• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Kunjungan Paus Fransiskus dan Intoleransi di Depan Mata

Berbagai insiden intoleransi bahkan luput. Karena rakyat Indonesia terlampau habis perhatiannya terhadap konstelasi politik jelang Pilkada 2024

Mamang Haerudin Mamang Haerudin
05/09/2024
in Personal
0
Kunjungan Paus Fransiskus

Kunjungan Paus Fransiskus

916
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Catatan agak panjang ini anggap saja sebagai penyempurna postingan status Facebook saya kemarin. Yakni sesaat setelah Paus Fransiskus tiba di Indonesia. Sebagaimana kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar beberapa waktu lalu, kunjungan Paus Fransiskus yang terjadwalkan akan mulai hari Selasa, 3 September 2024 sampai beberapa hari ke depan.

Dari kunjungan ini hampir kita pastikan tidak akan membawa dampak yang berarti terhadap kondisi toleransi dan berbagai insiden intoleran yang setiap saat bisa terjadi. Semingguan yang lalu, jemaat Gereja Allah Baik (GAB) di Jombang, terpaksa beribadah di emperan luar karena gereja mereka malah disegel.

Setali tiga uang dengan dengan jemaat GAB, jemaat GBI di Desa Sopan Jaya, Sumatera Barat juga mendapatkan perlakuan persekusi yang tidak jauh beda. Jemaat GBI di sana sampai memohon-mohon dan menangis agar gereja mereka tidak dibongkar oleh para manusia tidak berperikemanusiaan. Sungguh fenomena intoleransi yang menyayat hati. Apalagi terjadi di tengah kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia dengan sambutan yang luar biasa.

Tidak Terjebak pada Acara Seremonial

Berkaca dari pengalaman kunjungan Grand Syaikh, ia kita sambut dengan sedemikian gegap gempita. Bahkan setiap kata dan kalimat yang keluar dari setiap pidato dan diskusinya selalu menjadi sorotan. Padahal semuanya terjadi secara biasa dan alamiah.

Saya berharap kunjungan Paus Fransiskus tidak lagi terjebak pada acara seremonial yang tidak membekas sama sekali terhadap transformasi sosial. Apakah Paus Fransiskus dan timnya tahu atau tidak bahwa masih banyak saudara-saudara minoritas kita di Indonesia yang mendapat perlakuan secara diskriminatif. Sebut saja di antara yang masih sering mendapatkan perlakuan diskriminatif adalah mereka para jemaat Ahmadiyah.

Baca Juga:

Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

Benarkah Feminisme di Indonesia Berasal dari Barat dan Bertentangan dengan Islam?

Bahkan yang lebih menyedihkan lagi, para intelektual dan cendekiawan yang selama ini getol menyuarakan toleransi, nyatanya masih sebatas manis di mulut. Tidak ada yang berani pasang badan secara langsung.

Kementerian-kementerian (terlebih Kementerian Agama) dan pihak-pihak terkait masih saja asik sendiri. Peraturan-peraturan juga masih membelenggu saudara-saudara kita yang minoritas dan tetap mereka pertahankan tanpa mau ada yang protes secara serius untuk kemudian terhapuskan.

Menyoal Dialog Lintas Agama

Menteri Agama hingga Presiden Joko sampai tega hati mengatakan bahwa kondisi umat beragama di Indonesia baik-baik saja. Saya pikir, pernyataan Menteri Agama dan Presiden Joko mewakili mayoritas umat beragama. Sebagai manusia yang tidak manusiawi, masih banyak yang terjebak unggah-ungguh dengan sangat berlebihan. Sekadar ikut-ikutan kebanyakan orang dan senang dengan acara-acara yang seremonial tanpa makna.

Jadi selama ini dialog demi dialog lintas agama juga masih sebatas seremonial dan manis di mulut. Tidak sampai pada makna hakikatnya. Bahkan sampai catatan harian ini saya tulis, ketimbang membela dan memasang badan untuk saudara-saudara kita yang terganggu ibadah dan dirusak tempat ibadahnya, sama sekali tidak ada.

Pernyataan sikap dan poster yang berseliweran di media sosial misalnya, bukan malah mengecam aksi intoleransi. Malah sama-sama terjebak pada pernyataan sikap (atau tepatnya ucapan penyambutan) atas kedatangan Paus Fransiskus yang tentu saja masih manis di mulut saja.

Paus Fransiskus, Grand Syaikh Al-Azhar, Ketua Umum PBNU dan atau para pimpinan tinggi agama-agama yang lain, mestinya mempunyai insting toleransi yang tinggi. Saya menduga kuat jikalau mereka, para pimpinan tinggi agama-agama ini terlampau di atas, sehingga sulit mengendus persoalan-persoalan di bawah.

Spirit dalam beragama tidak lagi berdasarkan logika dan spiritualitas yang terwujud pada akhlak sosial dan pelayanan kepada umat agama yang ada di level bawah. Melainkan hanya bermanis-manis pada tataran formal.

Berbagai insiden intoleransi tadi bahkan luput. Karena rakyat Indonesia terlampau habis perhatiannya terhadap panasnya konstelasi politik jelang Pilkada serentak November 2024. Berbagai media lokal maupun nasional pun sama sekali tidak ada yang memberitakan aksi-aksi intoleransi yang terjadi jelas di depan mata.

Kalau fenomena seremonial dan formalitas dalam beragama terus menjadi andalan umat beragama di Indonesia, saya khawatir apabila spirit beragama tidak menjadikan umat menjadi cerdas dan kritis. Melainkan semakin terjebak pada unggah-ungguh yang berlebihan. Puncaknya tidak peduli terhadap aksi-aksi intoleransi yang justru terlihat di depan mata. []

 

Tags: agamaIndonesiaintoleransikatolikkeberagamanKunjungan Paus Fransiskustoleransi
Mamang Haerudin

Mamang Haerudin

Penulis, Pengurus LDNU, Dai Cahaya Hati RCTV, Founder Al-Insaaniyyah Center & literasi

Terkait Posts

Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID