• Login
  • Register
Jumat, 9 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Memaknai Pendidikan Nasional di Tengah Pandemi

Fina Nihayatul Fina Nihayatul
08/05/2020
in Publik
0
62
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Sudah lebih dari dua bulan sejak anjuran pembatasan sosial diberlakukan, seluruh institusi pendidikan formal yang semula diselenggarakan seara fisik terpusat di satu tempat kini diubah menjadi dalam jaringan (daring).

Tidak hanya itu, institusi pendidikan nonformal juga menyusul, meskipun masih ada beberapa yang menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar fisik dalam jumlah terbatas seperti yang terjadi di beberapa pondok pesantren. Maka, hari-hari ini dapat kita melihat bahwasanya beberapa dari kita mulai terbiasa beradaptasi dengan rutinitas pembelajaran dari rumah dengan memanfaatkan teknologi yang ada.

Apabila kita menengok beberapa minggu lalu, sosial media terasa dipenuhi dengan banyak keluhan dan opini tentang kendala atas pembelajaran jarak jauh atau PJJ. Mulai dari kuota internet, kendala dan keterbatasan device, hingga beban tugas yang cukup banyak.

Hal ini tentu saja tidak hanya menjadi pehatian murid dan guru, tetapi juga orang tua siswa selama masa belajar dari rumah. Bahkan, orang tua, terutama ibu, menjadi garda terdepan yang mengawal anak-anak tetap belajar dari rumah masing-masing.

Penulis tidak ingin membandingkan pekerjaan ayah atau ibu untuk mengontrol anak-anak mereka, tidak hendak juga membandingkan bagaimana opini netizen tentang kerepotan guru dibandingkan oang tua di rumah dalam hal mengasuh anak.

Baca Juga:

Perempuan di Ruang Domestik: Warisan Budaya dan Tafsir Agama

Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro

Mengapa PRT Identik dengan Perempuan?

Kisah Luna Maya, Merayakan Perempuan yang Dicintai dan Mencintai

Karena setiap orang sudah memiliki beban dan tanggungjawabnya masing-masing. Penulis hendak mengajak pembaca untuk mengambil peran bersama dalam memaknai hari pendidikan ketika belajar dari rumah di tengah pandemi.

Salah satu hal yang sangat penting dan memungkinkan untuk dilakukan bersama adalah menciptakan sinergi kolaboratif antara orang tua dan guru. Kolaborasi dengan aksi ala “mubaadalah” ini dapat menjadikan anak-anak lebih proaktif dan terkontrol dalam kegiatan belajar mengajar, meski dalam jarak jauh.

Kesalingan: Orangtua dan Guru

Seperti halnya yang telah dijelaskan oleh Kiai Faqih, bahwasanya mubaadalah adalah nilai prinsip untuk menumbuhkan kebaikan bersama dalam sebuah relasi, baik dalam level relasi lebih kecil seperti individu dan keluarga, hingga relasi sosial yang lebih luas, seperti masyarakat.

Dalam hal ini penting bagi setiap pihak untuk melakukan kebaikan secara bersama-sama agar keduanya juga mencapai tujuan yang sama. Maka, dalam hal ini mari kita lihat bagaimana prinsip kesalingan yang dapat dilakukan oleh Guru dan Orangtua siswa dalam rangka menyukseskan belajar dari rumah di masa pandemi.

Menurut penulis, aktivitas kunci yang dapat dilakukan saat ini adalah saling berkomunikasi dan bekerjasama memantau perkembangan belajar siswa. Hal ini menjadi penting untuk dilakukan oleh orangtua, baik ayah maupun ibu, serta guru.

Komunikasi yang baik antara orang tua menjadi hal yang utama untuk dibangun mengenai pembagian tugas mengawal pembelajaran anak-anak, mengingat tanggung jawab untuk mendidik tidak hanya dibebankan atas ibu, melainkan juga ayah.

Selanjutnya, penting bagi orang tua dan guru saling berkomunikasi, mengingat pembelajaran jarak jauh sangat berbeda dengan kegiatan belajar mengajar secara fisik. Sehingga dalam hal ini guru dapat tetap menjalankan tanggung jawab dan perannya sebagai pendidik, pun orang tua yang lebih memiliki kedekatan secara fisik juga dapat berbagi perkembangan dan kendala yang dialami anak selama pembelajaran agar permasalahan dapat diatasi bersama.

Integrasi pendidikan informal berbasis keluarga dan pendidikan formal jarak jauh dapat dilakukan dengan pembelajaran yang bersifat aplikatif dan vokasional. Seperi misalnya mempelajari operasi penghitungan sekaligus keterampilan dengan memasak bersama keluarga, mengenal alam dan makhluk hidup dengan berkebun, atau melakukan observasi dan pengamatan sederhana melalui media dalam jaringan.

Pandemi seharusnya tidak menjadi halangan bagi orang tua, pun guru untuk kreatif dalam mengawal pendidikan dan kegiatan belajar mengajar untuk anak-anak. Maka, mengembangkan kurikulum dan kerangka acuan yang lebih aplikatif sebagai bentuk respon masa kini dan projek jangka panjang untuk mitigasi dan antisipasi bencana di kehidupan mendatang menjadi pekerjaan kita bersama.

Bukan hanya bagi pendidik, tenaga kependidikan, atau orang tua saja, stakeholder terkait, baik itu Pemerintah dan pemerhati pendidikan juga wajib terlibat dalam rangka mewujudkan visi pendidikan nasional, seperti yang tercantum dalam UU No 20 tahun 2003 yang berbunyi: “terwujudnya pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantang zaman yang selalu berubah.” []

Fina Nihayatul

Fina Nihayatul

Terkait Posts

Vasektomi untuk Bansos

Vasektomi untuk Bansos: Syariat, HAM, Gender hingga Relasi Kuasa

9 Mei 2025
Vasektomi

Tafsir Sosial Kemanusiaan: Vasektomi, Kemiskinan, dan Hak Tubuh

8 Mei 2025
Barak Militer

Mengasuh dengan Kekerasan? Menimbang Ulang Ide Barak Militer untuk Anak Nakal

7 Mei 2025
Jukir Difabel

Jukir Difabel Di-bully, Edukasi Inklusi Sekadar Ilusi?

6 Mei 2025
Budaya Seksisme

Budaya Seksisme: Akar Kekerasan Seksual yang Kerap Diabaikan

6 Mei 2025
Energi Terbarukan

Manusia Bukan Tuan Atas Bumi: Refleksi Penggunaan Energi Terbarukan dalam Perspektif Iman Katolik

6 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kritik Kesaksian Perempuan

    Kritik Syaikh Al-Ghazali atas Diskriminasi Kesaksian Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tafsir Sosial Kemanusiaan: Vasektomi, Kemiskinan, dan Hak Tubuh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Saksi Perempuan Menurut Abu Hanifah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keheningan Melalui Noble Silence dan Khusyuk sebagai Jembatan Menuju Ketenangan Hati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Separuh Mahar untuk Istri? Ini Bukan Soal Diskon, Tapi Fikih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Perempuan di Ruang Domestik: Warisan Budaya dan Tafsir Agama
  • Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro
  • Mengapa PRT Identik dengan Perempuan?
  • Kisah Luna Maya, Merayakan Perempuan yang Dicintai dan Mencintai
  • Aurat dalam Islam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version