Mubadalah.id – Pengasuh Pondok Pesantren Dar Al-Fikr Cirebon, Buya Husein Muhammad menceritakan kisah teladan Nabi Muhammad Saw yang membebaskan.
Kisah tersebut berawal dari Tsumamah bin Itsal. Seorang laki-laki asal Yamamah, Yaman yang amat sangat membenci Nabi Muhammad SAW, karena menurutnya ajaran yang dibawa oleh Nabi itu yakni Islam telah merusak tradisinya.
Hati Tsumamah bin Itsal, kata Buya Husein, memendam keinginan kuat untuk membunuh Nabi Muhammad SAW.
Pada saat yang direncanakan Tsumamah bin Itsal pun berangkat ke Madinah. Ia mempersiapkan senjata dan segala yang diperlukan untuk tujuan tersebut.
Umar bin Khattab dan para sahabat Nabi melihat kedatangannya dan memperhatikan gerak gerik dan gestur Tsumamah yang mencurigakan.
Mereka lalu menghadang lelaki pemberani asal Yamamah itu.
Umar bin Khattab bertanya kedatangannya ke Madinah :
“Apa tujuanmu ke Madinah? Bukankah engkau seorang musyrik?” tanya Umar menginterogasi Tsumamah.
Dia memang punya nyali pemberani. “Aku ke sini untuk membunuh Muhammad!,” jawab Tsumamah tanpa ragu, sekaligus menantang.
Mendengar jawaban yang menantang ini Umar tak pelak segera menangkapnya dan membawanya ke masjid.
Umar segera mengikat tangannya, merampas senjatanya dan melaporkannya kepada Nabi Muhammad SAW.
Nabi SAW kemudian keluar menemui Tsamamah. Lalu terjadi dialog.
Nabi Saw bertanya: “bagaimana keadaanmu Tsamamah?”
Ia menjawab : “saya baik-baik saja.”
“Jika kamu membunuh seseorang, maka akan ada yang membalas kelak. Jika kamu memberi makan, maka kamu memberi kepada orang yang berterima kasih, dan jika kamu minta uang, maka aku akan memberi seberapapun kamu memintanya,” jawab Nabi Saw.
Dialog seperti ini terjadi sampai tiga hari, esok harinya dan hari berikutnya.
Teladan Sifat Nabi Muhammad Saw yang Membebaskan
Pada hari ke empat Nabi Saw meminta sahabatnya melepaskan ikatannya dan membebaskannya. Tsumamah kemudian pergi ke sebuah pohon kurma di dekat masjid, lalu mandi. Sesudah itu kembali dan menyatakan masuk Islam, membaca dua kalimat Syahadat.
Kemudian mengatakan :
قال: يا مُحمد، واللهِ ما كان على الأرض وجه أبغضَ إلىَّ من وجهكَ، فقد أصبحَ وجهك أحب الوجوه إلىَّ! وإنَّ خيلك َ أخذتني وأنا أريدُ العُمرة، فماذا ترى؟
فبشَّرَه النبيُّ صلَّى الله عليه وسلَّم وأمرَه أن يعتمرَ، فلما قَدِمَ مكة وعلمتْ قُريش بإسلامه، قالوا له: صبوتَ؟!
فقال: بل أسلمتُ مع محمدٍ صلَّى الله عليه وسلَّم،
Artinya : “Muhammad, demi Allah tidak ada di muka bumi ini orang yang paling aku benci selain kamu. Tetapi sekarang kamu adalah orang yang paling aku cintai. Jika kudamu bisa membawaku, aku ingin umroh, bagaimana menurutmu?.”
Nabi SAW gembira dan menyuruhnya umroh. Manakala dia tiba di Mekah, dan orang-orang Quraisy mengetahui dia masuk Islam, mereka berkata : “kamu pura-pura ya?”
Ia menjawab : “tidak. Aku mengikuti/bersama Muhammad.”
Tsumamah menjadi muslim yang baik dan ikut berjuang menyebarkan Islam secara baik-baik. (Rul)