Mubadalah.id – Suatu waktu, kita mungkin pernah mengalami kondisi di mana pikiran sedang kalut. Hati bergemuruh tak keruan. Segala sesuatu seperti tampak semrawut. Semua orang terlihat sibuk dengan kepentingannya masing-masing, seperti pada menjauh dan acuh tak acuh.
Hidup seperti telah sampai pada satu titik: melelahkan! Lelah yang membuat tubuh kita menjadi ringkih. Langkah kaki sangat tertatih. Pikiran berkecamuk, hati nurani merintih. Lidah terasa pahit, tak enak makan dan minum. Dadapun sesak semakin menghimpit. Semua virus-virus negatif berkumpul: kesal, marah, muak dan semua itu melelahkan.
Ya Allah, aku lelah. Sampai tak terasa air mata terus mengucur. Entah siapa yang mengerti betapa hidupnya terasa hancur. Meratapi impian-impian indah bersama orang-orang yang dicintai semakin jauh dari harapan. Ingin rasanya mengakhiri hidup saja. Kondisinya terasa begitu-begitu saja. Membosankan, menjenuhkan. Kehidupan terasa semakin absurd. Janggal dan tak dimengerti apa maksud dari semua ini. Semuanya hampir di luar dugaan. Hidup ini terasa hambar, ada “sesuatu” yang entah hilang ke mana, sampai membuat kita betul-betul terjatuh.
Wujuduhu ka’adamihi: adanya seperti tidak adanya. Hidup segan, matipun enggan. Padahal mungkin kita telah berusaha sekuat tenaga menyembunyikan kemuakan dan ketersungkuran ini. Dalam aktivis sehari, di lingkungan rumah, di tempat kerja, kita tetap berusaha tersenyum, menyapa setiap orang meskipun dalam keterpaksaan, semuanya dibuat pura-pura, kesedihan yang disembunyikan, kebahagiaan yang justru menyesakkan. Bahkan dalam keramaian pun, yang ada malah kesepian. Hidup seperti sudah tak ada semangat sama sekali.
Apabila ada yang tengah merasakan lelah yang demikian akut, tenanglah, ada Allah. Mungkin kita memang sedang tenggelam yang terlalu dalam. Mungkin kita telah melangkah terlalu kejauhan. Mungkin kita juga telah lupa dalam tempo waktu yang terlalu lama. Mungkin kita lalai akan makna hakikat kehidupan. Tentang tujuan hidup hanya untuk beribadah kepada Allah.
Maka sudah saatnya kita memohon ampun kepada Allah atas segala dosa dan kesalahan. Sudah saatnya kita memarkirkan ulang pikiran dan hati kita, barang kali selama ini kita telah parkir di tempat yang dilarang. Pikiran dan hati kita salah dalam bersandar.
Dunia memang tempat kita berlela-lela. Tempat di mana kita memang harus bekerja keras. Sifat dunia yang melelahkan ini akan menjadi sangat melelahkan kalau kita tidak lillah. Semakin sabar, ujian kita oleh Allah pun akan semakin ditingkatkan. Kadar lelahnya akan semakin ditingkatkan pula. Alurnya seperti ini, Allah yang menghendaki seperti ini. Pantas saja jika kita merasa lelah. Menganggap bahwa hidup ini penuh dengan kesenangan. Lelah itu terjadi karena kita tidak lillah, tidak mengikuti alur sebagaimana mestinya, kecewa karena harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Begitu kan?
Perasaan lelah itulah yang kemudian membuat kita semakin malas, takut dan minder. Segala potensi yang ada di dalam diri kita masing-masing menjadi semakin ciut. Dan saat itulah kita akan terus merasa semakin lemah, tidak berdaya dan murung. Hari-harinya dipenuhi dengan keluh-kesah dan kemurungan. Dunia terasa semakin gelap dan pengap. Pandangan semakin kabur dan tak jelas arah. Saat itulah potensi-potensi negatif akan semakin bermunculan. Semakin dibiarkan, maka akan semakin menggerogoti tubuh dan jiwa kita.
Yuk kita ubah segera haluan hidup kita. Sehingga sekarang dan ke depan, sudah tidak akan terasa lagi yang namanya lelah, melainkan lillah. Saat kita menjadikan ibadah karena Allah sebagai tujuan, kita pun akan terus berikhtiar, sebab yang kita cari adalah keberkahan. Apapun yang kita lakukan atas nama Allah, tidak ada yang tidak berkah, semuanya akan berbuah berkah. Kita akan terus berupaya sepanjang masih ada usia. Apapun hasilnya, berhasil atau nihil, keyakinan kita kepada Allah adalah tujuan. Saat itulah hidup kita akan menjadi lebih tenang, tanpa beban.
Kita akan ikhlas seberapapun lelahnya menempuh perjalanan hidup di dunia ini. Sebab nikmat dari Allah yang kita dapat ini sungguh sangat banyak. Maka gejolak hati yang resah dan gundah, akan berubah menjadi indah. Jadi, tetaplah dalam ikhtiar kita yang melelahkan, sebab dengan lelah yang kita rasakan, kita akan merasakan betapa indahnya merasa lega karena pada akhirnya Allah juga yang memberikan kemudahan.
Tirai-tirai yang menutupi pikiran dan hati kita yang selama ini merasakan kegelapan, perlahan akan tersingkap satu per satu. Di sinilah kita akan merasakan betapa bersyukurnya kita kepada Allah, di mana ternyata kelelahan ini ujungnya adalah keberkahan. Wallaahu a’lam. []