Mubadalah.id – Kesadaran gender adalah kesadaran untuk membedakan antara laki-laki dan perempuan secara sosial. Karena secara sosial, maka, menurut Lies Marcoes, aktivis dan pakar gender, relasi gender tidak hanya sebatas antara mereka yang secara biologis laki-laki dengan perempuan. Melainkan juga relasi sosial antar laki-laki dan antar perempuan
Membincang gender dalam wacana Islam sering dituduh kebarat-baratan. Hal itu bermula dari keyakinan kesadaran adanya pembedaan antara laki-laki dan perempuan secara sosial berasal dari Barat. Dan kata gender sendiri berasal dari Barat. Semula penulis pun berpikir seperti itu.
Namun, setelah menyadari bagaimana sistem bahasa Arab beroperasi, membuat penulis berubah pikiran.
Mari bandingkan dengan bahasa Jawa. Orang tidak mungkin bicara bahasa Jawa dengan tepat tanpa mengetahui sistem kelas sosial, sebab sistem ini melekat dalam setiap kata.
Bahasa Jawa memiliki tiga kategori kata untuk makna yang sama ngoko (kelas bawah), madya (kelas menengah), dan inggil (kelas atas), contoh: lungo, kesah, tindak untuk kata pergi Dari sini kita bisa simpulkan bahwa cara pandang dunia masyarakat Jawa adalah kelas sosial.
Nah, tahukah cara pandang dunia masyarakat Arab itu apa? Bahasa Arab tidak ditentukan oleh konsep kelas sosial. Melainkan oleh konsep mudzakar dan muannats, yakni konsep laki-laki dan perempuan.
Semua kata dalam bahasa Arab kalau tidak laki-laki (mudzakar) pasti perempuan (muannats). Seperti kelas sosial dalam bahasa Jawa, mudzakar dan muannats juga melekat dalam setiap kata (benda, kerja, ganti, sambung, sifat, tunjuk).
Tidak terbatas pada makhluk biologis yang punya alat kelamin, tapi juga benda mati yang jelas-jelas tidak punya alat kelamin, seperti kursiy alias kursi itu laki-laki (mudzakar), sabburah (papan tulis) itu perempuan (muannats). Jadi, mudzakar dan muannats di sini adalah jenis kelamin sosial alias gender.
Nah, istilah gender konon baru muncul di abad 20, yakni setelah 1900-an. Sejak itu, kita diajak untuk membedakan antara laki-laki dan perempuan secara biologis yang disebut jenis kelamin, dengan perbedaan antara keduanya secara sosial yang disebut gender.
Sementara itu, bahasa Arab yang mengandung sistem pembedaan antara laki laki dan perempuan secara sosial telah ada jauh sebelum kata gender muncul.
Barat
Tentu saja kata gender berasal dari Barat dan ini adalah temuan konsep yang sangat penting. Kita kemudian sadar, tidak semua perbedaan laki laki dan perempuan bawaan lahir alias Tuhan yang menentukan (perbedaan biologis). Ada juga perbedaan yang berasal dari manusia, yaitu gender.
Sekarang kita tahu, meskipun Barat lebih dulu menemukan konsep gender, tetapi kesadaran untuk membedakan antara laki-laki dan perempuan secara sosial, jelas Arab jauh lebih dulu daripada Barat, bahkan lebih ketat.
Sekali lagi ini soal kesadaran. Bahwa semua masyarakat membedakan antara laki-laki dan perempuan secara sosial tentu saja betul. Tetapi secara sadar membedakan antara keduanya, bahkan menjadi pandangan dunia masyarakatnya, tidak semua masyarakat memilikinya.
Tentu saja kesadaran secara sosial yang memperlakukan laki-laki dan perempuan secara adil itu beda kisah. Lagi-lagi menarik untuk bertanya, kesadaran keadilan gender, lebih dulu Barat atau Arab?
Pertanyaan ini bukan untuk adu keren, tapi untuk menelusuri jejak keadilan gender Islam. Apakah berasal dari luar atau dari dalam tradisi Islam sendiri. []