• Login
  • Register
Minggu, 6 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Tubuh Perempuan dan Islam

Lailatul Fitriyah Lailatul Fitriyah
06/08/2019
in Personal
0
tubuh perempuan dalam Islam

tubuh perempuan dalam Islam

98
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Apakah hidup perempuan pada abad ke-7 di Arabia lebih baik setelah datangnya Islam? Bagaimanakah konsep tubuh perempuan dalam Islam?

Ya dan Tidak. Ya, karena setelah Islam datang, praktik pembunuhan bayi perempuan dilarang, anak perempuan mendapat bagian harta warisan, dan perempuan memiliki beberapa independensi sebagai subyek (opininya diakui). Tidak, karena basis familial berubah dari semi-matriarkal menjadi full-patriarkal; tatanan masyarakat transisional dari kesukuan menjadi masyarakat berbasis agama membentuk hirarki relijius, sosial-politik, yang didominasi laki-laki; dan terhapusnya tuhan-tuhan perempuan karena digantikan oleh tuhan monoteistik.

Bagaimanakah konsepsi ‘aurat’ dibentuk?

‘Aurat’ terbentuk sebagai pembeda tatanan sosial-politik yang diperkuat dengan ayat-ayat dari al-Qur’an. Jadi, ‘aurat’ di masa awal masyarakat Islam sebenarnya tidak berhubungan dengan rasa malu atau kehormatan. Melainkan ‘aurat’ saat itu adalah soal status individu secara sossial-politik. Inilah mengapa, aurat perempuan budak sama dengan aurat laki-laki bebas/budak (dari pusar sampai dengkul).

Hal itu karena perempuan budak (juga laki-laki budak) adalah barang milik tuannya. Status sosial-politik mereka adalah yang terendah, maka tubuh mereka juga bisa diumbar begitu saja. Sedangkan bagi perempuan merdeka, mereka memakai baju yang lebih tertutup.

Baca Juga:

Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

Bekerja itu Ibadah

Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi

Jangan Malu Bekerja

Bukan karena menjaga kehormatan atau kemaluan, namun karena status sosial-politik mereka yang mengharuskan mereka membedakan diri dari budak. Seperti saat ini dimana umumnya pegawai kantoran berpakaian berbeda dari gelandangan.

Bagaimana soal jilbab?

Ayat-ayat jilbab muncul karena beberapa kerabat perempuan Nabi dilecehkan secara seksual ketika mereka keluar rumah tengah malam untuk buang air. Mereka dilecehkan karena gelapnya situasi yang mmbuat mereka terlihat tak berbeda dari budak yang umum dilecehkan secara seksual. Jilbab pun digunakan untuk lebih memastikan bahwa seorang perempuan tidak hanya bebas, namun juga berasal dari kalangan sosialita atas.

Di masa Madinah, hal ini kemudian dilengkapi dengan adat pingitan dimana perempuan-perempuan ningrat hanya bisa menerima tamu laki-laki dari balik tabir (hijab). Perempuan-perempuan sosialita atas pada masa itu (yang kesemuanya terhubung secara familial dengan Nabi), menerima dengan terbuka aturan-aturan ini. Mengapa? Karena bagi mereka aturan-aturan itu bukanlah kerangkeng kebebasan, melainkan penanda sosial bagi status elit mereka.

Bagaimana soal kontrasepsi dan aborsi?

Soal kontrasepsi, para ulama pembentuk hukum Islam setuju bahwa kontrasepsi dibolehkan. Pun, kontrasepsi (yang umumnya pada saat itu adalah dengan coitus interruptus) harus dilakukan dengan persetujuan istri. Soal aborsi, mayoritas pendapat menyatakan bahwa aborsi dibolehkan sebelum akhir kehamilan bulan ke-4. Mengapa?

Karena pada saat itu diyakini bahwa ruh telah ditiupkan dan merubah seonggok daging janin menjadi manusia seutuhnya. Menyoal posisi perempuan dalam kontrasepsi dan aborsi, kontrasepsi tidak boleh dilakukan tanpa persetujuan istri karena istri juga berhak atas bakal bayi dari hubungan seks tersebut. Pun, para ulama khawatir jika kontrasepsi akan mengurangi kenikmatan seks untuk perempuan.

Jadi pendapat mereka diperlukan. Beberapa pendapat, seperti dari madzhab Hanafi, bahkan membolehkan perempuan untuk memutuskan aborsi tanpa izin suami. Hal ini karena umumnya alasan aborsi pada saat itu adalah ibu yang sedang menyusui yang hamil lagi. Hanya perempuanlah yang tahu perubahan pada dirinya, sehingga aborsi tanpa ijin suami dapat dilakukan.[]

Lailatul Fitriyah

Lailatul Fitriyah

Perempuan asal Jember ini adalah kandidat Doktor di bidang Gereja Global & Agama-Agama Dunia di University of Notre Dame, Indiana, U.S.A. Ia juga memegang gelar Master of Arts di bidang Perdamaian Internasional dari universitas yang sama.

Terkait Posts

Hidup Tanpa Nikah

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

5 Juli 2025
Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara
  • Bekerja itu Ibadah
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi
  • Jangan Malu Bekerja
  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID