“Kemaren ada pemuda tolol seusiamu datang ke sini. Mau tahan lama, eh…burungnya digosok odol. Kadang-kadang, laki-laki itu memang otaknya ada di burungnya”. Ungkap Mak Jerot, dukun pijat lemah syahwat kepada pasiennya.
Mubadalah.id – Itu adalah penggalan dialog Film “Vengeance Is Mine, All Others Pay Cash”, (2021). Film berbahasa Indonesia produksi Palari Films yang digarap Edwin sebagai sutradara. Cerita ini diadaptasi dari novel berjudul; “Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas”, karya Eka Kurniawan. Film keren ini ditayangkan perdana pada segmen Concorso Internazionale, dalam ajang Locarno International Film Festival 2021 di Swiss. Apa kaitannya film ini dengan impotensi?
Film Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas ini berkisah tentang seorang pemuda bernama Ajo Kawir, yang sudah kehilangan rasa takut dalam hidupnya. Jagoan kampung ini sangat bernyali. Ia bisa melawan siapa saja untuk bertarung melawan dirinya. Dari balapan liar dengan motor butut, hingga perkelahian satu-lawan satu.
Dalam setiap adegan ekstrim yang dilakoninya, Ajo selalu teguh memegang prinsip yang sejatinya sangat ia benci; “hanya orang yang gak bisa ngaceng, bisa ngapain saja tanpa takut mati” (dikutip dari narasi Film “Vengeance Is Mine, All Others Pay Cash”). Meski babak belur dihajar gerombolan pemuda di tempat bilyar, Ajo tetap tidak akan pernah mengalah.
Dalam kesehariannya, ia termasuk pemuda santun dan cuek tapi terkenal. Ia mengelola bengkel mobil di kampungnya. Ajo, tidak pernah membuat onar, meski gemar berkelehi. Salah satu hiburan kegemarannya adalah mendengarkan siaran radio lagu-lagu dangdut kesukaanya di malam hari.
Suatu ketika, Ajo menantang tarung seorang juragan pasir dikampungnya yang selalu dikawal pendekar perempuan, bernama Iteung. Ajo berduel habis-habisan melawan Iteung. Ajo babak belur, penuh luka dan ambruk. Usai berkelahi habis-habisan, Ajo bisa memotong salah satu daun telinga juragan pasir sebagai symbol kejagoannya. Ajo dan Iteung jadi sering berjumpa, lalu keduanya saling jatuh cinta. Hasrat dan nyali besar Ajo untuk bertarung, didorong oleh sebuah rahasia, ia impoten.
Di tengah kebun pisang saat hujan deras, sepasang calon kekasih ini basah kuyup dan sedang mengungkap isi hatinya;
Ajo : “aku mencintaimu…”
Iteung : “apa…?. Katakan sekali lagi ”.
Ajo : “aku mencintaimu. Tapi aku tak bisa…”
Iteung : “tak bisa apa? Katakan!”
Ajo : “burungku tidak bisa berdiri…”
Iteung : “aku tidak peduli meski burungmu tidak bisa berdiri”.
Ajo : “apa yang akan kamu lakukan dengan laki-laki yang burungnya tidak bisa berdiri?”
Iteung : “aku akan mengawinimu!”
Mereka menikah, lalu keduanya harus berjuang mati-matian menaklukkan masalah ikutan yang akan terus menyertai masalah utamanya, impotensi!
Cerita Serupa
Mbah Kusnun, tinggal di desa berhawa dingin di lereng gunung Lawu. Ia berprawakan kurus tinggi, gagah sekali saat berjalan. Kumis dan jenggotnya memutih, dibiarkan tumbuh lebat, hingga menambah angker tampangnya. Dia sangat dikenal sebagai laki-laki jagoan kampung yang tidak mempan dibacok. Warga desa sangat takut, karena ia juga diyakini memiliki ilmu santet.
Tanpa malu, Mbah Kusnun sesumbar bahwa ia adalah laki-laki super jago di atas ranjang. Ia mampu menaklukkan banyak perempuan yang ditidurinya. Untuk menambah kesan hebatnya, ia juga menyebarkan kabar, bahwa “burung”nya seukuran penis kuda. Para perempuan desa memilih untuk menghindar saat harus berjumpa dengannya. Mereka takut, sekaligus risih dan jijik dengan cerita yang sering diperbincangkan dimana-mana.
Suatu ketika, Mbah Kusnun meninggal dunia. Para kerabat kumpul untuk memandikan jenazahnya. Satu persatu pakaian mayat itu dilucuti. Ketika celana gombrongnya dicopot, sontak semua orang yang ada di tempat permandian itu kaget luar biasa. Mata mereka terbelalak oleh ukuran penis Mbah Kusnun, yang hanya sebesar jari kelingking anak remaja. “Pret! Dasar penipu ulung Kowe Mbah!”. Kang Sarimin memaki dalam hatinya.
Jauh di daerah lain, ada cerita tentang Kaji Sarkum, saudagar toko klontong di Pasar Gombel Lor. Ia pernah punya 10 istri sekaligus. Meski demikian, tidak ada satupun yang berhasil memberikan keturunan. Ketika satu-persatu istrinya diceraikan, ternyata mereka bisa memberikan keturunan bersama dengan pasangan barunya.
Lalu Kaji Sarkum akan menikah lagi, dan cerai lagi, terus begitu. Para pemuda kampung mengantri, saling berebut menunggu janda Kaji Sarkum. Selain karena pasti cantik, ada yang sangat istimewa. “Mantan istri Kaji Sarkum, dijamin tidak pernah digauli”. Begitulah rumornya.
Kabar bahwa Kaji Sarkum sebagai tukang kawin sudah menyebar kemana-kemana. Begitupun tentang kerahasiaan yang selama ini tertutup rapat. Lama-lama terbuka juga. Dia memang punya masalah dengan impotensi. Untuk mengatasinya, daripada konsultasi ke dokter, dia lebih memilih untuk menikah dengan perempuan berkali-kali.
Bermula dari Konstruksi Budaya
Bagi saya, impotensi, adalah hal biasa yang lumrah terjadi. Masalah ini jamak terjadi pada laki-laki. Sebagaimana sakit flu, batuk, sakit kepala, dan seterusnya. Mengapa masalah impotensi itu menjadi sangat luar biasa akibatnya? Karena para laki-laki acap membantahnya. Ada yang malu, hingga enggan mendiskusikan dengan pasangan. Apalagi mengobatinya. Mungkin, orang-orang itu sudah terbawa arus dalam kubangan konstruksi sosial yang ada, bahwa ejakulasi dini adalah aib yang nista.
Entah darimana asal mula konstruksi tentang relasi (laki-laki perempuan) yang dipercaya oleh banyak laki-laki itu. Mitosnya begitu beragam; Misalnya, bahwa kesenangan perempuan, hanya bisa dipenuhi dengan seks. Bahwa laki-laki boleh kalah bersaing dengan perempuan dalam hal apa saja, asal tidak kalah di atas ranjang.
Ketika laki-laki mengalami ejakulasi dini, maka harga diri dan kewibawaannya seolah runtuh seketika. Untuk itu, ia kerap memilih berbagai upaya untuk mengkompensasi kekalahannya. Tidak peduli apakah tindakan itu sangat membahayakan dirinya.
Impotensi, Menundukkan atau Membahagiakan?
Saya bukan ahli yang mampu mengatasi masalah impotensi. Hemat saya, masalah ini lebih lekat dengan persoalan emosi dan kejiwaan seseorang. Tapi, ia bisa berimplikasi pada daya tahan dan kemampuan seksual laki-laki. Saya memang kerap mengamati-tanpa teori-tentang cara laki-laki mengatasi masalah impotensi. Paling tidak, ada dua pandangan yang dianutnya;
Pertama, ada yang berpandangan, bahwa dalam hal persebutuhan antara laki-laki dan perempuan, seorang laki-laki harus mampu “mengalahkan” perempuan. Lelaki harus menjadi juara. Mungkin, pandangan ini dipengaruhi oleh propaganda obat kuat, media sosial, atau pandangan umum di lingkungannya.
Pandangan seperti ini bukan hanya keliru, tetapi juga membahayakan. Terutama bagi para perempuan. Ia akan berimplikasi pada pola relasi dalam keseharian hidup sebuah pasangan. Di mana, perempuan akan menjadi objek seksual yang perlu dikalahkan oleh keperkasaan seorang laki-laki. Dalam konteks yang lain, berarti, perempuan juga harus mengalah, tunduk dengan superioritas laki-laki.
Sayangnya, ketika laki-laki tidak mampu membuktikan keperkasaannya, ia akan sangat frustasi, lalu memilih jalan pintas. Seperti; penggunaan obat kuat, psikotropika. Sekedar untuk membuktikan keperkasaan semunya.
Kedua, adalah kelompok orang yang berusaha menerapkan prinsip kesalingan dalam membangun relasi pada sebuah pasangan. Mereka berpandangan, bahwa dalam hal berhubungan badan, masing-masing orang harus selalu mendasarkan dirinya pada prinsip; saling menyayangi, saling menyenangkan, saling memahami kekurangan masing-masing, saling mencintai, hingga puncaknya adalah, bisa saling membahagiakan pasangan.
Ketika ada masalah yang bisa menganggu pencapaian kebahagiaan pasangan, ia akan menganggapnya sebagai hal lumrah. Ia akan memilih untuk mendialogkannya secara terbuka, sehingga mampu menemukan akar masalah. Mungkin stress akibat pekerjaan dan sebagainya. Bahkan jika perlu, pasangan ini akan berkonsultasi dengan para ahli sebagai jalan keluarnya.
Dalam satu masalah yang sama, impotensi. Ternyata ada beragam cara laki-laki dalam mensikapinya. Semua akan dilakukan sebagai mekanisme pertahanan diri atau self defends mechanism. Ajo Kawir, memilih untuk berkelahi, ikut balapan liar dan melakukan aktifitas ekstrim yang membahayakan dirinya.
Mbah Kusnun, memilih untuk menyebarkan berita bohong tentang keperkasaanya. Kaji Sarkum, memilih untuk mengawini puluhan perempuan, sekedar untuk membuktikan kejantanannya. Sementara itu, akar masalah mereka, impotensi, tidak juga menemukan solusi.
Selalu ada masalah dalam hidup seseorang ketika berpasangan. Meski wujudnya berbeda, namun, dibutuhkan satu sikap dewasa yang sama untuk mengatasinya. []