Mubadalah.id – Rasulullah adalah teladan laki laki baru dalam membangun relasi laki-laki dan perempuan termasuk relasi Suami-Istri. Laki laki yang di Masa jahiliyah memiliki kekuasaan penuh terhadap hidup mati perempuan, diteladankan oleh Rasulullah bahwa kemanusiaan laki laki setera belaka dengan kemanusiaan perempuan.
Laki laki adalah manusia sebagaimana halnya perempuan juga manusia. Keduanya memiliki “kemanusiaan yang setara” bahkan sebelum diakui oleh Hak Asasi Manusia (insaniyatul insan qabla huquqil insan).
Bahkan Kampanye penghormatan hak hak perempuan, khususnya hak hidup, dilakukan sejak awal kehadiran Islam bersamaan dengan Kampaye “Tauhid”, jauh sebelum kewajiban kewajiban ibadah ritual (shalat, zakat, haji) ditetapkan. Sejarah Syari’ah Islam menggambarkan dengan jelas, bahwa Tauhid dan Kemanusiaan menjadi basis dan dasar utama seluruh bangunan Islam.
Dalam konteks keluarga, Rasulullah mencontohkan bagaimana menjadi laki laki baru. Rasulullah mencontohkan bahwa relasi suami istri adalah relasi yang dibangun di atas dasar “kehendak berdua, keridhaan berdua dan musyawarah” dalam hal hal rumah tangga sekecil apapun. Rasulullah mencontohkan bahwa relasi suami istri bukan relasi yang menguasai, mengalahkan, dan merendahkan, melainkan relasi yang saling berbagi, melindungi, dan menghormati.
Sebagai laki-laki baru, Rasulullah mencontohkan bahwa pekerjaan rumah tangga (Al a’mal Al Manziliyyah) bukanlah kewajiban istri, pun juga bukan kewajiban suami, melainkan kewajiban kedua belah pihak atas dasar keadilan dan keseimbangan (Al adalah wa Al muwazanah). Rasulullah menjahit sepatunya sendiri yang robek, mencuci bajunya dan kerja rumah tangga lainnya.
Dalam konteks kepengasuhan anak, Rasulullah juga mencontohkan bahwa mengasuh anak (menggendong, memandikan, bermain main, mengantar sekolah, menidurkan, dst) juga bukan hanya tugas Istri, melainkan juga tugas Suami. Mari kita lihat bagaimana dua cucu kesayangannya, Hasan dan Husein, seringkali bermain main bersama Rasulullah dan bahkan naik naik ke punggung Rasulullah ketika beliau shalat.
Rasulullah telah mencontohkan, bagaimana menjadi laki laki baru. Janganlah kembali menjadi laki laki Jahiliyyah yang menganggap bahwa ketika ia menjadi suami, maka ia memiliki dan mengontrol sepenuhnya tubuh Istri, menguasai seluruh kehidupan individu dan sosial istri, menganggap suaranya sebagai suara Tuhan yang selalu benar dan karenanya harus dipatuhi tanpa harus dipertanyakan, dan sikap lain yang tidak mencerminkan nilai nilai luhur agama. Salam Untuk Laki laki baru. []