• Login
  • Register
Rabu, 22 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hukum Syariat

Menyoal Hukum dan Pendampingan Kasus Perkosaan Inses

Kasus perkosaan dan kekerasan seksual selalu saja menyisakan trauma berkepanjangan bagi korbannya. Apalagi jika pelaku adalah kerabat dekat korban yang ia percayai namun malah menyakitinya

Vevi Alfi Maghfiroh Vevi Alfi Maghfiroh
03/11/2021
in Hukum Syariat
0
Film

Film

114
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dalam melakukan pendampingan kasus kekerasan seksual yang menimpa perempuan dan anak, kerap kali kami mendapati pelakunya adalah kerabat, paman, bapak tiri, bahkan ada juga yang bapak kandungnya sendiri. Fakta miris ini terkadang membuat miris, mahram yang diberi tanggungjawab untuk menjaga dan melindungi perempuan, akan tetapi tak semuanya bisa diandalkan bahkan membahayakan.

Kekerasan yang dilakukan oleh keluarga sendiri bukan hanya menyulitkan secara proses hukumnya, juga menyisakan trauma berkepanjangan bagi para korban yang umumnya adalah anak perempuan di bawah asuhan mereka. Tak jarang proses pendampingan yang dilakukan terhenti karena pihak korban sebagai pelapor memilih untuk menyelesaikannya dengan jalan damai.

Hal ini tentu saja memunculkan kecurigaan kami, bahwa pelaku bisa saja mengancam korban atau alasan lainnya, seperti alasan menjaga nama baik keluarga. Apalagi jika korban tidak langsung melapor sehingga pendamping kasus sulit untuk menyertakan bukti kekerasan karena bekasnya sudah hilang. Bahkan terkadang korban atau keluarganya baru melaporkan setelah terjadi kehamilan yang tidak diinginkan.

Problematika ini sungguh terjadi di sekitar kita. Lantas bagaimana perspektif pendampingan pada kasus perkosaan inses ini?  Karena sudah jelas sekali bahwa perkosaan adalah bagian dari kejahatan pidana, begitu pun dalam fikih Islam juga masuk dalam al-hudud yang terkait dengan tindak kejahatan atas kehormatan, meskipun dalam fikih tidak dibahas secara detail.

Al-Qur’an, Hadist, maupun sumber fikih primer tidak banyak membahas tentang pidana perkosaan secara langsung. Namun ada satu ayat yang sebetulnya sudah mengarah pada larangan tindak pemaksaan dalam persoalan seksual, sekaligus memberikan perlindungan terhadap korban kekerasan seksual.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Panduan Bimbingan Skripsi Aman dari Kekerasan Seksual
  • Maple Yip, Perempuan di Balik In the Name of God: A Holy Betrayal
  • Female-Blaming, Patriarki dan Kasus-kasus yang Berulang
  • Luka yang Tidak akan Sembuh: Beban Psikis Korban Kekerasan Seksual dalam Novel Scars and Other Beautiful Things

Baca Juga:

Panduan Bimbingan Skripsi Aman dari Kekerasan Seksual

Maple Yip, Perempuan di Balik In the Name of God: A Holy Betrayal

Female-Blaming, Patriarki dan Kasus-kasus yang Berulang

Luka yang Tidak akan Sembuh: Beban Psikis Korban Kekerasan Seksual dalam Novel Scars and Other Beautiful Things

Seperti yang ditulis Dr. Faqihuddin Abdul Kodir dalam bukunya ‘Dan Nabipun Memihak Perempuan’ pada surat An-Nur ayat 33: ‘Dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. Dan barangsiapa yang memaksa mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa itu’.

Kang Faqih menegaskan ayat ini setidaknya mengisyaratkan dua hal; Pertama, upaya untuk melarang segala bentuk pemaksaan dan eksploitasi seksual. Kedua, dukungan dan pendampingan terhadap korban eksploitasi seksual agar bisa kembali menjadi aman dan percaya diri. Di literatur fikih juga belum membahas secara menyeluruh antara perzinahan dan pemerkosaan, padahal keduanya jelas sekali berbeda.

Apalagi perkosaan inses, tentu ini merupakan perilaku yang terkutuk, karena perkawinan dan perzinahan sedarah saja sudah jelas haram dalam Islam. Pada masa Nabi tindakkan ini tak dibiarkan begitu saja bahkan diproses secara hukum.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab Jami’ al-Ushul karya Ibn al-Atsir. IV / 269. No. Hadis: 1830. riwayat Ibn Abbas, Rasulullah bersabda: ‘Siapa saja yang melakukan hubungan intim dengan kerabat sedarah (mahram), maka ia pantas dibunuh.’ Hadist ini penegas bahwa hubungan sedarah adalah perilaku terlaknat, apalagi jika dilakukan secara paksa.

Kasus perkosaan dan kekerasan seksual selalu saja menyisakan trauma berkepanjangan bagi korbannya. Apalagi jika pelaku adalah kerabat dekat korban yang ia percayai namun malah menyakitinya. Tentu saja dalam melakukan pendampingan kasus perkosaan inses, kami para pendamping kasus akan mengutamakan perspektif korban.

Para pendamping akan secara langsung berinteraksi dan bertanya empat mata bersama korban terkait apa yang ia alami dan rasakan. Dalam kasus ini, selain berharap untuk menghukum pelaku dengan sepantasnya, juga tak boleh melupakan proses pendampingan psikologi dan pemulihan dari trauma berkepanjangan.

Pendamping kasus akan menanyakan kesiapan mental korban untuk melakukan proses hukum. Ini penting sekali ditanyakan agar setiap fase yang dijalani tidak membebaninya. Tentu saja pendamping harus memastikan setiap proses tersebut tidak sama sekali menyudutkan korban, yang tak jarang dianggap memicu terjadinya tindakan kekerasan tersebut.

Aparat dan negara sebagai penjamin keamanan bagi para warga negaranya, sudah seharusnya serius untuk menyelesaikan problematika ini dengan membuat aturan dan payung hukum yang jelas dan tegas.

Sebagaimana pesan ajaran agama Islam ‘Wallahu fi ‘auni al-‘abdi ma dama al-‘abdu fi ‘awni akhihi’. Allah akan mendampingi orang yang selalu memberikan pendampingan dan kemudahan bagi saudaranya. Semoga semakin banyak orang yang peduli dan melakukan pendampingan terhadap korban kekerasan yang berperspektif korban. []

 

Tags: hukumKekerasan seksualPendampingan KasusPendampingan Korbanperkosaan
Vevi Alfi Maghfiroh

Vevi Alfi Maghfiroh

Mahasiswa Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Terkait Posts

Pernikahan tanpa Wali

Kritik Ibn Hazm aẓ-Ẓahiri Terhadap Ulama yang Membolehkan Pernikahan Tanpa Wali

3 Februari 2023
Hukum Aborsi

Fatwa KUPI (Bukan) Soal Hukum Aborsi

29 Desember 2022
Khitan Perempuan

OIAA-Cairo: Mengharamkan Khitan Perempuan Sesuai Syari’ah Islam

19 Desember 2022
Khitan Perempuan

Ulama Dunia Desak Hentikan Khitan Perempuan

13 Desember 2022
Hukum Perempuan Haid Membaca Al-Quran

Hukum Perempuan Haid Membaca Al-Quran Menurut Syekh As-Sya’rawi

2 Desember 2022
Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

9 November 2022
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Menjadi Minoritas

    Refleksi: Sulitnya Menjadi Kaum Minoritas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ramadan dan Nyepi; Lagi-lagi Belajar Toleransi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tips Aman Berpuasa untuk Ibu Hamil dan Menyusui

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam Adalah Agama yang Menjadi Rahmat Bagi Seluruh Alam Semesta
  • Ramadan dan Nyepi; Lagi-lagi Belajar Toleransi
  • Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023
  • Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami
  • Refleksi: Sulitnya Menjadi Kaum Minoritas

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist