Mubadalah.id – Disiplin adalah mendidik anak dengan tegas, bukan dengan kekerasan! Ketika orangtua menegakkan suatu aturan, maka bersikaplah tegas!.
Kata tidak berarti tidak sama sekali. Ketika aturannya masuk akal dan orangtua yakin bahwa anak mampu melakukannya, maka tidak ada alasan untuk memberinya toleransi.
Mendidik anak dengan tegas bukan berarti orangtua harus bersikap keras. Tegas adalah memberi sanksi yang manusiawi ketika anak melanggar. Pemberian sanksi ini sebaiknya sesuai dengan jenis pelanggarannya.
Sanksi juga perlu diberikan secepatnya. Contoh: ketika anak membuang sampah sembarangan, sanksi yang tepat adalah minta anak mengambilnya dan membuangnya ke tempat sampah.
Menggunakan cara kekerasan adalah menerapkan hukuman, baik secara kata-kata (menyakiti hati) maupun hukuman fisik.
Para ahli menyatakan bahwa hukuman mungkin akan bisa membuat anak disiplin, namun dia akan patuh jika hanya ada orangtua. Ketika tidak ada yang mengawasi, anak akan melanggarnya.
Dampak lain, anak justru akan menjadi semakin bandel, kebal atau tidak mempan dengan hukuman yang diberikan.
Konsisten
Untuk membentuk perilaku, dibutuhkan pembiasaan. Begitu juga dalam menanamkan kedisiplinan, butuh orangtua terapkan secara berulang-ulang. Jika suatu aturan tidak orangtua tegakkan secara konsisten, akan hasilnya tentu juga tidak akan konsisten.
Jelas
Aturan harus jelas! Katakan secara jelas (kongkrit) perilaku disiplin yang orangtua harapkan. Usahakan untuk menggunakan kalimat positif.
Hindari kalimat negatif dan perintah yang ibu atau ayah awali dengan kata “jangan” dan “tidak boleh”! Pastikan anak memahami harapan kita.
Berdasar ilmu psikologi, anak sampai dengan usia 7 tahun masih belum dapat memahami kata-kata yang abstrak. Mereka hanya memahami kata-kata yang kongkrit/nyata, jelas, dan yang dapat mereka lihat.