• Login
  • Register
Rabu, 4 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Menyoal Kecantikan dan Harga Diri Perempuan

Perempuan harus percaya diri dengan apa yang dimiliki masing-masing. Tidak perlu menjadi cantik sesuai standar industri atau masyarakat

Yuyun Nailufar Yuyun Nailufar
27/07/2021
in Personal
0
Kecantikan

Kecantikan

407
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dunia maya semakin mengerikan ketika menampilkan model-model perempuan iklan kecantikan yang tak masuk akal: tubuh ideal, hidung mancung, rambut hitam mengkilap, kulit putih, dan lain sebagainya. Berbagai produk kecantikan merajalela di media sosial maupun toko online, dari diskon per produk, hingga paket kecantikan untuk pagi dan malam. Banyak perempuan berbondong-bondong menggunakan merk tertentu yang katanya dapat menghasilkan kecantikan natural dengan maksimal.

Perbincangan di jamuan makan para perempuan tak luput soal kecantikan, yang lebih mengerikan apabila mereka saling mencibir satu sama lain, seperti “Kok kamu gendutan sih?”. “Dia kok percaya diri banget, padahal bajunya udik”. “Kulit kamu hitam dan lusuh, ga pernah perawatan ya?”

Secara tidak sadar, kita sudah dilatih untuk bersaing perihal kecantikan dengan perempuan lain, bahkan sejak kecil kita juga dilatih untuk menghargai perempuan yang lebih cantik secara fisik. Seperti pujian dari saudara ketika di perjamuan keluarga, “Wah, adiknya kok lebih cantik dari kakaknya”. “Kok kurus banget kakaknya daripada adiknya, jadi ga seger dilihat”. Lalu, kebanyakan dari mereka lebih memilih berbicara pada yang cantik dan menghiraukan yang tidak cantik.

Di samping itu, kontes kecantikan seperti duta-duta kepemudaan menambah keyakinan masyarakat bahwa cantik secara fisik itu penting. Selain bakat, kemampuan berbicara di depan umum, dan nilai akademis, duta-duta itu diharuskan tampil cantik, stylish, dan mampu berjalan anggun di atas panggung. Ditambah lagi kecantikan seringkali dijadikan kartu AS untuk memperoleh sesuatu, seperti mudah mendapatkan pekerjaan, mudah mendapatkan pacar, mudah diterima di lingkungan manapun, mudah mendapatkan pelayanan ramah.

Seperti yang ditampilkan pada film Imperfection, para tokoh yang digambarkan memiliki fisik yang cantik mendapatkan privilege mudah diterima masyarakat; seperti mendapatkan tempat duduk saat makan di kantin yang sedang ramai, dipercaya oleh Bos dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, mudah mendapatkan teman dan pelayanan yang ramah. Sehingga membuat Rara, sang tokoh utama yang berambut ikal, gemuk dan berkulit coklat, harus merubah penampilan dan menjadi cantik sesuai standar masyarakat demi mendapatkan jabatan yang sesuai dengan kemampuannya.

Baca Juga:

Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

Mengapa dan Untuk Apa Perempuan Memakai Jilbab?

Mengenal Perbedaan Laki-laki dan Perempuan secara Kodrati

Menafsir Ulang Ajaran Al-Ḥayā’ di Tengah Maraknya Pelecehan Seksual

Dampak buruknya, beberapa perempuan mengalami gangguan jiwa akibat masalah tubuhnya yang diharuskan memenuhi standar masyarakat. Seperti yang dipaparkan Ester Lianawati dalam bukunya yang berjudul Ada Serigala Betina Dalam Diri Setiap Perempuan, 90% perempuan mengalami gangguan jiwa akibat masalah diet dan bobot tubuh.

Pada serial Drama Korea yang berjudul My ID is Gangnam Beauty, ditampilkan juga perempuan yang merasa dirinya cantik sehingga digunakan untuk menarik hati pria, ia terus melakukan validasi bahwa ia mampu menarik hati pria lewat kecantikan fisiknya. Dari serial drama ini, diperlihatkan perempuan ada yang mengalami bulimia nevorsa yaitu penyakit ganggguan mental yang ditandai dengan seseorang melahap makanan banyak lalu dimuntahkan secara paksa. Hal ini bertujuan agar mendapatkan pujian bahwa sebanyak apapun yang dimakan, tubuhnya tetap ideal dan cantik sesuai yang diharapkan masyarakat.

Fakta lainnya, perempuan akan terus menerus memonitoring tubuhnya di depan kaca untuk mencari kekurangan yang perlu disempurnakan. Secara tidak sadar, perempuan akan disibukkan untuk menyempurnakan penampilan dari ujung kaki hingga ujung kepala, hingga mampu menghambat kegiatan yang lain. Hal ini mengakibatkan perempuan rendah intelektual dan hanya menjadi objek kecantikan di masyarakat.

Objektivikasi pada perempuan sudah terjadi berabad-abad yang lalu. Perempuan hanya dijadikan pemuas laki-laki sehingga harus tampil cantik. Perempuan harus tampil anggun dan cantik agar diterima di masyarakat. Maka tak heran, apabila banyak perempuan terhambat untuk menunjukkan potensi karena memiliki rasa kurang percaya diri. Banyak kegiatan-kegiatan yang menunjang minat dan bakat perempuan, namun tak diikuti karena takut dicibir perihal fisik mereka.

Perempuan seharusnya merdeka atas tirani tubuh mereka sendiri. Tidak masalah berbadan kurus ataupun gemuk, tidak masalah berkulit coklat atupun putih, tidak masalah berambut lurus ataupun ikal. Harga diri perempuan tidak terletak pada fisik, tetapi bagaimana perempuan bisa memaksimalkan potensi dan bakat yang dimilikinya, terlebih bisa bermanfaat untuk masyarakat.

Tidak mengikuti trend skin care kecantikan yang sedang booming saat ini bukan berarti tidak peduli dengan tubuh, namun perempuan punya cara masing-masing dalam merawat tubuhnya. Perempuan seharusnya punya standard kecantikan sendiri yang tidak mengikuti kemauan masyarakat.

Dalam buku Qiraah Mubadalah, terdapat pernyataan Ummu Salamah Ra., “Perempuan adalah manusia” (Shahih Muslim no. 6115). Pernyataan ini menyadarkan kita bahwa perempuan adalah manusia utuh, yakni kehidupan ini milik perempuan dan laki-laki. Apabila perempuan untuk laki-laki, maka laki-laki juga untuk perempuan.

Pun semua pranata sosial juga diperuntukkan demi kemaslahatan perempuan, sebagaimana juga untuk laki-laki. Maka apabila produk kecantikan yang bertujuan untuk merawat tubuh dan bagian dari kesehatan, seharusnya tidak sampai mengobjektivikasi perempuan, terlebih menjadikan standar kecantikan yang tidak realisitis.

Perempuan harus percaya diri dengan apa yang dimiliki masing-masing. Tidak perlu menjadi cantik sesuai standar industri atau masyarakat. Ikutilah semua kegiatan positif yang ingin kita lakukan, tidak perlu mendengarkan cibiran yang tidak relevan dengan apa yang kita kerjakan. Kita berhak merdeka atas tubuh kita, memilih cantik dengan versi kita sendiri. []

Tags: GenderkeadilankecantikanKesalinganKesetaraanperempuanQira'ah Mubadalah
Yuyun Nailufar

Yuyun Nailufar

Puan Menulis

Terkait Posts

Kesehatan Akal

Dari Brain Rot ke Brain Refresh, Pentingnya Menjaga Kesehatan Akal

4 Juni 2025
Tubuh yang Terlupakan

Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

3 Juni 2025
Kurban

Kurban Sapi atau Kambing? Tahun Ini Masih Kurban Perasaan! Refleksi atas Perjalanan Spiritual Hari Raya Iduladha

2 Juni 2025
Pandangan Subordinatif

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

31 Mei 2025
Joglo Baca SUPI

Joglo Baca SUPI: Oase di Tengah Krisis Literasi

31 Mei 2025
Disabilitas dan Seni

Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

31 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Haji Pengabdi Setan

    Ali Mustafa Yaqub: Haji Pengabdi Setan dan Ujian Keimanan Kita

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ragam Pendapat Ahli Fiqh tentang Aurat Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Brain Rot ke Brain Refresh, Pentingnya Menjaga Kesehatan Akal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Batasan Aurat Perempuan dalam Tinjauan Madzhab Fiqh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ibadah Kurban dan Hakikat Ketaatan dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ibadah Kurban dan Hakikat Ketaatan dalam Islam
  • Batasan Aurat Perempuan dalam Tinjauan Madzhab Fiqh
  • Dari Brain Rot ke Brain Refresh, Pentingnya Menjaga Kesehatan Akal
  • Ragam Pendapat Ahli Fiqh tentang Aurat Perempuan
  • Mitos Israel di Atas Penderitaan Warga Palestina

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID