Mubadalah.id – Mengapa Ulama Perempuan harus berkongres, adakah persoalan genting yang akan didialogkan dan dicarikan solusinya? Bukannya sudah cukup banyak pertemuan, dialog, dalam arena selevel kongres sekali pun, yang sebelumnya sudah rutin diselenggarakan.
Lalu, apa hakikat dilaksanakannya kongres “Ulama Perempuan” atau jangan-jangan ini arena “perempuan” yang ulama akan berkongres. Itulah seputar pertanyaan yang muncul sejak dipublikasikan rencana penyelenggaraan acara ini, baik oleh masyarakat umum secara langsung maupun media yang mendengar rencana akan dilaksanakannya Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI).
Tidak dapat kita pungkiri bahwa arena kongres sudah banyak terselenggara dan hal ini telah pula kita jelaskan dalam kerangka kerja KUPI bahwa sampai dengan saat ini setidaknya organisasi-organisasi perempuan di kalangan komunitas keagamaan. Seperti Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah di lingkungan Muhammadiyah ataupun Muslimat dan Fatayat di kalangan Nahdlatul Ulama (NU).
Juga termasuk Persistri di lingkungan organisasi Persatuan Islam (Persis), dan lain-lain juga telah melakukan dialog dan kongres untuk merespons tuntutan kebutuhan masyarakat. Bahkan tuntutan untuk menjawab berbagai persoalan yang perempuan dan anak hadapi.
Ruang Ilmu
Namun KUPI, selain kita harapkan agar perempuan mendapatkan ruang untuk ber-tafaqquh fid-dien, menuntut ilmu dan berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.
Juga, kita harapkan menjadi ruang perjumpaan bagi para ulama perempuan yang memang baru pertama kali Indonesia lakukan, bahkan di dunia. Meminjam istilah yang Presiden Afganistan ketahui ketika mengetahui rencana kerja KUPI.
Selama ini organisasi-organisasi perempuan telah menjalankan tugas mulia untuk melakukan penyadaran publik dan menyejahterakan masyarakat melalui berbagai kegiatan di bidang pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi, dan sebagainya.
Oleh karena itu, kehadiran KUPI dapat kita katakan, saatnya para ulama perempuan hadir melakukan perjumpaan fisik, mendialogkan ide, gagasan, dan tukar pengalaman atas dedikasi dan kerja yang tak terhitung jumlahnya selama ini dalam upaya regenerasinya.
Bahwa sepanjang sejarah keulamaan merupakan bentuk tanggung jawabnya untuk merespons dan menjadi bagian dari solusi atas berbagai permasalahan umat dan bangsa. Seperti kekerasan, diskriminasi, eksploitasi, kemiskinan, kebodohan, dan lainnya, termasuk kekerasan seksual.
Untuk Lebih Luas
KUPI oleh karenanya dimaksudkan untuk memperkenalkan secara lebih luas tentang keulamaan perempuan yang sudah berabad-abad dilakukan dan mengapresiasi rekam jejak perjuangannya.
Atas dasar itulah, ulama perempuan kita pilih dari mereka yang tidak hanya memiliki kapasitas keilmuan dan integritas moral. Namun, juga memiliki kepedulian dan kerja-kerja sosial untuk perempuan dan umat.
Para ulama perempuan yang akan melakukan perjumpaan dalam KUPI ini berasal dari berbagai unsur. Di antaranya dari komunitas, akademisi, aktivis, pesantren, organisasi sosial-keagamaan, aktivis sosial politik, dan majelis taklim.
KUPI dengan terbuka juga menerima kehadiran pengamat, baik dari dalam maupun luar negeri. Maka tidak heran dalam perhelatan ini akan hadir peserta dari mancanegara baik sebagai peserta. Maupun narasumber dalam forum seminar internasional serta sebagai pengamat selama kongres berlangsung.
KUPI dapat menjadi sebuah forum komunikasi dan silaturahmi ulama perempuan Indonesia untuk sharing pengalaman. Termasuk berkontribusi memikirkan problem kekinian yang perempuan dan anak hadapi. Serta solusi pemecahannya, memformulasikan keputusan-keputusan yang membawa kemaslahatan atas berbagai persoalan sosial keagamaan saat ini.
KUPI berupaya membangun partisipasi perempuan ulama yang lebih luas, maka keterlibatan sejumlah pihak menjadi legitimasi pentingnya perjumpaan ini.
Mengingat KUPI diharapkan akan menghasilkan pemecahan masalah. Maka forum ini sekaligus dapat digunakan sebagai ajang publikasi keputusan-keputusan musyawarah keagamaan sebagai hasil pemikiran bersama (ijtihad jama’iy) ulama perempuan yang secara substansi mencerminkan perspektif keadilan. []