• Login
  • Register
Senin, 2 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Buku

Mari Belajar Menjaga Lisan dari Novel Hello Tere Liye

Menjaga lisan adalah tanggung jawab kita sebagai manusia. Mari kita jadikan lisan sebagai alat kebaikan

Alfa Hasanah Alfa Hasanah
19/01/2025
in Buku
0
Menjaga Lisan

Menjaga Lisan

986
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Kita harus belajar untuk menjaga lisan. Pun jika kita sedang marah, tidak senang, atau ingin menolak sesuatu, usahakan untuk tetap mengontrol emosi. Katakan penolakan dengan cara yang baik.

Mubadalah.id – Teman-teman, pernah nggak sih merasa tersinggung atas ucapan orang lain? Atau bahkan, dari ucapan itu, ada yang sampai merasa sakit hati? Aku rasa semua orang pernah mengalami hal seperti ini, baik sadar maupun tidak.

Ketika kita berada di posisi tersebut, sebenarnya kita sedang mengalami bentuk kekerasan lho. Lebih tepatnya kekerasan mental. Kekerasan ini terjadi ketika kita merasa tidak nyaman atas kata-kata atau situasi tertentu.

Menurutku, kekerasan mental jauh lebih menyakitkan dibandingkan kekerasan fisik. Luka di tubuh mungkin bisa sembuh, tetapi luka di hati? Wah, susah banget sembuhnya. Eits, tapi bukan berarti kita boleh melakukan kekerasan fisik ya. Wong kekerasan mental saja nggak boleh, apalagi kekerasan fisik.

Sayangnya, saat kita emosi, seringkali tanpa sadar kita melontarkan kata-kata yang bisa melukai perasaan orang lain. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengontrol diri saat emosi. Jangan sampai ucapan kita saat marah malah menyakiti hati orang lain.

Baca Juga:

Yuk Belajar Keberanian dari Ummu Haram binti Milhan…!!!

Alarm Bahaya Pencabulan Anak: Belajar dari Kasus Keluarga di Garut

5 Konsep Menjaga Keseimbangan Alam dan Kelestarian Lingkungan Hidup

Kata Nyai Badriyah: Banyak Para Sahabiat Belajar Langsung kepada Rasulullah Saw

Seperti pepatah mengatakan, “Lidah memang tak bertulang, tapi lebih tajam dari pedang.” Artinya jelas, luka yang disebabkan oleh lidah lebih sulit sembuh daripada luka yang disebabkan oleh pedang, bukan?

Novel Tere Liye

Nah, berkaitan dengan hal ini, aku ingin berbagi pelajaran yang aku dapat dari Novel Tere Liye berjudul Hello. Dalam novel ini, ada satu adegan di mana Tigor, salah satu tokohnya, ingin melamar seorang putri bangsawan terhormat bernama Hesty. Namun, lamaran Tigor ditolak dengan kata-kata yang sangat menyakitkan:

“Kamu mau bertanya apakah aku merestui kamu menikahi Hesty? TIDAK AKAN PERNAH! Catat itu, tidak akan pernah.”

“Apa lagi yang perlu dibicarakan?” Raden Wijaya berseru ketus.

“Hanya karena dia kuliah di kampus tempat anak-anak kuliah, lulusan terbaik, tidak membuatnya setara dengan Hesty. Hanya karena dia punya bisnis besar, rumah, mobil, tidak membuatnya setara dengan keluarga kita. Dia anak pembantu. Keluarga ini keturunan ningrat, keluarga Raden Wijaya yang terhormat. Aku tidak akan pernah menyetujui Hesty menikah dengan anak pembantu.”

Setelah kejadian lamaran yang ditolak itu, Tigor, yang dikenal percaya diri, bersemangat, dan pantang menyerah, seketika kehilangan nyali. Ia mulai menghilang dari kehidupan Hesty. Malam-malamnya dihabiskan untuk begadang, pagi tidur sampai sore, dan duduk di kafe 24 jam sampai bosan. Kehidupannya benar-benar berubah drastis. Ia menjadi tak terurus; wajahnya kusut, rambutnya berantakan.

Itulah sekilas kisah Tigor yang mengalami kekerasan mental akibat penolakan lamaran. Bahkan, di dunia nyata, cerita seperti ini tidak jarang berujung pada hilangnya nyawa.

Belajar Menjaga Lisan

Oleh karena itu, kita harus belajar untuk menjaga lisan. Pun jika kita sedang marah, tidak senang, atau ingin menolak sesuatu, usahakan untuk tetap mengontrol emosi. Katakan penolakan dengan cara yang baik dan tidak menyakiti hati orang lain.

Sebagai seorang muslim, menjaga lisan juga merupakan bagian dari ajaran agama. Dalam sebuah riwayat, Nabi Muhammad SAW menegaskan:

“Siapakah muslim yang paling utama?” Beliau menjawab, “Orang yang bisa menjaga lisan dan tangannya dari berbuat buruk kepada orang lain.” (HR. Bukhari).

Dalam hadits lain, Nabi SAW menjelaskan bahwa orang yang tidak bisa menjaga lisannya akan binasa di akhirat kelak:

“Maukah aku beritahukan kepadamu tentang kunci semua perkara itu?” Jawabnya: “Iya, wahai Rasulullah.” Maka Beliau memegang lidahnya dan bersabda, “Jagalah ini.”

Ia bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami dituntut (disiksa) karena apa yang kami katakan?” Maka Beliau bersabda, “Celaka engkau. Adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya di dalam neraka selain ucapan lisan mereka?” (HR. Tirmidzi).

Hadits-hadits ini semakin mempertegas bahwa menjaga lisan adalah tanggung jawab kita sebagai manusia. Mari kita jadikan lisan sebagai alat kebaikan. Sebab, setiap kata yang keluar dari mulut kita adalah amanah yang akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. []

Tags: belajarlisanMarimenjagaNovel HelloTere Liye
Alfa Hasanah

Alfa Hasanah

Saya adalah Mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) ISIF Cirebon.

Terkait Posts

Kisah Khalifah Manshur dan Georgeus

Belajar Toleransi dari Kisah Khalifah Manshur dan Georgeus Buktisyu

30 Mei 2025
Sayap-sayap Patah

Buku Sayap-Sayap Patah: Kritik Kahlil Gibran terhadap Pernikahan Paksa

30 Mei 2025
Perempuan Keluar Malam

Refleksi Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab: Apakah Perempuan Tak Boleh Keluar Malam?

28 Mei 2025
Daughters of Abraham

Ulasan Daughters of Abraham: Ketika Para Putri Ibrahim Menggugat Tafsir

27 Mei 2025
Buku Toleransi dalam Islam

Islam adalah Agama Kasih: Refleksi dari Buku Toleransi dalam Islam

26 Mei 2025
Buku Saku Keluarga Berkah

Membangun Keluarga Sakinah: Telaah Buku Saku Keluarga Berkah

25 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jilbab

    Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Hijab dan Jilbab dalam al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Makna Hijab dan Jilbab dalam al-Qur’an
  • Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)
  • Tren Mode Rambut Sukainah

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID