Sabtu, 16 Agustus 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Kenaikan Pajak

    Demokrasi di Titik Nadir: GUSDURian Ingatkan Pemerintah Soal Kenaikan Pajak dan Kebijakan Serampangan

    Musawah Art Collective

    Lawan Pernikahan Anak Lewat Seni: Musawah Art Collective Gelar Trip Exhibition “Breaking the Chain” di Tiga Kota

    Krisis Iklim

    Green Youth Quake: Pemuda NU dan Muhammadiyah Bergerak Lawan Krisis Iklim

    ‘Aisyiyah Bojongsari

    ‘Aisyiyah Bojongsari Rayakan HAN dan Milad ke-108 Lewat Lomba dan Diskusi

    KOPRI

    Buka Perspektif Geopolitik Kader Perempuan, KOPRI Bedah Buku 75 Tahun Indonesia Tiongkok

    Pengelolaan Sampah

    Ulama Perempuan Serukan Pelestarian Alam dan Pengelolaan Sampah Berkelanjutan

    PIT Internasional

    ISIF Buka Kolaborasi Akademik Global Lewat PIT Internasional

    PIT SUPI

    Mengglobal: SUPI ISIF Jalani PIT di Malaysia dan Singapura

    Ma'had Aly Kebon Jambu

    S.Fu: Gelar Baru, Tanggung Jawab Baru Bagi Lulusan Ma’had Aly Kebon Jambu

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Kemerdekaan Sejati

    Kemerdekaan Sejati dan Paradoks di Tanah yang Kaya

    Pati Bergejolak

    Pati Bergejolak: Ketika Relasi Penguasa dan Rakyat Tidak Lagi Berkesalingan

    PLTU Cirebon

    PLTU Cirebon dan Gelapnya Hidup Nelayan Waruduwur

    Status Sosial

    Status Sosial Membawa Perempuan Keluar dari Patriarki

    Kesadaran Gender

    Melampaui Biner: Mendidik Anak dengan Kesadaran Gender yang Adil

    Sejarah Ulama Perempuan

    Membongkar Sejarah Ulama Perempuan, Dekolonialisme, dan Ingatan yang Terpinggirkan

    Gerakan Ekofeminisme

    Gerakan Ekofeminisme dalam Bayang Politik di Indonesia

    Najwa Shihab

    Najwa Shihab, ‘Iddah, dan Suara Perempuan yang Menolak “Dirumahkan”

    Menanamkan Tauhid

    Begini Cara Menanamkan Tauhid pada Anak di Era Modern

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Kesehatan Reproduksi Sejak dini

    Pendidikan Kesehatan Reproduksi Sejak Dini

    Keturunan

    Memilih Pasangan dari Keturunan Keluarga Orang Baik

    Membina Keluarga Sakinah

    Membina Keluarga Sakinah: Dimulai dari Akhlak Suami Istri

    Pasangan Memiliki Akhlak

    Memilih Pasangan Hidup yang Memiliki Akhlak yang Baik

    Pasangan Hidup

    Memilih Pasangan Hidup yang Setara

    Kriteria Pasangan

    Kriteria Pasangan yang Dianjurkan oleh Islam

    Poligami

    Pernikahan Ideal: Monogami Bukan Poligami

    Pasangan

    Berjanji Setia dengan Satu Pasangan

    Anak Sekolah

    Cara Anak Memilih Teman di Sekolah

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Kenaikan Pajak

    Demokrasi di Titik Nadir: GUSDURian Ingatkan Pemerintah Soal Kenaikan Pajak dan Kebijakan Serampangan

    Musawah Art Collective

    Lawan Pernikahan Anak Lewat Seni: Musawah Art Collective Gelar Trip Exhibition “Breaking the Chain” di Tiga Kota

    Krisis Iklim

    Green Youth Quake: Pemuda NU dan Muhammadiyah Bergerak Lawan Krisis Iklim

    ‘Aisyiyah Bojongsari

    ‘Aisyiyah Bojongsari Rayakan HAN dan Milad ke-108 Lewat Lomba dan Diskusi

    KOPRI

    Buka Perspektif Geopolitik Kader Perempuan, KOPRI Bedah Buku 75 Tahun Indonesia Tiongkok

    Pengelolaan Sampah

    Ulama Perempuan Serukan Pelestarian Alam dan Pengelolaan Sampah Berkelanjutan

    PIT Internasional

    ISIF Buka Kolaborasi Akademik Global Lewat PIT Internasional

    PIT SUPI

    Mengglobal: SUPI ISIF Jalani PIT di Malaysia dan Singapura

    Ma'had Aly Kebon Jambu

    S.Fu: Gelar Baru, Tanggung Jawab Baru Bagi Lulusan Ma’had Aly Kebon Jambu

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Kemerdekaan Sejati

    Kemerdekaan Sejati dan Paradoks di Tanah yang Kaya

    Pati Bergejolak

    Pati Bergejolak: Ketika Relasi Penguasa dan Rakyat Tidak Lagi Berkesalingan

    PLTU Cirebon

    PLTU Cirebon dan Gelapnya Hidup Nelayan Waruduwur

    Status Sosial

    Status Sosial Membawa Perempuan Keluar dari Patriarki

    Kesadaran Gender

    Melampaui Biner: Mendidik Anak dengan Kesadaran Gender yang Adil

    Sejarah Ulama Perempuan

    Membongkar Sejarah Ulama Perempuan, Dekolonialisme, dan Ingatan yang Terpinggirkan

    Gerakan Ekofeminisme

    Gerakan Ekofeminisme dalam Bayang Politik di Indonesia

    Najwa Shihab

    Najwa Shihab, ‘Iddah, dan Suara Perempuan yang Menolak “Dirumahkan”

    Menanamkan Tauhid

    Begini Cara Menanamkan Tauhid pada Anak di Era Modern

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Kesehatan Reproduksi Sejak dini

    Pendidikan Kesehatan Reproduksi Sejak Dini

    Keturunan

    Memilih Pasangan dari Keturunan Keluarga Orang Baik

    Membina Keluarga Sakinah

    Membina Keluarga Sakinah: Dimulai dari Akhlak Suami Istri

    Pasangan Memiliki Akhlak

    Memilih Pasangan Hidup yang Memiliki Akhlak yang Baik

    Pasangan Hidup

    Memilih Pasangan Hidup yang Setara

    Kriteria Pasangan

    Kriteria Pasangan yang Dianjurkan oleh Islam

    Poligami

    Pernikahan Ideal: Monogami Bukan Poligami

    Pasangan

    Berjanji Setia dengan Satu Pasangan

    Anak Sekolah

    Cara Anak Memilih Teman di Sekolah

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah

Khazanah Naskah Kuno yang Ter(Di)Lupakan

Menjaga kelestarian naskah kuno juga bagian dari menjaga keluhuran budaya bangsa dan agama

Yulianti Muthmainnah Yulianti Muthmainnah
2 November 2024
in Khazanah, Rekomendasi
0
Naskah Kuno

Naskah Kuno

779
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Republik Indonesia bukan menganut system monarkhi absolut yang secara otomatis menurunkan kekuasaan pada keturunannya. Maka, ini kali pertama, setelah ayah sebagai presiden lengser, tergantikan anaknya, walau bukan sebagai presiden tetapi wakil presiden.

Kisah Presiden Joko Widodo dan anaknya Gibran Rakabuming Raka (Wakil Presiden) mengingatkan saya pada babad tanah Jawa, Babad Banyumas Mertadiredjan, yang di antaranya mengisahkan seorang raja menurunkan kekuasaan kerajaan pada putranya. Babad Banyumas Mertadiredjan, tertulis sekitar tahun 1816-1830, kala pemerintahan Adipati Mertadiredja I.

Selain itu, ada pula Babad Cirebon yang menceritakan Syeh Syarif Hidayatullah atau yang lebih kita kenal Sunan Gunung Djati dan Kerajaan Islam Cirebon. Sebelumnya, sekitar tahun 1310 (abad 14), kita temukan syair Islam dalam bahasa Melayu dengan huruf Jawi di Minya’ Tujoh, Aceh.

Para ahli menyimpulkan, karya ulama yang tertulis dengan huruf Jawi sudah berkembang sejak Abad 14 tepatnya saat Kekhalifahan Samudra Pasai dan Kekhalifahan Islam lainnya di Semenanjung Malaka.

Menilik Kisah-kisah Para Raja

Kisah-kisah para raja yang tertulis dalam babad atau naskah kuno dan lahirnya kerajaan Islam di Indonesia memiliki hubungan yang sangat erat dengan kelahiran ulama-ulama Nusantara. Sebagian besar kisah mereka tertulis dalam naskah kuno (Mahrus El-Mawa, 2016).

Naskah kuno atau manuskrip (manuscript (Bahasa Inggris) atau handscript (Bahasa Belanda)) adalah tulisan tangan asli, usianya minimal 50 tahun. Memiliki arti penting bagi peradaban, sejarah, kebudayaan, ilmu pengetahuan, pengobatan tradisional, tabir gempa atau gejala alam, fisikologi manusia, dan dokumentasi budaya. Tujuan utamanya mendapatkan nilai-nilai kebaikan di masa lalu dan merelevansikan dengan budaya saat ini (Ufi Saraswati, 2011).

Naskah kuno membahas banyak hal. Selain itu, naskah kuno yang membahas seputar politik kepemimpinan, pembagian kekuasaan termuat dalam naskah-naskah kuno seperti Sanghyang Siksa Kandang Karesian, Fragmen Carita Parahiyangan, Amanat Galunggung, Sanghyang Raga Dewata, Sanghyang Hayu, maupun Sewaka Darma.

Upaya mencegah gizi buruk (stunting) telah ada dalam naskah kuno Sanghyang Titisjati Pralina. Adapun Kawih Katanian, menarasikan ragam model padi di daerah Sunad pada masa lalu, atau yang terkenal dengan tatanén ‘pertanian’ (Elis Suryani NS, 2021).

Naskah Kuno di Indonesia

Kaya akan ragam naskah kuno, paling tidak Indonesia memiliki tiga jenis naskah kuno. Yakni Manuskrip Islam (berbahasa dan bertuliskan Arab), Manuskrip Jawi (bertuliskan huruf Arab tetapi berbahasa Melayu, diberi tambahan vonim menyesuaikan aksen Melayu), dan Manuskrip Pegon (bertuliskan huruf Arab tetapi menggunakan bahasa lokal Jawa, Sunda, Bugis, Buton, Banjar, Aceh dan lainnya).

Mempelajari  naskah kuno, memang bukan perkara mudah, perlu kesabaran dan ketelitian. Salah satu naskah kuno yang penting kita teliti adalah naskah teks-teks al-Qur’an. Kegiatan meneliti atau proses taḥqīq kitab bertujuan memelihara keaslian teks.

Adapun orang yang melakukan kegiatan taḥqīq, atau mengkaji atau meneliti disebut muḥaqqiq. Kegiatan taḥqīq merupakan upaya menyelamatkan karya-karya ulama masa lalu.

Setidaknya ada 10 langkah-langkah seorang filologi yakni membaca manuskrip yang akan kita baca, menulis ulang naskah asli, membandingkan antara beberapa naskah, mengubah kesalahan fatal, membubuhi tanda baca, melakukan takhrij terhadap hadist dan teks tertentu, memberi komentar, membuat pendahuluan, membuat penutup, dan membuat daftar referensi.

Pertama, membaca manuskrip yang akan kita baca

Menurut Kamilin Jamilin (Ahli Majlis Fatwa Wilayah Persekutuan, Malaysia) yang terlibat dalam kegiatan tahqiq, tahapan untuk membaca manuskrip kita awali dengan menelaah judul kitab, memastikan kondisi naskah, nama pengarang dan latar belakang penulis, sandaran kitab dan kebenarannya, serta isi kitab (matan).

Jamilin mengingatkan manuskrip yang akan kita tahqiq harus juga melibatkan dan mengumpulkan manuskrip lainnya yang terkait. Bila semua naskah telah terkumpul maka perlu kita kelompokkan manuskrip asli dan manuskrip yang layak kita jadikan referensi utama.

Kedua, menulis ulang naskah asli

Proses menulis ulang ini terjadi bila naskah asli umumnya sudah demikian rusak atau sobek. Para ahli memberikan catatan penting, kala menulis ulang naskah asli potensi terjadi kesalahan sangat mungkin terjadi. Terutama dalam hal pemberian tanda baca seperti titik (.), koma (,), tanya (?), dan lainnya.

Hal ini karena pada naskah kuno, ada yang memiliki tanda baca, ada yang tidak. Sehingga perlu kehati-hatian. Hal lain yang perlu kita pastikan adalah jenis teks, memahami gaya, dan sistem penulisannya.

Ketiga, membandingkan antara beberapa naskah

Hidayatullah (2024) dalam makalahnya yang berjudul ‘Warisan Intelektual Islam: Studi atas Prosedur Taḥqīq dalam Menjaga Orisinalitas Sumber’ memberikan contoh naskah Andalusia dan Maghribi. Yakni tulisan bahasa Arab pada huruf sin yang memiliki tiga titik sedangkan pada naskah lain tidak memiliki tiga titik. Yakni kata تسميت dan تشميت.

Contoh lain yang juga menarik misalnya dalam kata ماء (air) dan سماء (langit). Dalam tulisan kuno, huruf hamzah sering kali terabaikan penulisannya, sehingga kata ماء bisa tertukar dengan kata ما, dan سماء dengan kata kerja سما (naik, tinggi). Itu sebabnya ketika melakukan tahqiq perlu dengan cermat membandingkan beberapa naskah, guna menghindari kesalahan pemahaman.

Lalu contoh lain membandingkan naskah, bisa kita baca dari paper Pramono (2021) tentang ‘Khazanah Naskah Alquran Koleksi Museum Adityawarman: Deskripsi dan Kekhasannya’. Pramono membandingkan 17 bundel naskah al-Quran yang memiliki keunikan dan kekhasan. Keunikan dan kekhasannya tertandai dengan adanya catatan pada pias yang menerangkan informasi perbaikan matan mushaf Alquran.

Catatan tersebut juga menginformasikan berkenaan dengan kata atau kalimat yang tertinggal dalam satu ayat. Fenomena ini menandakan bahwa tradisi tahqiq dalam manuskrip mushaf al-Quran telah menjadi tradisi di surau-surau Minangkabau masa lampau.

Keempat, mengubah kesalahan fatal

Para ahli sejarah melarang keras mengubah naskah tulisan asli yang tertulis ulang, guna menghindari kesalahan makna atau huruf yang fatal. Para ahli sejarah berpesan, jika hendak menulis ulang dari makna yang kita anggap salah, maka tulislah dalam catatan kakinya saja dalam buku naskah ulang yang akan kita tuliskan.

Walau begitu, Kosasih dan Supriatna (2014) menawarkan ada upaya menghindari kesalahan fatal yakni ‘metode intuitif’ yakni kemampuan mengetahui atau memahami sesuatu tanpa kita pikirkan atau dipelajari (bisikan hati atau gerak hati). Metode lainnya yakni ‘metode objektif’, yakni meneliti silsilah naskah dengan cara stema.

Tahapannya (Baried dkk, 1985) recendcia tectur yaitu merekonstruksi penurunan naskah-naskah yang ada, eliminasi naskah dan mengadakan penelusuran pertalian antarnaskah. Lalu, exminatio, yaitu menguji naskah untuk memilih naskah yang paling mendekati aslinya. Serta metode emandation atau perbaikan, yaitu menyajikan atau mengedisi teks dengan membetulkan bagian-bagian yang korup.

Lebih lanjut, Kosasih dan Supriatna (2014) juga menarasikan ‘metode gabungan’. Yakni menggabungkan naskah-naskah dan memilah naskah. Ada juga ‘metode landasan’ dengan memastikan kualitas naskah.

Selain itu ‘metode naskah tunggal’, dengan cara menerbitkan satu naskah seteliti-telitinya tanpa mengadakan perubahan (edisi diplomatic), fotografis atau naskah asli direproduksi atau facsimile (edisi diplomatic), serta menerbitkan naskah kuno dengan membetulkan kesalahan-kesalahan kecil dan ketidakajegan, sedang ejaannya yang kita pastikan tidak menyalahi ketentuan dalam penulisan ulang naskah kuno (edisi standar).

Beberapa contoh hasil penelitian melalui silsilah, yakni tarekat, karya Mahrus El-Mawa (2010) tentang ‘Naskah Syattariyah Cirebon: Riset Awal dalam Konteks Jejaring Islam Nusantara,’ dan ‘Melting Pot Islam Nusantara Melalui Tarekat: Studi Kasus Silsilah Tarekat Syattariyah di Cirebon’. Serta tesis karya Ahmad Opan Sopari (2010) tentang ‘Tarekat Sattariyah Kraton Kaprabonan Suatu Kajian Filologis’.

Kelima, membubuhi tanda baca

Tanda baca yang kini kita gunakan seperti koma (,), titik koma (;), tanda tanya (?), sebelumnya belum demikian. Adapun untuk mengutip pendapat orang secara langsung dahulu bukan dengan cara ketikan yang menjorok ke dalam dalam artikel atau diberikan tanda petik atas (‘………’).

Pada naskah kuno menggunakan kata hāźā kalām fulān (ini ucapan si fulan)/hāźā alfāẓ fulān (ini adalah kalimat si fulan )/hāźā qaul fulān (inilah pendapat si fulan)/hāźā mā qālahū fulān (ini yang dikatan si fulan)/ilā hunā qaul fulān (sampai disini perkataan si fulan)/ilā hunā ‘ibārah fulān (sampai disini ungkapan si fulan), intahā mā źakarahū fulān (telah selesai yang disebutkan oleh fulan), ākhir kalām fulān (ucapan terakhir dari fulan).

Demikian Hidayatullah contohkan mengutip pendapat dari Ramadhan Abdul Al-Thawwab, yang bukunya diterjemahkan menjadi ‘Metode Kajian Teks Menurut Ulama Klasik dan Kontemporer’.

Keenam, melakukan takhrij terhadap hadist dan teks tertentu

Takhrīj teks-teks yang muhtaqiq nukil harus jelas siapa penulis awalnya dan penulis setelahnya. Terutama kalimat yang mengarah pada qīla-qola (dikatakan) atau ra’ā ba’ḍuhum (sebagian dari mereka berpendapat). Sehingga informasi-informasi menjadi jelas.

Ketujuh, memberi komentar

Mengutip Hidayatullah, kegiatan taḥqīq, komentar kita sebut ta’līq. Dalam al-Mu’jam al-Wasīṭ,  ta’līq adalah ‘memberi komentar terhadap perkataan orang lain dengan menyertakan kritik, penjelasan, penyempurnaan, koreksi, atau penarikan kesimpulan’. Dan hal ini sangat penting kita lakukan.

Kedelapan, membuat pendahuluan

Pada bagian pendahuluan, seorang muhaqiq penting menarasikan secara singkat hasil kajiannya, asal usul kitab yang kita baca, silsilah, matan, kitab yang dibandingkan, dan takhrij disinggung dalam pendahuluan. Tidak lupa juga penting memberikan gambaran umum menginterpretasi teks serta alur pertimbangan penyunting (muḥaqqiq) bahwa teks yang kita kaji tersebut patut mendapat perhatian.

Selanjutnya penutup sebagai rangkuman, dan terakhir kesepuluh membuat referensi. Kesepuluh tahapan ini perlu seorang peneliti lalui guna mendapatkan hasil terbaik ketika melakukan kajian naskah.

Sebagaimana telah saya uraikan di awal, naskah kuno menyimpan banyak khazanah pengetahuan dan informasi penting. Akan tetapi keberadaan naskah kuno kini ter(di)lupakan. Salah satunya karena naskah kuno tidak kita anggap penting.

Membaca naskah kuno itu seperti kita sedang melihat cermin, terutama pada saat perpolitikan kita saat ini. Sangat mirip dengan perpolitikan pada masa lalu yang tertulis dalam naskah kuno atau babad Nusantara dan semacamnya.

Untuk itu, penting bagi kita menjaga naskah-naskah tersebut agar kelak sampai pada anak dan cucu. Menjaga kelestarian naskah kuno juga bagian dari menjaga keluhuran budaya bangsa dan agama. Semoga. []

 

 

Tags: FilologiliterasiManuskrip KunoNaskah KunoNusantaraperadabansejarah
Yulianti Muthmainnah

Yulianti Muthmainnah

Kepala Pusat Studi Islam, Perempuan, dan Pembangunan (PSIPP) ITB Ahmad Dahlan Jakarta

Terkait Posts

Buku si Bengkok
Buku

Membaca Buku Si Bengkok Karya Ichikawa Saou

16 Agustus 2025
Perlawanan Perempuan
Publik

Perlawanan Perempuan Sejak Kemerdekaan Hingga Zaman Kiwari

9 Agustus 2025
Child Abuse
Hikmah

Mengenal Sejarah dan Definisi Child Abuse

9 Agustus 2025
Pemikiran Kontemporer Islam
Buku

Menilik Pemikiran Islam Kontemporer di Indonesia

2 Agustus 2025
Kepemimpinan Perempuan
Personal

Dilema Kepemimpinan Perempuan di Tengah Budaya Patriarki, Masihkah Keniscayaan?

19 Juli 2025
Sejarah Perempuan
Hikmah

Mengapa Perempuan Ditenggelamkan dalam Sejarah?

18 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pasangan Memiliki Akhlak

    Memilih Pasangan Hidup yang Memiliki Akhlak yang Baik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membina Keluarga Sakinah: Dimulai dari Akhlak Suami Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melampaui Biner: Mendidik Anak dengan Kesadaran Gender yang Adil

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • PLTU Cirebon dan Gelapnya Hidup Nelayan Waruduwur

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Kajian Pra Nikah Didominasi oleh Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Demokrasi di Titik Nadir: GUSDURian Ingatkan Pemerintah Soal Kenaikan Pajak dan Kebijakan Serampangan
  • Kemerdekaan Sejati dan Paradoks di Tanah yang Kaya
  • Pendidikan Kesehatan Reproduksi Sejak Dini
  • Membaca Buku Si Bengkok Karya Ichikawa Saou
  • Memilih Pasangan dari Keturunan Keluarga Orang Baik

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID