Mubadalah.id – Dalam sebuah kisah, Nabi Muhammad Saw pernah mengalami pisah ranjang dengan istri beliau. Kisah pisah ranjang ini terjadi karena konflik, sebagaimana diceritakan berbagai riwayat Hadis.
Namun dalam konflik ini Nabi Saw. tidak pernah melakukan kekerasan. Bahkan, kata Aisyah, dalam hal apa pun, Nabi Saw. tidak pernah memukul perempuan atau pelayan.
Dari Aisyah r.a. berkata: “Rasulullah Saw. tidak pernah memukul, sekalipun, dengan tangannya, tidak kepada perempuan (istri), tidak juga kepada pelayan.” (Shahih Muslim, no. 6195).
Perbedaan dan ketegangan sangat mungkin terjadi dalam setiap pasangan suami istri, termasuk dalam kehidupan rumah tangga Rasulullah Saw.
Namun komitmen anti-kekerasan adalah teladan Nabi Muhammad Saw. yang harus diikuti siapa pun yang mengaku cinta kepada beliau, baik laki-laki maupun perempuan.
Tanpa mengikuti teladan Nabi Saw. pun, seharusnya manusia dapat menilai bahwa tidak ada seorang pun yang berhak melakukan kekerasan, terutama dalam reJasi rumah tangga.
Kekerasan hanya akan menimbulkan rasa sakit, takut, dan trauma. Hubungan pasangan suami istri tidak mungkin menjadi kuat jika di dalamnya terjadi kekerasan.
Segala bentuk kekerasan, bukan bagian dari pergaulan yang baik (mu’asyarah bi al-ma’ruf) seperti dalam al-Qur’an dalam QS. al-Nisa (4) : 19.
Konflik Nabi Saw. dengan istri-istrinya. Bahkan pernah terjadi yang para sahabat saksikan adalah pelajaran bagi para suami, bagaimana memperlakukan perempuan secara bermartabat.
Mungkin beberapa orang dari umat Islam kecewa terhadap perilaku Aisyah r.a. atau Hafsah r.a. yang berkonflik dengan Nabi Saw.
Namun kita bisa menafsirkan bahwa keberanian Aisyah r.a. terhadap Nabi Saw. adalah cermin dari keberhasilan Nabi Saw. mengangkat harkat dan mendidik kemandirian perempuan. []