Mubadalah.id – Ibu Ani Yudhoyono, Isteri Presiden RI yang ke 6 Bapak Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY, divonis sakit kanker darah. Dalam keterangan pers yang disampaikan Pak SBY kepada para jurnalis mengatakan bahwa, jika beliau sebagai suami harus mendampingi Istrinya selama masa pengobatan dan perawatan tersebut.
Berita itu begitu menyentuh saya, kesetiaan yang ditujukan Pak SBY membuat saya terbawa perasaan alisan baper. Setelah dalam sepekan ini kita disodorkan dengan perilaku lelaki yang kurang bertanggungjawab, atau tidak menghargai posisi perempuan di sampingnya.
Pertama, tentang cerita suami yang menganiaya istrinya hingga parah dan berdarah, karena dianggap tidak bisa dandan saat kondangan. Suami merasa malu melihat istrinya tidak berpenampilan menarik. Meski begitu kekerasan tetaplah bukan solusi dari persoalan, yang apalagi tidak substantif dan tidak masuk akal. Peristiwa ini terjadi di daerah Pekalongan Jawa Tengah.
Lalu yang kedua, kisah seorang pemuda yang merusak sepeda motornya, gara-gara ditilang polisi ketika sedang berkendaraan di jalan raya. Bahkan ia nyaris mencelekai teman perempuannya, yang saat itu diketahui sedang dibonceng pelaku. Kejadian ini sempat viral di media sosial.
Kita seperti kehilangan teladan baik, tentang bagaimana memperlakukan perempuan tanpa harus menggunakan kekerasan. Terlebih dengan orang terdekat, seperti pasangan suami isteri yang seharusnya senantiasa saling menyayangi dan mengasihi dalam kondisi apapun. Karena ketika sudah bilang cinta, maka kita tak boleh saling menyakiti.
Masih jelas dalam ingatan, bagaimana kesetiaan Presiden Habibie kepada istrinya Ibu Ainun, yang bahkan sampai dibuatkan buku dan film yang begitu menyentuh perasaan. Kisah cinta dan romantisme yang mengilhami jutaan orang, hingga serasa dalam hari-hari kita merayakan kasih sayang tanpa perlu menunggu satu tahun sekali dalam perayaan hari valentine.
Karena cinta tak pernah bisa menunggu, kapan masa yang tepat untuk mengatakannya. Atau bagaimana menunjukkan sikap dan perilaku yang menyatakan perasaan cinta itu sendiri. Sebab waktu akan terus melaju, sementara kita tak pernah tahu kapan usia akan berhenti, dan seketika waktu membeku.
Teladan itu begitu nyata. Namun mengapa kita masih saja mengingkari, dan menuntut kesempurnaan satu sama lain. Sementara ketika menyatakan rasa cinta, sudah menyadari banyak hal jika manusia tidak ada yang sempurna. Dengan berpasangan, hal itu menjadi kesadaran bahwa hidup harus saling melengkapi. Bukan untuk menjadi sempurna, tetapi agar kita bisa saling menerima kekurangan untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki.
Ketika dalam kebersamaan itu, tak hanya dalam suasana bahagia saja kita mau menghabiskan waktu. Tetapi juga di masa-masa duka itu menyapa. Bagaimana cinta kemudian diuji seberapa pantas ia untuk tetap bertahan, atau hanya sekedar basa-basi dalam lisan.
Pak SBY dan Ibu Ani sudah membuktikan itu. Tetap saling menopang, bahkan dalam situasi sulit sekalipun. Ketika diantara salah satunya sakit, maka yang lain harus terus membersamai. Bukan karena tak ada orang lain yang bisa menggantikan, tetapi saya kira sebab cinta tak ingin lekas kehilangan.
Melalui tulisan ini, mari kita doakan Ibu Ani agar bisa melewati masa kritisnya dan segera diberi kesembuhan sehingga kembali beraktivitas seperti semula, berkumpul lagi bersama keluarga. Pada Pak SBY, terimakasih atas cinta yang terus menguatkan, dan menginspirasi bagi seluruh anak negeri.[]