Mubadalah.Id– Neng Hannah: korban tidak tergantung pada jenis kelamin. Para pejabat di negara bagian Bayern dan Nordrhein Westfalen (NRW), Jerman mewacanakan akan meluncurkan Perlindungan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) terhadap laki-laki.
Program pelindungan ini terdiri dari tiga pilar. Poin pertama akan mencakup layanan hotline dan platform konseling di internet untuk para korban. Kedua, yaitu pembangunan rumah-rumah aman dan pusat-pusat konsultasi psikologi.
Sedangkan terakhir yakni berupa penyebaran informasi dan penerangan kepada korban dan masyarakat yang bertujuan agar korban mau melaporkan kasusnya dan “menghancurkan tabu-tabu” dalam masyarakat seputar masalah ini.
Menanggapi usulan tersebut, Dosen Filsafat Sosial Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, Dr. Neng Hannah, M.Ag menilai perlindungan KDRT terhadap laki-laki itu lebih pada memfokuskan penanganan pada korban laki-laki dalam rumah tangga.
“Menurut saya ya, bagus bagus aja ya. Selama ada pihak yang jadi korban dan lemah memang harus dilindungi. Tidak tergantung jenis kelamin,” kata Neng Hannah saat dihubungi Mubaadalahnews, 24 Juni 2019.
Ia juga menyebutkan kasus KDRT tak selamanya dialami perempuan atau istri, tetapi banyak juga laki-laki atau suami yang menjadi korban KDRT. “Jadi laki laki pun bisa jadi korban,” imbuhnya.
Ia menceritakan, dirinya pernah menerima laporan dan konsultasi seorang bapak atau suami yang menjadi korban istrinya. Saat itu, Neng Hannah masih menjadi staf advokasi di Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jawa Barat yang merupakan kegiatan terpadu yang didirikan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
“Ya kami tangani karena memang suami masuk dalam lingkup rumah tangga,” ungkapnya.
Lebih lanjut lagi, Indonesia sendiri sudah ada undang-undang yang mengatur tentang memberikan perlindungan terhadap laki-laki atau suami lebih tepatnya pada pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UUPKDRT).
Menurutnya, UUPKDRT tersebut, kata dia, berisi tentang lingkup rumah tangga dalam Undang-Undang ini meliputi : suami, isteri, dan anak; orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang sebagaimana dimaksud pada huruf a karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga; dan/atau orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut.
“Jadi sudah diterapkan ya, udah melingkupi korban laki laki juga, hanya kendala budaya yang membuat laki-laki tidak berani lapor. Lebih khawatir dengan stigma masyarakat yang menganggap laki-laki lebih kuat dan tidak mungkin jadi korban,” jelasnya
Oleh sebab itu, ia pun mengajak agar melibatkan laki-laki dalam setiap program yang terkait dengan kesetaraan gender, perlindungan perempuan dan anak dan lain-lain.
“Hal ini diharapkan, agar tumbuh kesadaran untuk berbuat adil dan berbicara saat mendapatkan ketidakadilan. Ini tidak hanya pada perempuan saja laki-laki juga,” tutupnya. (RUL)