• Login
  • Register
Jumat, 6 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Sastra

Mengagumi dalam Diam

Semua yang bernafas perlu menemukan cahayanya. Tetapi aku takkan pergi melepasmu sampai semesta memberikan takdir terbaiknya untuk kita

Fatasya aulia putri Fatasya aulia putri
17/03/2024
in Sastra
0
Mengagumi

Mengagumi

812
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id  – Seorang tokoh yang kita ibaratkan dengan bumi. Dan sesorang yang dianggap Istimewa ia sebut sebagai semesta. Aku yang sebagai bumi, hanya segelintir dari Sebagian kecil semesta yang mempunyai rasa kagum yang besar terhadap semestanya dan belajar menahan perasaaan itu semua dan sadar bahwa dia hanya sebatas pengagum rahasia.

Semua yang bernafas perlu menemukan cahayanya. Tetapi aku takkan pergi melepasmu sampai semesta memberikan takdir terbaiknya untuk kita. Oh semestaku tatapan mu bagai bintang yang tak terhilang dari ingatanku. Dan senyumanmu bagai sinar bulan hingga siang ku datang menjemput ku dalam kehanyutan fikiran

Di tengah malam yang sunyi. Dengan ditemani cahaya rembulan dengan beberapa sekumpulan bintang yang terang di langit kelam . Sehingga aku merasakan kenyamanan itu hingga angin menerpa wajahku hingga menyadarkan ku bahwa kamu hanyalah semu yang tak mungkin aku miliki

Setiap malam aku selalu bertanya kapan kita bisa duduk berdua sambil menikmati senja lalu kita bersenda gurau ujarku. Tapi bagiku rasanya itu hanya mimpi yang membuatku makin sesak memikirkannya.

Aku mencoba untuk memberi sinyal oleh diri kamu, tetapi tidak pernah menggubris hal itu, mungkin mengagumi dalam diam adalah pilihan yang terbaik dan stop berharap bahwa kamu akan menyukaiku sama halnya seperti aku ke kamu meskipun perasaan ini akan menyiksa ku.

Baca Juga:

Bagaimana Akhlak Karimah dalam Memilih dan Melamar Pasangan Pernikahan?

Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

Najwa Shihab dan Ibrahim: Teladan Kesetaraan dalam Pernikahan

Ibu, Aku, dan Putriku: Generasi Pekerja Rumah Tangga

Mencintai Dalam Diam

Aku tidak bisa memaksakan kamu untuk memberikan rasa itu untuk menyukaiku. Mungkin mencintai dalam diam adalah jalan yang terbaik agar kamu tidak risih dengan sikap ku yang selalu berharap semua angan angan ku bersama mu bisa tercapai dan agar tidak menyakiti perasaan yang salah ini

Semestaku, ya aku menyebutnya dengan hal itu karna kamu terlalu indah sampai aku susah untuk meraihmu. Aku mengaguminya karna dia memotivasi diri aku. Untuk berkembang, kecerdasanya, dan ia mengajarkan ku hal baru. Yang membuatku tertarik juga mengikutin hobinya, Bagiku dia adalah pria yang perfect.

Aku mengenalnya waktu awal masuk perkuliahan waktu pada saat itu aku satu kelompok sama dia. Waktu itu aku hanya sekedar mengenal Namanya. Kami belum  pernah mengobrol dan hanya tahu orangnya saja.

Ya mungkin karna efek masih malu malu karna kita baru sehabis lepas masa SMA. Setelah sekian lama tepatnya dipertengahan bulan, aku tidak sengaja bertemu lagi dengannya. Waktu itu pertama kalinya aku melihatnya setelah usai lamanya tidak bertemu jadi saat menjadi maba.

Perpustakaan menjadi saksi bisu kami untuk suatu ketidaksengajaan. Dari setelah sekian lama tidak berjumpa, akan tetapi aku tidak sampai menegurnya karna aku tahu dia tidak akan ingat dengan ku.

Bumi dan Semesta yang Tidak Menyatu

Sejak saat itu aku selalu melihat dan memperhatikannya dalam diam dan mulai saat itu perasaan itu tumbuh lagi aku menggaguminya. Aku ingin sekali menegurmu. Tapi rasa takut dan malu untuk menegur mu karna pada saat satu kelompok tidak ada hal yang berkesan dariku untukmu, lagi lagi.

Suatu hari dalam sebuah kebetulan aku bertemu dengannya dalam suasana tidak kesengajaan aku melihatnya Bersama temannya. Ia hendak melaksanakan solat lagi lagi aku tidak berani untuk menegurnya.

Aku hanya diam melihat dari kejauhan keindahan senyum tipis nya aku hanya melihat dirimu dari kejauhan dan aku mulai kepo tentang dirinya, Dimana rumahnya apa media sosialnya dan jurusan apa dia satu persatu aku sudah kudapatkan semuanya

Dia mengibaratkan semesta yang banyak orang kagumi dan selalu dipuji  karena keindahannya. Semua orang akan menatapnya dengan penuh cinta dan kekaguman tak terkecuali aku. Bedanya, aku hanya tidak berani mengatakan terang-terangan padanya.

Mungkin sesekali aku mengatakannya pada segelintir angin dan berharap bisa sampai padanya sedangkan aku hanya segelintir bagian kecil dari semesta. Cukup dengan menatapnya dari kejauhan, menikmati semua yang dia miliki, senyumnya, tingkahnya, prestasinya, dan semua yang ada pada dirinya. Mungkin kisah ini hanya sebatas bumi dan semesta yang tidak akan menyatu. []

 

Tags: cerita pendekCintaJodohMengagumiSastra
Fatasya aulia putri

Fatasya aulia putri

Terkait Posts

Luka Ibu

Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

1 Juni 2025
Menjadi Perempuan

Menjadi Perempuan dengan Leluka yang Tak Kutukar

25 Mei 2025
Pekerja Rumah Tangga

Ibu, Aku, dan Putriku: Generasi Pekerja Rumah Tangga

11 Mei 2025
Tidak Ada Cinta

Tidak Ada Cinta bagi Arivia

11 Mei 2025
Tak Ada Cinta

Tidak Ada Cinta Bagi Ali

4 Mei 2025
Kartini Tanpa Kebaya

Kartini Tanpa Kebaya

27 April 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Berkurban

    Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Raya dalam Puisi Ulama Sufi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memaknai Istilah “Kurban Perasaan” Pada Hari Raya Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban
  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha
  • Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang
  • Makna Wuquf di Arafah
  • Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID