• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Komunikasi sebagai Kunci Mencapai Kepuasan dalam Pernikahan

Komunikasi yang baik bukan hanya terkait penyampaian pesan dari satu pihak ke pihak lain, melainkan juga terdapat kepercayaan satu sama lain. Selain itu juga perlu adanya keterbukaan, empati dan keterampilan mendengar.

Neng Eri Sofiana Neng Eri Sofiana
11/11/2020
in Keluarga, Kolom
0
138
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Pernikahan acap kali dianggap manis pada tahun pertama pernikahan. Hal itu pula yang diiyakan oleh Duvall dan Maller, bahwa kepuasan dalam pernikahan hanya terjadi pada awal pernikahan saja, namun juga ada yang mengatakan bahwa bisa dicapai dan dirasakan selama sepuluh tahun pernikahan berlangsung. Rasa puas pada manusia tentu merupakan hal yang sulit diukur, karena kepuasan manusia tidak terbatas. Namun secara ilmu psikologi keluarga, terdapat cara atau indikator untuk mengukur bagaimana kepuasaan dalam pernikahan.

Cara melihat kepuasan dalam pernikahan adalah dengan melihat tingkat seseorang mengekpresikan kebahagiaan dan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahan yang dijalaninya. Kepuasan ini tergantung pada kebutuhan individu, harapan, keinginan dan tujuan dari pernikahan tersebut, karena mencapai kepuasan juga diartikan sebagai capaian dalam mengaplikasikan tujuan pernikahan.

Menurut Olson dan Fower, kepuasan dalam pernikahan dapat diukur dengan beberapa aspek. Pertama, komunikasi yang terjalin antara suami istri, sudahkah berkomunikasi dengan melibatkan kepercayaan dan mengungkapkan diri tanpa takut?

Kedua, leisure activity atau melihat seberapa banyak waktu yang dihabiskan bersama sehingga dapat saling berbagi antar pasangan. Ketiga, resolusi konflik atau keterbukaan pasangan dalam menyelesaikan dan mengatasi masalah bersama. Keempat, manajemen keuangan atau bagaimana cara pasangan membelanjakan uang dan membuat keputusan finansial terhadap keinginan dan kebutuhan.

Kelima, orientasi seksual atau terkait afeksi dan hubungan seksual yang mencapai tingkat kepuasan satu sama lain, sehingga hubungan seksual yang menjadi lambang cinta dan kasih sayang suami yang dilakukan dapat memberi kebahagiaan kepada kedua belah pihak, baik dalam hal tingkah laku seksual hingga kesetiaan terhadap pasangan. Keenam, equalitarian role atau terkait pembagian peran yang seimbang atau dilakukan secara bersama-sama.

Baca Juga:

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

Ketujuh, isu pribadi atau masalah kepribadian terkait penyesuaian pasangan terhadap perubahan pasangan lainnya yang seiring berjalannya pernikahan dimungkinkan tidak sesuai harapan, baik dalam tingkah laku, kebiasaan maupun kepribadian pasangan. Kedelapan, anak dan pengasuhan anak atau terkait makna anak dalam keluarga dan kesepakatan bersama tentang cara mendidik dan mengasuh anak.

Kesembilan, keluarga dan teman-teman atau bagaimana pola hubungan atau komunikasi dengan anggota keluarga, keluarga pasangan dan teman-teman sehingga mencapai kenyamanan ketika bersama. Kesepuluh, orientasi keagamaan atau bagaimana cara mengukur keyakinan dan bentuk implementasi dalam beragama atau beribadah di kehidupan sehari-hari.

Maka dengan beragam tolak ukur kepuasan dalam pernikahan di atas menunjukan bahwa dalam mencapai kepuasan pernikahan diperlukan adanya kerjasama antar suami dan istri yang akan menghasilkan perasaan saling menerima perubahan satu sama lain, saling menerima kekurangan pasangan, saling percaya dan saling membutuhkan satu sama lain, serta menggangap pernikahan sebagai hal yang permanen sehingga tidak melihat perceraian sebagai alternatif dalam penyelesaian masalah.

Jika ditarik secara singkat, komunikasi merupakan kunci untuk mencapai kepuasan dalam pernikahan. Komunikasi pula yang menjadi sebab fundamental suatu konflik dalam rumah tangga. Komunikasi atau cara interaksi dalam suatu keluarga menentukan kehamornisan yang terjalin. Secara fungsi sosial, komunikasi memiliki peran penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan, dan mampu menghindarkan diri dari tekanan atau ketegangan.

Namun, sebuah komunikasi yang baik bukan hanya terkait penyampaian pesan dari satu pihak ke pihak lain, melainkan juga terdapat kepercayaan satu sama lain. Selain itu juga perlu adanya keterbukaan, empati dan keterampilan mendengar.

Bahkan menurut Cutlip dan Centerm komunikasi bisa dikatakan efektif jika dilaksanakan dengan melaui empat tahap mulai dari fact finding atau pencarian fakta atau data tentang dengan keinginan lawan bicara. Kemudian planning atau perencanaan terkait apa yang akan dikemukakan, termasuk bagaimana cara mengemukakannya berdasarkan fakta atau data yang diperoleh. Setelah itu communicating atau pelaksanaan komunikasi sesuai rencana dan evaluation atau penilaian hasil komunikasi yang telah dilakukan.

Titik tekan komunikasi memang bertumpu kepada hasil komunikasi yang diharapkan sesuai antara sikap dan tingkah lakunya setelah adanya komunikasi. Dalam menghidupkan komunikasi keluarga, memang diperlukan adanya attention atau membangkitan perhatian anggota keluarga, kemudian interest atau kepentingan yang disampaikan sesuai kebutuhan keluarga dan decision atau keputusan untuk melakukan pesan yang diharapkan hingga adanya action atau tindakan sebagai hasil nyata komunikasi.

Hal ini menjadi penting, karena komunikasi yang berhasil akan menjadi pendorong tercapainya kepuasan dalam pernikahan. Maka, berkomunikasilah senyaman mungkin dengan pasangan sesuai dengan cara yang dimiliki masing-masing kepribadian, dan capailah kepuasan dalam pernikahan! Salam bahagia dan membahagiakan! []

Tags: keluargaKesalingankomunikasiperkawinanRelasi Suami dan Istri
Neng Eri Sofiana

Neng Eri Sofiana

Ibu rumah tangga yang senang mengkaji hukum Islam dan budaya, lahir di Cianjur, kini berdomisili di Ponorogo dan sedang menempuh Pascasarjana Hukum Keluarga IAIN Ponorogo.

Terkait Posts

Berpikir Positif

Rahasia Tetap Berpikir Positif Setiap Hari, Meski Dunia Tak Bersahabat

21 Mei 2025
Puser Bumi

Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

21 Mei 2025
Peran Aisyiyah

Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

20 Mei 2025
Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

20 Mei 2025
Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Aeshnina Azzahra Aqila

Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

20 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Pengertian dan Hadits Larangan Melakukan Azl
  • Rahasia Tetap Berpikir Positif Setiap Hari, Meski Dunia Tak Bersahabat
  • KB dalam Hadits
  • Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi
  • Menyusui Anak dalam Pandangan Islam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version