-ibu tidak mau memberikan ASI kepada anaknya lebih dari tiga bulan. Bisa jadi, yang terjadi di Jerman adalah gambaran masa depan ibu-ibu kita jika kondisi lingkungan terus demikian. Kerusakan lingkungan akan membawa dampak berkepanjangan.
Oleh karena itu, penulis berharap perbaikan kita lakukan tidak hanya di tataran akar rumput. Namun juga membentuk kebijakan dengan berdasarkan environment approach (pendekatan lingkungan). Kerusakan lingkungan yang berdampak pada ASI seperti kekerasan tak kasat mata yang manusia lakukan pada anak-anak. Maka menjaga lingkungan, menjaga generasi. Wallahu a’lam. []