• Login
  • Register
Kamis, 5 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Menggembirakan Anak, Menemani di Dunia Nyata

Pengalaman panca indera di masa anak-anak sangat berharga karena dapat mengoptimalkan penghayatan kemanusiaan mereka kelak.

Listia Listia
27/09/2020
in Keluarga, Rekomendasi
0
83
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Perhatian kita pada soal gagal tumbuh pada anak, biasanya lebih fokus pada soal stunting, gagal tumbuh fisik. Menurut saya ada gagal tumbuh lain yang tak kalah penting mendapat perhatian, terutama bagi generasi alfa yang biasa disebut ‘penduduk asli dunia maya’. (Catatan : yang memberi sebutan ini melakukan dengan berjarak, tanpa keterlibatan dan biasa menyebut diri ‘netral’).

Dalam kaca mata pendidikan tentu tidak bisa netral. Bagaimana pun menemani tumbuh kembang harus berpijak pada kenyataan manusia yang multidimensi; ada emosi, ada spiritualitas, ada keterkaitan tumbuh kembang fisik dan psikis.

Pada tahun 80-90 an ilmuwan sosial kritis sudah mengingatkan, perkembangan dahsyat teknologi komunikasi selain membuat banyak segi hidup jadi efektif-efisien, juga meninggalkan residu, ampas dari proses hidup yang membuat manusia mudah kehilangan makna diri, kesepian, sulit bahagia, ini merupakan hal-hal yang tidak kasat mata, tapi indikatornya mudah ditemukan.

Misalnya pada angka pengguna narkoba yang makin berkembang, merosotnya kemampuan generasi untuk menjaga komitmen dengan pihak lain, melakukan tindakan atau berkomunikasi dengan cara yang merendahkan martabat manusia lain yang berbeda, bunuh diri (atau menyakiti diri sendiri bahkan oleh anak).

Dalam kacamata pendidikan, ini semua adalah kegagalan proses pendidikan untuk membuat anak menghayati kemanusiaan dirinya sehingga mampu melihat martabat kemanusiaan pihak lain. Kegagalan di rumah, lembaga pendidikan maupun pendidikan oleh masyarakat.

Baca Juga:

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

Fenomena Inses di Indonesia: Di Mana Lagi Ruang Aman bagi Anak?

Alarm Kekerasan Terhadap Anak Tak Lagi Bisa Diabaikan

Kasus Inses di Kudus: Pentingnya Membangun Ruang Aman bagi Anak

Merasakan diri, memahami diri, menghayati diri (yang berbeda sekaligus mengandung kesamaan dengan orang lain), memahami pentingnya relasi dan komitmen, adalah hal-hal yang perlu secara bertahap dialami anak. Dalam hal ini para orang dewasa disekitar anak perlu kritis terhadap industri teknologi informasi, agar tidak mengabaikan kebutuhan dasar tumbuh kembang anak, sehingga pada waktunya dapat menjadi warga dunia maya sebagai manusia yang memiliki jati diri sehat dan merdeka, tidak terdikte oleh industri, karena jiwa merdeka adalah syarat mudah untuk bahagia.

Sangatlah menyenangkan bila selalu memberi kesempatan ajak anak berkebun, main layang-layang, bersepeda, mancing, main di sungai, agar kulitnya merasakan beragam tekstur tanah dan aromanya, merasakan tulang daun, melihat dengan cermat gradasi hijaunya daun dan warna tanaman, aroma keringatnya sendiri dan orang lain.

Bermain dengan teman, merasakan tatapan mata kawan dengan emosi yang berbeda-beda sehingga ngeh bagaimana bertoleransi, menemukan komunikasi yang menenangkan. Belum lagi beragam frekuensi suara yang hidup dengan emosi dan keindahan lain, yang tak bisa tergantikan oleh gawai. Pengalaman panca indera di masa anak-anak sangat berharga karena dapat mengoptimalkan penghayatan kemanusiaan mereka kelak.

Bagian penting dalam melindungi tumbuh kembang anak agar tdak mengalami ‘stunting spiskososial spiritual’ antara lain, sekali lagi para orang tua perlu kritis untuk tidak mudah termakan propaganda industri teknologi informas agar tidak mereduksi penghayatan kemanusiaan anak, karena itu sangat beresiko di masa depan.
Alangkah senangnya bila dapat menemani anak untuk gembira dengan hadir di dunia nyata bersama mereka.
Selamat berakhir pekan. []

Tags: anakkeluargakemanusiaanparentingteknologi
Listia

Listia

Pegiat pendidikan di Perkumpulan Pendidikan Interreligus (Pappirus)

Terkait Posts

Pesan Mubadalah

Pesan Mubadalah dari Keluarga Ibrahim As

4 Juni 2025
Tubuh yang Terlupakan

Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

3 Juni 2025
Akhlak Karimah

Bagaimana Akhlak Karimah dalam Memilih dan Melamar Pasangan Pernikahan?

2 Juni 2025
Ketuhanan

Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

1 Juni 2025
Disabilitas dan Seni

Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

31 Mei 2025
Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

30 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Resident Playbook

    Resident Playbook dan Pentingnya Perspektif Empati dalam Dunia Obgyn

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Brain Rot ke Brain Refresh, Pentingnya Menjaga Kesehatan Akal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ragam Pendapat Ahli Fiqh tentang Aurat Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ibadah Kurban dan Hakikat Ketaatan dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Batasan Aurat Perempuan dalam Tinjauan Madzhab Fiqh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Memaknai Aurat Perempuan secara Utuh
  • Ibadah Kurban dan Hakikat Ketaatan dalam Islam
  • Batasan Aurat Perempuan dalam Tinjauan Madzhab Fiqh
  • Dari Brain Rot ke Brain Refresh, Pentingnya Menjaga Kesehatan Akal
  • Ragam Pendapat Ahli Fiqh tentang Aurat Perempuan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID