Mubadalah.id – Tiga hari yang lalu umat Islam bersuka cita, hari yang memperingati junjungannya telah tiba. Hari ketika Sang Pencerah telah lahir ke dalam dunia. Junjungan kita, Baginda Nabi Muhammad saw, Sang Kekasih Allah hadir di tengah-tengah kita. Meskipun waktu telah berlalu 1400 tahun lebih lamanya, namun kehadiran beliau tetaplah dapat kita rasakan. Sang kekasih Allah, manusia suci, dan pembawa rahmat Allah bagi seluruh alam semesta.
Bagindaku adalah junjungan yang sederhana. Beliau yang menyuapi pengemis Yahudi dengan tangannya sendiri ketika pengemis tersebut selalu menghina Rasulullah. Bagindaku adalah junjungan yang memuliakan perempuan dan anak-anak. Bagindaku adalah junjungan yang selalu bersama kaum yang lemah dan tertindas.
Alam Semesta Bersuka Cita Mengabarkan Kelahirannya
Pada suatu malam, ketika bulan memancarkan sinarnya dengan terang. Sekali lagi Sayyidatinaa Aminah mendengar suara berkata: “Tidak lama lagi Engkau akan melahirkan tokoh umat ini…kalau dia lahir berdoalah memohon perlindungan untuknya dari Yang Maha Esa dan dari semua yang iri hati dan namailah dia Muhammad”
Pada hari ketujuh dari kelahirannya, Abdul Muththalib menyembelih beberapa ekor binatang. beliau menjamu karib dan para sahabatnya. Ketika beliau ditanya mengapa cucunya bernama Muhammad (yang saat itu berbeda dengan nama-nama leluhurnya). Beliau menjawab “Aku mengharap dia terpuji berkali-kali di langit dan di bumi”
Kata Muhammad mengandung arti ‘Terpuji berkali-kali” berbeda dengan Mahmud yang berarti terpuji walau sekali. Berbeda dengan Hamid yang berarti memuji walau sekali.
Diriwayatkan bahwa ketika Nabi Muhammad saw lahir, terpancar cahaya ke Timur dan ke Barat, ke seluruh penjuru. Riwayat tersebut bersumber dari bermacam-macam sumber. Ada dari Nabi saw sendiri yang menceritakan bahwa Ibu beliau melihat cahaya itu ketika beliau lahir (HR. Ahmad).
Nubuat-Nubuat Nabi Muhammad saw. dalam Kitab-Kitab Suci
Dalam Al-Qur’an Surah ash-Shaff [61]:6, Allah berfirman:
وَاِذْ قَالَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اِنِّيْ رَسُوْلُ اللّٰهِ اِلَيْكُمْ مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرٰىةِ وَمُبَشِّرًا ۢ بِرَسُوْلٍ يَّأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِى اسْمُهٗٓ اَحْمَدُۗ فَلَمَّا جَاۤءَهُمْ بِالْبَيِّنٰتِ قَالُوْا هٰذَا سِحْرٌ مُّبِيْنٌ
Artinya, “(Ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, “Wahai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu untuk membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira tentang seorang utusan Allah yang akan datang setelahku yang namanya Ahmad (Nabi Muhammad).” Akan tetapi, ketika utusan itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, “Ini adalah sihir yang nyata.”
Nabi Isa as. menurut ayat tersebut mendapatkan infromasi mengenai Nabi Muhammad saw., antara lain seperti apa yang beliau sampaikan sebagaimana bunyi pada ayat tersebut. Salah satu ayat pada Al-Kitab yang sejalan maknanya dengan ayat Qur’an tersebut ialah infromasi dari Injil Yohannes XIV:15-16.
Ayat tersebut berkata, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahku. Aku akan minta kepada bapa dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain supaya ia menyertai kamu selama-lamanya.”
Teks tersebut dipahami sebagai berita gembira mengenai kehadiran Nabi Muhammad saw. Teks asli bahasa Suryani dan Yunani yang diterjemahkan dengan kata Penolong/Pelipur pada teks di atas adalah Parkaletos yang berarti “orang yang terpuji” atau dalam bahasa Arab “Muhammad/Ahmad”
Rasulullah Muhammad Sebagai Sebaik-baiknya Manusia
Dalam buku Membaca Sirah Nabi Muhammad saw, Orang berkata, “Tidak semua yang gagah tampak berwibawa. tetapi, bagi Nabi Muhammad, ketampanan bergandengan dengan kewibawaan.” Prof. Quraish Shihab menjelaskan bahwa dalam aneka keteraturan dan kesederhanaan beliau, beliau sangatlah berwibawa.
Wibawa tersebut lahir dari kedekatan kepada Allah dan penuhnya hati dengan kecintaan, kekaguman, dan pengagungan kepada-Nya. Serta perhatian dan kasih sayang kepada makhluk. Hal tersebutlah yang melahirkan wibawa yang terpancar pada air muka, bahkan pada suara dan gerak gerik beliau.
Abdullah ibn Salam, seorang pendeta Yahudi pada sebuah kesempatan beliau memeluk Islam berucap, “Ketika Nabi Muhammad masuk ke Madinah, orang-orang berduyun-duyun menyambut beliau. Aku pun datang untuk melihatnya. lalu ketika kutatap wajah beliau, aku mengetahui bahwa wajh itu bukanlah wajah pembohong.”
Ucapa pertama yang mantan pendeta Yahudi dengar dari Rasulullah ialah, “Wahai seluruh manusia, sebarluaskan kedamaian, berilah pangan, dan shalatlah di waktu malam, niscaya kalian masuk surga dengan penuh kedamaian” (H.R Tirmidzi)
Wibawa atau dalam bahasa agama adalah Mahabbah yang merupakan buah dari keistiqamahan. Wibawa tersebut memiliki arti sebagai terjalinnya kepribadian dengan nilai-nilai yang di anut. Hal tersebut lahir dan melahirkan berbagai sifat terpuji.
Beberapa keistimewaan akhlak beliau, yaitu tulus berdakwah, adil, terpercaya, sabar, lapang dada, dermawan, rendah hati, setia dan penuh kasih, serta sosok paling bertakwa tetapi menjaga naluri kemanusiaannya.
Refleksi Membaca Sirah Nabi Muhammad Saw
Sebagai penutup, melalui buku Membaca Sirah Nabi Muhammad, Prof. Quraish Shihab mengajak kita menyelami cinta Rasulullah saw dengan penuh kelembutan. Nabi Muhammad saw tergambar sebagai sosok yang hidup dalam hati umat dengan akhlak mulia dan kasih sayang yang luas.
Merayakan Maulid Nabi Muhammad saw berarti merayakan Idul Mahabbah, hari cinta yang mengikat kita pada Sang Kekasih Allah. Dari kisah-kisah yang tersbeut, Prof. Quraish Shihab mengajak kita untuk meneladani akhlak beliau, menumbuhkan kasih dalam kehidupan, serta menghadirkan sikap adil, peduli, dan rendah hati.
Membaca karya beliau menjadi jalan untuk lebih mengenal Nabi, merasakan kehadirannya dalam keseharian, dan menjadikan cinta kepada beliau sebagai cahaya yang menuntun langkah menuju Allah. Allahumma Sholli wa Sallim ‘Alaa Sayyidinaa Muhammad. []