Mubadalah.id – Sebagaimana daratan menghadapi berbagai bentuk pencemaran, laut pun kini menghadapi krisis pencemaran yang semakin mengkhawatirkan. Beragam limbah terus mengalir ke laut mulai dari tumpahan minyak mentah, limbah pabrik yang tidak terolah, hingga sampah rumah tangga yang dibuang ke sungai dan akhirnya bermuara ke pantai.
Tidak sedikit pula sampah yang sengaja, sebagian masyarakat buang langsung ke kawasan pesisir. Semua bentuk pencemaran ini pada akhirnya menurunkan kualitas air laut yang selama ini menjadi rumah bagi berbagai hewan dan tumbuhan.
Hal inilah yang menyebabkan, penurunan kualitas air yang mengganggu seluruh ekosistem di laut dan bahkan membuat air laut banyak yang tidak lagi layak menjadi habitat. Terumbu karang yang seharusnya menyediakan ruang hidup bagi ikan, udang, kuda laut, serta melindungi telur-telur ikan yang penting bagi kelestarian spesies, kini banyak yang rusak. Kerusakan ini menyebabkan terumbu karang hanya menyisakan jenis alga tertentu—menandakan bahwa ekosistem yang sehat perlahan runtuh.
Ketika terumbu karang rusak, hilang pula rumah bagi sejumlah besar makhluk laut. Ini berarti hilangnya sumber makanan, tempat berkembang biak, serta perlindungan bagi biota. Dampaknya dirasakan langsung oleh para nelayan yang menggantungkan hidup pada hasil laut. Masyarakat umum juga ikut terdampak karena kualitas dan ketersediaan ikan serta sumber makanan dan obat-obatan dari laut semakin menurun.
Ancaman Mikroplastik
Dalam kondisi ekosistem yang melemah, ancaman mikroplastik justru semakin memperburuk kondisi laut. Bahkan, sampah plastik yang terurai menjadi partikel kecil kini menggenangi perairan Indonesia.
Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2020 mencatat bahwa wilayah laut Indonesia telah tercemar 1.772,7 gram sampah per meter persegi. Dengan luas laut 3,25 juta kilometer persegi, diperkirakan jumlah sampah laut mencapai 5,75 juta ton.
Dari jumlah tersebut, plastik menjadi jenis yang paling mendominasi, mencapai 35,4 persen atau setara 627,80 gram per meter persegi.
Krisis ancaman mikroplastik ini bukan hanya membahayakan ikan dan makhluk laut lainnya, tetapi juga mengancam manusia. Partikel plastik dan racun berbahaya seperti merkuri telah banyak kita temukan dalam kerang hijau, ikan teri, bahkan garam laut yang kita konsumsi sehari-hari. Dengan kata lain, pencemaran yang kita buang ke laut perlahan kembali masuk ke tubuh kita melalui makanan. []











































