Mubadalah.id – Menuntut ilmu hukumnya adalah wajib bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda; “Menuntut ilmu hukumnya adalah wajib setiap muslim laki-laki dan perempuan”. Meski demikian, ada keutamaan mendahulukan adab daripada ilmu. Ini penjelasannya.
Dalam sebuah hadist Rasulullah pernah mengibaratkan negeri China menjadi tempat untuk menuntut ilmu, “tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri China”. Serta beliau juga bersabda; “tuntutlah ilmu dari sejak keluar dari rahim hingga sampai ke liang lahat”.
Tujuan kewajiban menuntut ilmu semata-mata ingin menambahkan khazanah pengetahuan yang luas bagi setiap muslim secara umum. Dengan ilmu mereka bisa membedakan mana jalan yang haq dan mana jalan yang bathil, dengan ilmu mereka bisa memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar serta tidak mudah terhasut oleh kalangan yang nyeleneh dalam ajaran suatu agama apapun. Namun tetap, kita tidak boleh mengabaikan keutamaan adab daripada ilmu.
Rasulullah bersabda bahwa;
مَن أراد الدّنيا فعليه باالعلمِ ومَن أراد الأخرةِ فعليه باالعلمِ ومَن أرادهما فعليه باالعلم
“Barang siapa yang ingin hidup di dunia, maka dia harus berilmu, dan barang siapa yang ingin hidup di akhirat, maka dia harus berilmu, dan barang siapa yang ingin hidup di keduanya, maka dia harus berilmu pula”.
Hikmah Keutamaan Mendahulukan Adab daripada Ilmu
Zaman sekarang orang ingin menjadi pintar sangat mudah. Mereka bisa belajar di mana saja dan dapat menimba ilmu kapan saja. Bahkan, mereka bisa belajar secara otodidak dengan fasilitas gadget mereka. Walaupun tidak begitu recomended. Banyak dari kalangan pemuda-pemudi bahkan orang dewasa belajar dari google yang tidak kita ketahui sanad keilmuannya.
Tetapi juga perlu diingat, bahwa seorang muslim harus memiliki adab yang baik. Ibarat kata, adab itu bagaikan tombak utama dalam menuntut ilmu. Tanpa adab, maka ilmu yang kita dapat tidak bisa diterapkan dengan baik. Mudahnya menjadi orang pintar tidak sama dengan mudahnya memiliki adab yang baik. Adab yang baik perlu terlatih membiasakan diri dengan sifat rendah hati dengan orang lain. Ada keutamaan mendahulukan adab daripada ilmu.
Adab ini adalah sebuah akhlak atau perilaku yang mulia, yang di dalamnya mengajarkan kesopanan, kesantunan, bertingkah laku baik, bertutur kata yang sesuai dengan ajaran Allah Swt dan Rasulullah Saw. Tanpa adanya adab manusia bisa saja tidak terkendali dalam berinteraksi antar sesama karena bersikap semaunya saja. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw;
إنّما بُعثت لأتمّم مكارمَ الأخلاق
“sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia.”
Selain cakupan adab di atas, manusia dalam menuntut ilmu juga memerlukan adab. karena ia bisa menghormati gurunya, bertutur kata yang baik dengan gurunya, dan berpakaian sopan dan rapi dalam menimba ilmu serta mengagungkan ilmu lebih dari apapun yang ia punya. Demikian itu, merupakan adab seorang Thalib terhadap guru dan ilmunya.
Meski hakikatnya adab adalah di atas ilmu, kita harus tetap belajar untuk menambah pengetahuan yang luas di mana saja dan kapan saja. Seorang Thalib harus bertanggung jawab terhadap ilmu yang sudah diperoleh dari guru-gurunya yakni dengan cara menerapkannya di lingkungan masyarakat sekitar.
Jika kita ibaratkan, menuntut ilmu bagaikan makanan yang menjadi kebutuhan pokok yang kita butuhkan sehari-hari, maka bahan untuk membungkus dan menghiasi makanan tersebut adalah dengan adab, agar tetap bersih dan sehat bagi orang yang megkonsumsinya.
Penegasan Ulama tentang Keutamaan Adab
Abu Zakariya an-Anbari rahimahullah mengatakan;
علم بلا أدب كنار بلا حطب، و أدب بلا علم كروح بلا جسد
“Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar, dan adab tanpa ilmu seperti jasad tanpa ruh.”
Imam malik rahimahullah juga mengatakan;
تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم
“Belajarlah adab sebelum belajar ilmu”
Keutamaan mendahulukan adab daripada ilmu, mengajarkan umat manusia untuk bisa mengedepankan kesopanan dan kesantunan. Terutama dalam menjalankan kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dari perkataan dua ulama di atas, maka kedudukan dua komponen antara adab dan ilmu harus ada keseimbangan antara keduanya.
Berapa banyak dari umat manusia yang menganggap ia sendiri semakin alim dan berpengetahuan luas. Bahkan sudah mendapatkan beberapa gelar dari perguruan tinggi, akan tetapi tidak berperilaku sopan santun terhadap orang tuanya, guru-guru nya, dan lingkungan sekitarnya. Sehingga mengakibatkan ia lupa akan pengorbanan orang tua dalam memfasilitasi mereka dalam menuntut ilmu.
Mereka lupa terhadap guru-guru yang telah mencurahkan ilmunya. Dan lebih parah lagi, mereka merasa angkuh dan petantang-petenteng karena menganggap dirinya lebih unggul daripada yang lain. Oleh karena itu, tingkatkanlah rasa kesopanan dan kesantunan kita dalam bertutur kata terhadap kedua orang tua dan masyarakat.
Sebagaimana berkata Syekh Abdul Qodir Jailani: “aku lebih menghargai orang yang beradab, daripada orang yang berilmu. Jika hanya berilmu, iblispun lebih tinggi ilmunya daripada manusia”. Dan Allah menyebut Nabi Muhammad Saw di dalam al-Qur’an adalah sebaik-baiknya makhluk yang memiliki akhlak yang agung. Qs. al-Qalam; 4
وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas akhlak yang agung.” []