Mubadalah.id – Salah satu dewan penasehat ulama perempuan (KUPI), Buya Husein Muhammad menjelaskan bahwa di dalam al-Qur’an surat Luqman, ayat 15, terdapat juga kata jihad dengan arti bukan perang dengan kekuatan senjata.
“Dan jika keduanya berjihad terhadapmu agar mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentangnya, maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergaulilah mereka di dunia dengan ma’ruf (kebaikan sesuai tradisi).”
Jihad pada ayat ini, menurut Buya Husein, jelas tidaklah berarti perang fisik. Ayat tersebut turun justru berkaitan dengan peristiwa masuk Islamnya seorang anak. Ibunya tidak rela dan menginginkan anak itu kembali kepada agama sebelumnya. Si anak menolak.
Si ibu tetap tidak rela dan untuk itu ia protes keras dengan melakukan aksi mogok makan dan minum selama tiga hari.
Si anak tetap saja tidak bergeser dari keyakinannya. Ia bahkan mengatakan:
“Ibunda, andai kata engkau mempunyai seratus orang yang memaksa aku untuk kembali (ke keyakinan awal), niscaya aku tidak akan melakukannya. Kalau ibu mau makan, silakan dan kalau tidak mau, juga silakan”.
Mengomentari ayat ini Ibnu Katsir mengatakan: “Jika keduanya (ayah-ibu) sangat berkeinginan…”/ in harashaa ‘alaika kulla al hirsh. (Tafsir al-Qur’an al ‘Azhim, III/445).
Lebih lanjut, Buya Husein memaparkan bahwa ada seorang penafsir al-Qur’an paling klasik, Muqatil bin Sulaiman, memperkenalkan tiga makna jihad.
Tiga Makna Jihad
Pertama, “jihad bi al Qawl” (perjuangan dengan kata-kata, ucapan, pikiran).
Ini merujuk pada al-Qur’an surah al-Furqan ayat 52 : “wa Jahidhum bihi Jihadan kabira” (dan berjihadlah kamu dengannya dengan sungguh-sungguh).
Dan dalam surat at-Taubah ayat 73 : “Ya Ayyuha al Ladzina Amanu Jahid al-Kuffara wa al-Munafiqin” (Hai orang-orang yang beriman berjihadlah kamu terhadap orang-orang kafir dan orang-orang munafik).
Kedua, al-Qital bi al-Silah (perang dengan senjata). Ini dikemukakan dalam an-Nisa ayat 15.
Ketiga, Jihad bi al-‘Amal (bekerja dan berusaha). Ini dikemukakan dalam surat al-Ankabut ayat 6 : “Wa Man Jahada fa Innama yujahidu li nafsih” (dan siapa yang berkerja dengan sungguh-sungguh maka sesungguhnya untuk dirinya sendiri).
Kemudian terdapat juga di ayat 69 : “Wa alladzina Jahadu fina lanahdiyannahum subulana” (dan orang-orang yang berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan rida Kami niscaya Kami beri mereka jalan Kami).
Serta surah al-Hajj, ayat 78: “Wa Jahidu fillah Haqqa Jihadih” (dan bekerjalah dengan sungguh-sungguhnya semata-mata karena mengharap kerelaan Allah). (Muqatil; Al Asybah wa al Nazhair fi al-Qur’an al Karim). (Rul)