Mubadalah.id – Bagi saya, menikah atau berumah tangga bukanlah ajang yang tepat untuk menentukan kesuksesan seorang perempuan, sehingga orang-orang menganggap perempuan yang telah melewati batas usia pernikahan menurut adat masyarakat adalah perempuan yang malang.
Bisa jadi, mereka para perempuan lajang yang memilih menunda pernikahan bukan karena keinginan mereka, akan tetapi Tuhan belum mengirimkan jodoh yang tepat untuknya.
Bisa juga karena mereka sedang fokus meniti karir yang ia mimpikan selama ini.
Stigma kepada Perempuan Lajang
Berkaca pada pengalaman pribadi yang melihat orang-orang di sekitar yang sudah dianggap waktunya untuk segera menikah tetapi belum jua bertemu jodohnya. Rasanya ikut sedih ketika mereka mendapat stigma negatif dari masyarakat.
Ungkapan “kebanyakan milih, makanya nggak nikah-nikah” seringkali terlontarkan kepada mereka yang sebenarnya juga menanti hilal jodoh segera dipertemukan.
Harusnya para perempuan lajang itu memiliki hak dan kebebasan dalam menentukan pilihannya perihal menikah. Entah ia memilih untuk menunda atau menyegerakan pernikahannya.
Tentu hal tersebut berdasarkan berbagai pertimbangan dan manfaat yang akan ia dapatkan kelak ketika ia sudah menikah.
Pada dasarnya, setiap orang baik laki-laki atau perempuan yang akan menikah harus mempunyai kesiapan fisik, materi, pengetahuan dan spiritual yang cukup.
Tujuan Menikah
Sudah jelas tertera dalam kitab suci Al-Qur’an bahwasannya salah satu tujuan dalam pernikahan adalah untuk memberikan ketenangan jiwa bagi kedua belah pihak. Pernyaaan ini terdapat pada surat ar-Rum ayat 21:
وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً
Untuk mencapai ketenangan dalam berumah tangga, hendaknya seseorang telah selesai dengan diri sendiri, dan ia sudah merasa cukup, bahagia dan nyaman. Baru setelah itu menjemput pasangan dan bersama-sama menggapai sakinah dalam pernikahan.
Maka dari itu, janganlah menuntut perempuan untuk segera menikah. Karena kita tidak tahu alasan apa yang mendasarinya untuk menunda. Mungkin karena trauma yang ia miliki akan sebuah hubungan, sedang menyelesaikan pendidikan, menanggung biaya hidup orang tua dan alasan lainnya.
Pernikahan dalam Islam hendaklah juga bertujuan untuk menjadikan masing-masing diri menjadi versi terbaik menurut kemampuan masing masing. Lantas bersama-sama menebarkan manfaat seluas-luasnya.
Pernikahan bukan menjadi penghalang seseorang untuk terus berkarya dan berdaya. Justru jikalau dalam pernikahan terjadi kesalingan, maka akan terlahir kemaslahatan tidak hanya bagi keduanya, tetapi juga bagi alam semesta.
Perempuan dan Value Diri
Tidak ada yang salah dengan perempuan yang haus akan belajar banyak hal. Berdandan, memasak, les kesana-kemari, meningkatkan berbagai skill dan lain-lain.
Tidak ada yang salah juga dengan perempuan yang ingin memiliki gelar baik sarjana, doktor maupun profesor dan mencapai karir setinggi-tingginya.
Lagi, tidak ada yang salah dengan perempuan yang memilih menikah muda, atau ibu sarjana yang memilih menjadi ibu rumah tangga.
Menjadi perempuan yang pintar adalah mereka yang memiliki kesadaran bahwa banyak hal yang ia tidak tahu tentang dunia ini. Di mana ia mempunyai keinginan untuk mempelajarinya.
Perempuan yang cerdas tahu akan nilai diri, identitas dirinya dan sadar penuh akan otoritas tubuhnya.
Najeela Shihab dalam bukunya “Cinta untuk Perempuan yang Tidak Sempurna”, menyebutkan; kadangkala keinginan untuk menjadi perempuan yang berpengetahuan berlawanan dengan anggapan bahayanya perempuan lebih pintar dari pasangan.
Kepintaran yang kita butuhkan dalam suatu hubungan bukan terkait informasi. Tetapi kepintaran dalam mengatur emosi. Seorang perempuan adalah ibu kehidupan, maka dengan bekal ilmu yang cukup akan mengantarkannya menjadi kholifah yang mampu berperan aktif dan menjadi sosok inspiratif.
Dalam masa sendiri, hendaklah laki-laki dan perempuan mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Yakni untuk bekal dalam pernikahan yang berlandaskan akhlak karimah, dan menebarkan misi islam yakni menjadi rahmat bagi semesta. []