• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Menziarahi Ulama Muda Perempuan Semarang

Bagi saya, Ning Bella adalah salah satu inspirasi kegigihan perempuan muda yang patut untuk diteladani

Yulinar Aini Rahmah Yulinar Aini Rahmah
30/05/2024
in Pernak-pernik
0
Ulama Muda Perempuan

Ulama Muda Perempuan

593
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Awal Mei lalu, mubadalah.id menerbitkan artikel berjudul “Ziarah Kubur: Tempat Healingnya Santri”. Saya sepakat dengan penulis dalam memberikan judul ini. Beberapa waktu lalu, selepas ujian, saya mempraktikkan hal ini dengan niatan untuk recharging energy.

Saya mengunjungi makam ulama muda perempuan Ning Arina Sabiela puteri Kyai Fadhlolan Musyaffa’ salah satu tokoh ulama’ berpengaruh di Jawa Tengah, pengasuh Pondok Pesantren Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan (PPFF) Mijen Semarang Jawa Tengah.

Makam Ning Bela, sapaan untuk Ning Arina Sabiela, berada di sisi kanan belakang komplek masjid Raudhatul Jannah. Masjid Raudhatul Jannah sendiri berada tepat berhadapan dengan komplek gedung utama yang iconic bertuliskan Pondok Pesantren Fadlu Fadhlan.

Baca Juga:

Peran Pesantren dalam Kehidupan Kartini

Hikmah Isra Mikraj: Spiritual Healing Ala Nabi Muhammad SAW

Praktik Mubadalah dalam Kegiatan Mahasantri di Tashfiyatul Qulub

Sampai Kapan Kekerasan Seksual Terus Terjadi di Ruang Pendidikan?

Untuk menuju makam, bisa melalui jalur utama jalan raya Semarang-Boja. Jalur ini merupakan jalur jika peziarah melewati rute timur sejalur dengan Kampus UIN Walisongo. Satu lagi, berada pada rute alternatif jika peziarah melewati jalur barat (Mangkang-Gondoriyo). Baik jalur timur maupun barat, peziarah akan disambut dengan rindangnya hutan karet dari titik jalan raya hingga tepat di depan gerbang pondok.

Mengunjungi makam tersebut semacam me-recall kembali ingatan tentang Ning Bela. Dua belas tahun lalu tepatnya tahun 2012, saya berkesempatan 1 tahun nyantri dengan Kyai Fadhlolan Musyaffa’.

Kala itu, saya hanya mendengar kehebatan Ning Bela dari cerita para musyrifah (sebutan untuk ustadzah yang membersamai pembelajaran di pondok) karena posisi Ning Bela yang sedang menimba ilmu di luar kota. Hingga suatu ketika saya menyaksikan kehebatan Ning Bela secara langsung.

Perempuan Cerdas

Saat itu ujian akhir semester di UIN Walisongo hampir usai. Sebagai penutup kegiatan (muwadda’ah), pondok mengadakan beberapa lomba berbasis bilingual inggris-arab seperti debat, story telling dan pidato. Malam itu gemuruh terdengar di venue cabang lomba story telling.

Singkat cerita, Ning Bela menjadi juri dadakan di lomba story telling malam itu. Meski saat itu Ning Bela baru saja duduk di bangku sekolah menengah pertama. Dia menunjukkan profesionalitasnya. Ekspresi, nada, dialek serta sedikit candaannya saat menjadi juri dalam dua bahasa membuat peserta dan supporter terpana dan tidak sedikit yang ikut terbahak. Dari sinilah kesan tentang Ning Bela sebagai perempuan cerdas begitu melekat di memori saya.

Lebih dari itu, mengunjungi makam Ning Bela bukan hanya sekedar me-recall ingatan. Yang sebenarnya terjadi adalah semacam upaya saya mengumpulkan kembali serpihan semangat setelah beberapa waktu lalu energi terinvestasikan untuk salah satu ujian yang harus saya ikuti.

Di kompleks makam, pandangan pertama saya tertuju pada pigura paling besar yang berisikan 5 kutipan, 2 kutipan Al-Qur’an (QS. An-Nisa’, 69 dan QS. Ali Imran, 169) dan 3 kutipan Hadis yang diberi narasi judul “Orang yang gugur di jalan Allah tidak mati”.

Membaca tulisan dalam pigura ini, saya merasakan kesedihan yang begitu mendalam. Ingatan saya terlempar saat proses pemakaman Ning Bela. Kala itu, saya tidak sengaja bisa mendapat kesempatan bersama santri lain menunggu jenazah tiba di Semarang.

Dari kejauhan saya melihat Kyai Fadhlolan Musyaffa’ begitu tegar menyalami tiap tamu yang datang sambil sesekali melempar senyuman khasnya. Sambil membawa tasbih, beliau sesekali keluar masuk rumah seperti memastikan sesuatu. Saya tidak tahu apa yang ada di benak beliau. Yang saya yakini, beliau begitu Ikhlas dengan ketentuan ini.

Syahidah Arina Sabiela

Awalnya, niat kami menuju pondok selepas maghrib adalah untuk takziyah lalu pulang. Namun kami memutuskan untuk menunggu sambil menyimak pembacaan Al-Qur’an yang santri lantunkan secara terpusat di masjid selama proses menunggu jenazah tiba. Menjelang azan shubuh, suara sirine sayup kencang terdengar. Jenazah ulama muda perempuan itu datang dan suasana haru begitu kuat menyelimuti.

Azan Subuh berkumandang, salat subuh diikuti salat jenazah-pun didirikan. Selepas prosesi pemakaman, Kyai dengan suara isak melakukan prosesi talqin mayyit. Dalam prosesi tersebut, Kyai mengulang-ulang kata “laa takhafi wa laa tahzani” seraya memanggil nama Ning Bela dengan sebutan “syahidah Arina Sabiela”. Selayaknya seorang ayah memberikan penguatan dan pengayoman kepada anak, begitu ekspresi yang saya tangkap.

Selain pigura besar itu, di sekeiling tembok makam juga terdapat pigura foto para Ulama’ Timur Tengah yang merupakan guru Ning Bela. Beberapa ulama’ tersebut ada yang Ning Bela jumpai ketika menimba ilmu di Mesir dan sempat mengabadikan kebersamaan.

Beberapa teman Ning Bela semasa menimba ilmu di Mesir memberi kesaksian bahwa Ning Bela memiliki kebiasaan talaqqi, mengikuti majelis-majelis ilmu dan berziarah kepada ulama’ Mesir. Ada pula foto Ulama’ Timur Tengah yang sengaja datang ke makam Ning Bela. Dari deretan foto-foto tersebut, terdapat foto ijazah sanad yang menunjukkan bahwa Ning Bella pergi dengan mission complete dalam studinya (Al-Qur’an).

Bagi saya, Ning Bella adalah salah satu inspirasi kegigihan perempuan muda yang patut untuk diteladani. Meski berpulang di usia muda (1999-2022) dalam perjalanan menuju ziarah makam Imam Al-Bushiri di Iskandariah Mesir, sederet pencapaian membanggakan telah Ning Bella upayakan.

Ketertarikannya pada ilmu bahasa, kepercayaan dirinya yang selaras dengan passionnya sebagai pembicara publik yang ulung, kemandirian, dan komitmen menyelesaikan studi (hafalan maupun substansi) Qur’annya bisa menjadi semangat bagi perempuan-perempuan muda khususnya. []

Tags: HealingPondok PesantrenSantriUlama Perempuan MudaZiarah
Yulinar Aini Rahmah

Yulinar Aini Rahmah

Terkait Posts

Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Peluang Ulama Perempuan

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

16 Mei 2025
Nusyuz

Membaca Ulang Ayat Nusyuz dalam Perspektif Mubadalah

16 Mei 2025
Poligami dalam

Menggugat Poligami, Menegakkan Monogami

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version