Mubadalah.id – Pada suatu hari aku sambil menangisi diri setelah membaca buku berjudul “Mujalasah wa Jawahir al ‘Ilm” (Dialog dan Permata-permata Pengetahuan)، karya Abu Bakr Ahmad bin Muhammad al Dinawari al Maliki.
Bisyr bin Harits al-Hafi, adalah sufi besar. Lahir di dekat kota Merv sekitar tahun 150 Hijriah /767 Masehi. “Al-Hafi” bermakna “yang telanjang kaki”. Ini adalah julukan orang kepadanya, karena Bisyr adalah pengelana yang telanjang kaki. Suatu hari Basyr bin Al Harits berkata:
مررت برجل من العُبَّاد بالبصرة وهو يبكي فقلت ما يُبكيك فقال أبكي على ما فرطت من عمري وعلى يومٍ مضى من أجلي لم يتبين فيه عملي
Artinya: “Di Basrah, aku bertemu seorang saleh yang tekun ibadah. Ia duduk sendiri sambil menangis. Aku bertanya, “Apakah gerangan yang membuatmu menangis?”. Ia menjawab, “Aku menangis karena aku telah menyia-nyiakan umurku dan hari yang telah pergi. Ajalku makin dekat, namun belum jelas juga amalku (diterima atau tidak).” (Mujalasah wa Jawahir Al ‘Ilm, 1: 46).
Usia adalah waktu. Ia terus bergerak ke depan dan tak bisa kembali. Perjalanan hidup manusia dan semua ciptaan Tuhan selalu berlangsung dalam siklus yang tetap dari tiada menjadi ada, tumbuh-tunas-remaja-besar, tua, kecil dan lenyap/tiada lagi. Hal ini lah yang membuatku menangisi diri.
Al-Qur’an menyebutkan ini dengan cara lain:
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ ۖ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ (سورة الروم ٥٤)
Artinya: Allah Swt lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Allah Swt menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat. Kemudian Allah Swt menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Allah Swt menciptakan apa yang Allah kehendaki dan Allah Swt lah yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. (QS. ar-Rum ayat 54). []