Mubadalah.id – Dalam catatan sejarah, Nabi Muhammad Saw yang mulia telah berhasil mengajak umat manusia untuk mengikuti keyakinan dan ajaran Islam dalam waktu yang amat singkat.
Dalam kurun waktu 22 tahun sejak diangkat sebagai utusan Tuhan, pengikutnya telah mencapat 100.000 orang.
Hal ini lantaran cara-cara Nabi Muhammad Saw berdakwah dilakukan dengan dialog bertutur kata lembut, dan tanpa marah-marah.
Allah memberikan kesaksian dan apresiasi atas cara-cara Nabi-Nya dengan mengatakan,
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepadaNya. (QS Ali Imran 3: 159).
Jangan Memaksa
Ini berarti Tuhan ingin menyatakan, silakan ajak mereka, tapi jangan dengan memaksa dan jangan dengan jalan kekerasan. Itu akan sia-sia, tak ada gunanya, dan tak perlu.
Pilihan pikiran dan hati tak bisa kita paksakan. Pikiran adalah getaran-getaran lembut yang tersembunyi. Tetapi lakukanlah kehendakmu mengajak orang lain dengan cara yang ramah, rendah hati, dan persuasif.
Begitulah, maka penggunaan kekerasan, ancaman, dan pemaksaan terhadap orang lain untuk menerima atau meyakini suatu pilihan atas sebuah pandangan, pendapat atau keyakinan keagamaan, tentu bukanlah jalan yang Tuhan kehendaki.
Kita di minta Tuhan semata-mata untuk menawarkan satu bentuk atau jalan kebahagiaan, seperti yang Allah Swt sampaikan kepada Nabi.
Tawaran yang menarik hati orang adalah ketika ia mampu bicara manis dan lembut dengan sikap rendah hati seperti Nabi Muhammad Saw contohkan.
Jika tidak bisa demikian, dapatkah kita memuji dan mengunggulkan keyakinan kita tanpa mengatakan keyakinan yang lain sebaliknya, Jika tidak bisa juga, dapatkah kita tidak mengatakan apa-apa.*
*Sumber: tulisan KH. Husein Muhammad dalam buku Islam dan Toleransi.