Mubadalah.id – Saat ini, kita semua sedang melihat bahwa kehidupan masyarakat manusia di berbagai penjuru dunia sedang menuju pada tuntutan-tuntutan demokratisasi, keadilan gender dan penegakan hak-hak asasi manusia.
Semua tuntutan keadilan gender ini meniscayakan prinsip kesetaraan manusia. Dan semua tuntuan tersebut merupakan nilai-nilai yang tetap diinginkan oleh kebudayaan manusia di segala tempat dan zaman. Tuhan juga tentu menghendaki semua nilai ini terwujud dalam kebudayaan manusia.
Oleh sebab itu, nilai-nilai keadilan gender tersebut seharusnya menjadi landasan bagi semua kehidupan masyarakat. Dan bagi semua kepentingan wacana-wacana kebudayaan, ekonomi, hukum dan politik.
Dengan begitu diharapkan nantinya dalam wacana-wacana ini tidak akan lagi ada pernyataan-pernyataan yang memberi peluang untuk terciptanya sistem kehidupan yang diskriminatif, subordinarif, memarginalkan manusia, siapapun orangnya dan apapun jenis kelaminnya, laki-laki atau perempuan.
Dalam hal ini, Nabi Muhammad Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat fisik dan rupa kamu, tetapi melihat hati dan amal perbuatan kamu”. (HR. Muslim)
Sebab, yang paling utama di antara manusia adalah tingkat ketakwaannya kepada-Nya:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Artinya: Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. (QS. al-Hujurat ayat 13)