Mubadalah.id – Pada masa, KH. Abdul Wahid Hasyim, ayah Gus Dur, menjabat sebagai Menteri Agama, tanggal 12 Rabiul Awal atau Maulid Nabi Muhammad Saw, beliau peringati maulid Nabi Saw sebagai acara resmi istana negara.
Pada momen tradisi keagamaan maulid Nabi Saw ini, presiden, waki presiden, dan para pejabat tinggi negara. Bahkan para duta besar negara-negara sahabat hadir bersama ribuan umat Islam dan menyiarkannya langsung melalui televisi.
Demikianlah, maka memperingati maulid Nabi besar Muhammad Saw hari ini dan kapan pun seyogianya tidak sekadar menyalakan kandil-kandil, dan pawai obor. (Baca juga: Bagaimana Sikap Orang Tua Ketika Anak Mengalami Kekerasan Seksual?)
Kemudian berceramah dan bercerita tentang kehidupan Nabi Saw yang sangat indah atau membaca puisi-puisi madah (senandung pujian) dan natiyah (sifat) kenabian. Tetapi lebih dari segalanya adalah meneladani kepribadiannya yang mulia dan melanjutkan cita-citanya yang luhur.
Cita-cita kemanusiaan universal yaitu membebaskan manusia dari pemujaan terhadap berhala-berhala, kekuasaan, praktik-praktik penindasan dan diskriminasi. (Baca juga: Muslimah Bukan Agen Moral: Menyoal Pakaian, Hukum Jilbab dan Tafsir Keagamaan)
Kemudian, ciri lainnya ialah pembelaan terhadap kaum lemah dan miskin, menjunjung tinggi martabat dan kehormatan manusia. Lalu membangun relasi kemanusiaan dalam jalinan cinta-kasih yang tulus, dan menegakkan keadilan terhadap siapa saja.
Hingga Islam kembali menebarkan cahaya kemanusiaan dan menjadi rahmat bagi semesta. Atau yang populer disebut sebagai Islam rahmatan lil ‘alamin. []