Mubadalah.id – Cobaan atau konflik dalam membina kehidupan rumah tangga merupakan sesuatu yang wajar terjadi bagi pasangan suami istri yang tengah menjalani kehidupan rumah tangga.
Apalagi, saat usia pernikahannya memasuki lima tahun, perbedaan-perbedaan kecil kerapkali dibesar-besarkan, lalu bertengkar. Salah sedikit, berkali-kali, lalu jadi besar dan bertengkar.
Apabila persoalan konflik rumah tangga itu didiamkan, yang terjadi adalah persoalan-persoalan akan semakin menumpuk, lalu meledaklah suatu ketika.
Fisik kita, sesempurna apapun, pasti memiliki berbagai kelemahan. Bisa sakit, letih, dan lemah. Bisa juga mengalami kecelakaan yang mengubah kesempurnaan fisik kita. Yang paling pasti, ada perbedaan masing-masing dalam memenuhi kebutuhan fisik ini.
Psikis kita, apalagi ditambah akal pikiran, sikap, dan perilaku juga memiliki berbagai kelemahan. Bisa juga salah memahami dan salah tindakan. Yang pasti, ada perbedaan masing-masing, akibat perbedaan latar belakang budaya, pendidikan, dan keluarga. Karena kita manusia, kekurangan, kelemahan, termasuk kesalahan, adalah wajar. Kita tidak perlu menyesalkan ini semua.
Oleh sebab itu, menurut Faqihuddin Abdul Kodir atau yang kerap disapa Kang Faqih, saat perbedaan di dalam rumah tangga itu muncul, maka yang diperlukan adalah kita tidak boleh membiarkannya. Tapi bagaimana untuk menyelesaikannya secara bersama-sama.
Hal itu dikarenakan, semangat pernikahan itu tidak hanya menyatukan persamaan-persamaan antara dua pasang laki-laki dan perempuan. Tetapi juga merayakan perbedaan-perbedaan yang ada, mengenali, memahami, dan mengapresiasinya.
Menerima perbedaan sama pentingnya dengan menggenggam persamaan. Memang ada perbedaan yang cukup dikenali lalu diterima, sebagai bagian dari ekspresi diri masing-masing, seperti perbedaan jenis makanan favorit.
Ada perbedaan yang perlu dipahami lebih dalam dan disesuaikan, seperti perbedaan perilaku akibat beda budaya. Dan perbedaan yang harus diubah, seperti perilaku kasar, karena bisa merusak hubungan.
Di atas semua itu, adalah komitmen mubadalah, atau kesalingan untuk saling memperkuat kelemahan masing-masing, melengkapi kekurangan masing-masing, dan memproses semua perbedaan menjadi kekuatan bersama. (Rul)