Mubadalah.id – Marhaban Ya Ramadhan. Selamat datang bulan puasa, yang merupakan salah satu ibadah dari rukun Islam yang keempat. Seluruh umat muslim di seluruh dunia menyambut gembira atas datangnya bulan puasa. Bulan untuk lebih mendekatkan diri pada Allah SWT dengan berbagai ritual ibadah. Juga bulan bagi anggota keluarga untuk saling mendekat dan menguatkan. Bagaimana cara menjaga keseimbangan puasa?
Banyak pelajaran penting di setiap bulan Ramadan, terutama bagi keluarga. Pelajaran ini penting bagi semua anggota keluarga, baik yang baru berumah tangga maupun yang sudah lama.
Baca juga: Tips Jitu Agar Puasa Tidak Sia-sia
Pembelajaran pertama yakni saling memahami antar pasangan untuk bersama-sama menjaga keseimbangan selama bulan puasa, bagaimana agar mampu mengontrol emosi dalam kondisi menahan lapar dan dahaga. Bagaimana mengatur ritme dan kebutuhan biologis yang akan berdampak pada kesehatan fisik dan psikis.
Tentu kita sudah paham bahwa ada larangan untuk berhubungan badan bagi suami istri selama bulan puasa di siang hari. Yang dikedepankan ketika menghadapi situasi ini adalah komunikasi, saling bicara apa kebutuhan masing-masing pasangan, agar tidak mengurangi kuantitas nilai ibadah lain yang juga sama penting, untuk menghidupkan malam selama bulan Ramadhan.
Kedua, menjaga keseimbangan pola makan agar tak berlebihan mengonsumsi aneka jenis makanan serta minuman, yang memang kian menggoda ketika jelang buka puasa tiba.
Terlebih jika keluarga punya kebiasaan menikmati tradisi luru sorean atau dalam bahasa Sunda, ngabuburit, yakni menghabiskan waktu sore hari sebelum berbuka puasa. Jalan-jalan ke keramaian sambil membeli aneka panganan, jajanan, cemilan, takjil dan aneka lauk pauk untuk berbuka.
Maka bagi keluarga agar terus mengingat bahwa mengendalikan pengeluaran dan uang belanja selama bulan puasa juga penting. Sebab puasa tak melulu tentang apa menu sahur dan buka puasa, namun bagaimana kita mengisi kegiatan selama bulan puasa dengan hal yang positif.
Baca juga: Ramadan dan Perempuan
Ketiga, bagi saya pribadi puasa adalah proses belajar untuk mengatur waktu. Sebelum Ramadan tiba aktivitas lebih banyak dilakukan di siang hari. Sementara selama Ramadan aktivitas beralih di malam hari.
Ini membutuhkan adaptasi yang tidak mudah, terlebih ketika pada siang harinya kita juga masih melakukan kegiatan di luar rumah, bekerja seperti hari-hari biasa.
Maka, manajemen waktu harus benar-benar diperhatikan agar puasa tidak menjadi alasan kita untuk bermalas-malasan, atau lebih memperbanyak tidur dibanding aktivitas fisik. Meski tidurnya orang yang sedang berpuasa adalah ibadah, namun tak semestinya seharian penuh kita habiskan waktu hanya untuk tidur saja.
Keempat, belajar membuat menu baru, baik makanan berat maupun ringan. Lihat saja tutorial memasak di televisi yang selalu hadir setiap hari, dan semakin intens menjelang adzan maghrib berkumandang. Belum lagi linimasa media sosial yang banyak menampilkan menu aneka makanan dan minuman satu bulan penuh.
Orang yang tadinya tak ingin memasak menjadi ingin memasak. Yang awalnya tak pernah turun ke dapur, akhirnya mau berkotor-kotor meracik, meramu dan memasak. Yang mulanya tak pandai membuat masakan, hingga mampu menjadi ahli dalam jenis makanan tertentu. Menurut penulis, ini adalah salah satu berkah Ramadan yang tak pernah kita sadari.
Berkah lain dari Ramadan, adalah intensitas dan kualitas ibadah yang semakin meningkat. Namun orang tua agar tak alpa untuk mengajak anak-anaknya turut serta beribadah, terutama yang masih usia sekolah dasar. Itu sebagai pembelajaran bagi mereka tentang kewajiban berpuasa.
Dan kegiatan untuk melibatkan anak-anak itu tak hanya tugas ibu atau perempuan semata, namun juga ada keterlibatan ayah atau laki-laki. Masa depan anak dunia dan akhirat itu merupakan tanggung jawab yang harus dipikul bersama.
Baca juga: Keringanan Puasa yang Khusus untuk Perempuan
Kemudian ketika keseimbangan puasa sudah menemukan polanya, setiap keluarga agar tak segan berbagi apa yang dimilikinya dengan yang lain, seperti kepada tetangga sekitar. Atau direfleksikan secara lebih luas dalam konteks sosial, upaya menahan diri, lapar, dahaga dan hawa nafsu juga menjadi cerminan pribadi kita agar mampu lebih baik lagi.
Melalui berkah Ramadan kita menumbuhkan kembali sikap kepedulian, simpati, empati, menebarkan rasa damai, aman, nyaman dan penuh cinta terhadap sesama tanpa melihat perbedaan dan latar belakang. Sehingga akhlak muslim yang baik sebagaimana yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW benar-benar mewujud dalam kehidupan.[]