• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Merayakan Lebaran Idulfitri dengan Menjaga Lisan

Idulfitri kita maknai sebagai bentuk refleksi rasa syukur dan kegembiraan

Halimatus Sa'dyah Halimatus Sa'dyah
10/04/2024
in Publik, Rekomendasi
0
Lebaran Idulfitri

Lebaran Idulfitri

724
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Momen lebaran adalah momen yang kita tunggu sebagai perayaan hari kemenangan. Usai melewati momen satu bulan berpuasa, maka lebaran Idulfitri dimaksudkan sebagai waktu sukacita sebagai perayaan hari kemenangan. Momen ini penuh berkah sebagai momen tepat untuk membagikan harta kekayaan seseorang kepada mereka yang tidak mampu agar turut berbahagia di hari raya

Idulfitri kita maknai sebagai bentuk refleksi rasa syukur dan kegembiraan. Setiap muslim wajib berpuasa selama satu bulan pada Ramadan, kemudian harus introspeksi diri dapat kembali suci, disempurnakan dengan mengeluarkan zakat fitrah sebagai bentuk rasa syukur dan berbagi kepada sesama. Lalu saling bermaafan pada keluarga, teman dan kerabat.

Idulfitri berasal dari dua kata, yaitu ‘id’ dan ‘al-fitri’. Id secara bahasa berasal dari kata ada – ya’uudu, yang artinya kembali. Sedangkan, kata al-fitri memiliki dua makna, yaitu suci dan berbuka. Suci artinya bersih dari segala dosa, kesalahan, dan keburukan. Sementara itu, makna fitri yang berarti berbuka berdasarkan hadis Rasulullah SAW, yaitu:

“Dari Anas bin Malik: Tak sekali pun Nabi Muhammad SAW pergi (untuk salat) pada Hari Raya Idulfitri tanpa makan beberapa kurma sebelumnya.”

Tradisi Lebaran Idulfitri di Indonesia

Terkait asal usul istilah lebaran ini ternyata ada berbagai versi yang sudah ada sejak zaman dahulu. M.A. Salamun, seorang sastrawan di era 1960-an menganggap istilah lebaran berasal dari tradisi Hindu, yang artinya selesai, usai, atau habis.

Dalam hal ini menandakan bahwa habisnya masa berpuasa di bulan Ramadan. Ada pula anggapan lebaran yang berasal dari kata ‘lebar’, yang artinya luas atau lapang. Istilah ini merupakan metafora bagi umat muslim untuk saling berlapang dada dan ikhlas sehingga dianjurkan untuk saling memaafkan terhadap sesama.

Baca Juga:

Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

Berikut ini beberapa tradisi lebaran yang identik sebagian besar umat muslim lakukan di Indonesia:

Pertama, mudik

Atau kita sebut pulang kampung menjadi tradisi lebaran orang Indonesia yang cukup fenomenal. Tradisi ini menjadi momen untuk saling bersilaturahmi antara keluarga yang sudah merantau ke berbagai daerah lalu pulang menjelas lebaran untuk berkumpul bersama keluarga.

Kedua, ketupat

Perayaan Hari Raya Idulfitri rasanya kurang lengkap tanpa kehadiran ketupat dan lauk pauk lainnya. Ketupat menjadi salah satu makanan khas orang Indonesia saat lebaran tiba. Biasanya ketupat kita sajikan dengan opor, rendang, gulai, sambal goreng kentang, dan masakan khas lainnya.

Ketupat adalah beras yang kita masukkan pada janur yang sudah dianyam berbentuk ketupat, janur ini bermakna ja’a annur, sedangkan ketupat artinya lepat atau mohon maaf. Di pelosok desa ada tradisi  berkirim masakan pada tetangga berupa ketupat lengkap dengan lauk pauknya.

Ketiga, malam takbiran

Tradisi lebaran selanjutnya yang identik dengan umat muslim di Indonesia yaitu malam takbiran. Biasanya takbiran kita lakukan pada malam hari menjelang Idulfitri. Di mana orang-orang akan berkeliling mengumandangkan takbir sambil menabuh bedug dengan meriah.

Keempat, ziarah ke makam

Tradisi selanjutnya yaitu ziarah atau ‘nyekar’ ke makam keluarga dan leluhur. Biasanya tradisi ini kita lakukan sehari sebelum Idul Fitri atau setelah shalat Eid. Tak jarang pula orang membawa bunga saat berziarah ke makam.

Kelima, parcel atau hampers lebaran

Berkirim hadiah sebagai salah satu tradisi Idul Fitri dengan mengirimkan parcel atau hampers, baik untuk keluarga, sahabat, atau rekan kerja yang merayakan Idul Fitri. Biasanya berisi makanan ringan atau jajan untuk disajikan di hidangan lebaran, terkadang berisi alat salat, atau pernak-pernik lebaran seperti toples, kue lebaran, pakaian, dst.

Keenam, THR

Tradisi lebaran lainnya yang identik di Indonesia yaitu salam tempel pada tamu atau anggota keluarga. Membagikan amplop berisi sejumlah uang kepada saudara yang masih kecil. THR menjadi tradisi yang ditunggu oleh anak-anak saat Idulfiitri tiba.

Ketujuh, Halal bi halal dan reuni keluarga

Yaitu silaturahmi dari satu rumah ke rumah lainnya. Biasanya kegiatan silaturahmi atau halal bi halal dilakukan di hari pertama dan kedua di bulan Syawal.

Adapun reuni adalah berkumpulnya keluarga besar supaya memudahkan silaturahmi, efisiensi waktu karena jika berkunjung antar keluarga cukup memakan waktu. Keduanya merupakan momen bertemu keluarga, sahabat, atau tetangga untuk saling memaafkan dan merayakan hari raya.

Perintah Menjaga Lisan

Tradisi bertemu kerabat memang menyenangkan, namun ada hal ini rentan akan bergunjing di tiap pertemuan. Berawal dari menanyakan kabar, saling sapa untuk mengakrabkan diri bersama sanak saudara, rentan muncul kalimat menggunjingkan orang lain. Di sisi lain, kalimat basa-basi bisa menjadi persoalan sakit hati bagi sebagian orang dalam melakukan percakapan.

Beberapa tayangan di Tik Tok menyebutkan para orang dewasa yang tak kunjung menikah karena belum bertemu calon pasangan yang pas, lebaran bagi merek amenjadi momok menakutkan. Mereka lebih memiliki untuk menyibukkan diri masuk kerja, menjaga SPBU atau pelayanan kasir minimarket. Hal ini membuktikan bahwa tidak semua orang bisa menerima pertanyaan basa-basi yang memunculkan rasa tersinggung.

Pertanyaan, “kapan menikah?” pada orang yang sudah usia kepala tiga, “kapan punya anak?” pada pejuang garis dua, adalah contoh kalimat yang bisa memancing rasa tidak nyaman bagi sebagian orang. Kalimat basa-basi yang sejatinya untuk memulai percakapan dan tidak ada niatan memancing keributan.

Al-Qur’an

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدٗا يُصۡلِحۡ لَكُمۡ أَعۡمَٰلَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِيمًا  [ الأحزاب:70-71]

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenengan yang besar” [Al-Ahzab : 70-71].

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ

أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka itu adalah dosa. Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah kamu sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Tentu kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” [Al-Hujurat : 12].

 وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ ۖ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” [Qaf : 16-18] .

  وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُّبِينًا

Artinya: “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu’min dan mu’minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesunguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata” [Al-Ahzab : 58].

Kenyamanan di Hari Lebaran

Kita harus paham, bahwa tidak semua pertanyaan itu mendatangkan kenyamanan pada lawan bicara. Kita tidak bisa menuntut orang lain tidak mudah baper atau jangan mudah tersinggung. Namun sebaiknya, kita mengontrol apa yang keluar dari lisan kita. Supaya momen lebaran benar-benar mendatangkan kenyamanan bagi siapa saja.

Sebuah hadist mengatakan, “Salamatul insan fi hifdzil lisan. Selamatnya manusia jika dia pandai menjaga lisannya.” Untuk itu, hendaknya kita senantiasa menjaga lisan dan jangan sampai merugikan orang lain melalui sebuah ucapan.

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Fal yaqul khairan au liyasmut, Hendaklah berkata yang baik atau sebaiknya diam.” []

 

 

 

Tags: Hari KemenanganIndonesiaislamlebaranMerayakan IdulfitriTradisi
Halimatus Sa'dyah

Halimatus Sa'dyah

Penulis adalah  konsultan hukum dan pengurus LPBHNU 2123038506

Terkait Posts

Tahun Hijriyah

Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

4 Juli 2025
Rumah Tak

Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

4 Juli 2025
Gerakan KUPI

Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

4 Juli 2025
Kritik Tambang

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

4 Juli 2025
Isu Iklim

Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

3 Juli 2025
KB sebagai

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

3 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kritik Tambang

    Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak
  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID