• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Nia Asmady: Perempuan di Balik Peluncuran Satria-1

Nia Asmady sebagai sosok perempuan di balik peluncuran Satria-1 ini, seakan mematahkan stigma tentang akal perempuan yang hanya separuh laki-laki.

Zahra Amin Zahra Amin
19/08/2023
in Figur
0
Perempuan di Balik Peluncuran Satria-1

Perempuan di Balik Peluncuran Satria-1

921
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Perayaan kemerdekaan negara tercinta Indonesia baru saja lepas dua hari yang lalu. 78 tahun kini, Indonesia yang tahun ini punya jargon “Terus Melaju untuk Indonesia Maju”. Jargon tersebut, sangat pantas kita sematkan. Terlebih, Indonesia baru saja melakukan peluncuran Satria-1 di negeri Paman Sam Amerika Serikat pada 19 Juni 2023.

Satria-1 atau yang memiliki kepanjangan Satelit Republik Indonesia ini menjadi titik sejarah Indonesia di dunia telekomunikasi. Kini, Indonesia menjadi negara yang memiliki satelit multifungsi terbesar di Asia dan nomor lima di dunia. Hal ini karena kapasitas satelit Satria-1 adalah 150 Gbps. Satelit Indonesia sebelumnya, rata-rata memiliki kapasitas di bawah 100 Gbps.

Proyek ini merupakan hasil Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) antara Kementerian Komunikasi dan Informastika (Kominfo) dengan PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) lewat anak usahanya PT Satria Nusantara Tiga.

Siapa sangka, engineer yang membuat Satria-1 ini adalah seorang perempuan. Ya, dia adalah Adipratnia Satwika Asmady. Perempuan yang akrab dipanggil Nia Asmady ini mendapat amanah dari PSN untuk mengerjakan proyek Satria-1, mulai dari perancangan, pembuatan, hingga pengoperasian nantinya.

Sosok Kebanggaan Indonesia

Ada banyak cerita lika-liku Nia dalam mengerjakan proyek Satria-1. Di mana ia berada di lingkungan kerja yang mayoritas laki-laki, menjadikan dia harus bekerja keras dalam beradaptasi. Sebagaimana yang terungkap dalam pemberitaan di kanal liputan6.com.

Baca Juga:

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

Benarkah Feminisme di Indonesia Berasal dari Barat dan Bertentangan dengan Islam?

Two State Solution: Solusi Perdamaian bagi Palestina-Israel atau Tantangan Integritas Nasional Terhadap Pancasila?

Dunia satelit memang bukan keinginan Nia selama kuliah. Lulusan Aerospace Engineering, menjadikan Nia berkeinginan untuk bekerja di dunia pesawat terbang. Lebih spesifiknya pesawat tanpa awak. Dengan pengalaman Nia yang mengemban ilmu di Negeri Paman Sam, tidak membuat Nia untuk malu-malu kembali ke Indonesia.

Biasanya, generasi muda yang malang melintang di luar negeri, mendambakan untuk bisa bekerja di perusahaan internasional di luar negeri. Satu hal yang menjadi alasan Nia untuk kembali ke dalam negeri, dan terlibat dalam pembuatan satelit di Indonesia adalah jiwa, dan semangat nasionalismenya.

Yang lebih membanggakan lagi, dalam Proyek Satria-1 ini, di usianya yang masih 29 tahun, Nia menjadi perempuan Indonesia pertama kali yang menjadi Customer Launch Director di SpaceX. Customer Launch Director merupakan pihak yang menentukan roket SapceX Falcon 9 ini mengangkasa atau tidak.

Mematahkan Stigma Akal Perempuan Separuh Laki-laki

Nia Asmady sebagai sosok perempuan di balik peluncuran Satria-1 ini, seakan mematahkan stigma tentang akal Perempuan yang hanya separuh laki-laki. Sebagaimana sering kita dengar dari matan hadis riwayat Bukhari dan Muslim, yang dianggap sebagai landasan stigma perempuan kurang akal dan kurang agama.

Matan hadis tersebut berbunyi “Maa ra-aytu min naaqishaati ‘aqlin wa diinin adzhaba lilubbi-r-rojuli-l-haazimi min ihdakunna yaa ma’syara-n-nisaak…” yang artinya “Aku tidak melihat sebagian perempuan yang (dianggap) kurang akal dan kurang agama, (namun) mampu menghilangkan keteguhan (akal) laki-laki yang kokoh…”.

Mengutip dari pendapat Abu Syuqqoh yang mengatakan bahwa narasi hadis ini tidak membicarakan norma. Melainkan sebuah bentuk komunikasi mujamalah.

Sebagaimana penjelasan Dr. Faqihuddin Abdul Kodir dalam Buku “Perempuan Bukan Sumber Fitnah”, membuat pola mujamalah ini menjadi lebih jelas dengan ungkapan “Jika dengan kurang akal dan kurang agama saja, perempuan dapat mengalahkan akal laki-laki yang kokoh, bagaimana jika perempuan dengan akal dan agama yang utuh?”

Ungkapan ini seakan menjadi sinyal yang jelas bahwa hadis ini tidak memberikan stigma buruk pada perempuan sebagai makhluk kurang akal dan kurang agama. Melainkan sebagai sebuah bentuk pujian dalam bentuk kalimat mujamalah.

Perempuan Terus Melaju untuk Indonesia Maju

Sangat mungkin jika hadis di atas itu merujuk pada keadaan perempuan di masa lampau. Akses pendidikan yang sangat terbatas di masa lampau jelas menjadikan perempuan kurang akal dan kurang agama. Namun hal itu tidak lagi relevan dengan kenyataan hari ini.

Terlebih ketika perempuan mendapatkan akses setara di bidang pendidikan, sama halnya dengan laki-laki, maka hasilnya tidak sedikit perempuan yang menjadi lebih pintar dari laki-laki.

Tentu, Nia Asmady sebagai sosok perempuan di balik peluncuran Satria-1 telah membuktikan bahwa ketika perempuan kita beri akses, kesempatan, ruang dan kepercayaan, di masa depan ia akan tumbuh semakin cemerlang.

Kisah keberhasilan Nia Asmady ini, menjadi kado terindah dalam perayaan 78 tahun Kemerdekaan Indonesia. Kita berharap, kelak akan semakin banyak perempuan-perempuan lainnya di Indonesia yang akan mengikuti jejak Nia Asmady. Perempuan Terus Melaju untuk Indonesia Maju. Semoga. []

Tags: IndonesiakemerdekaanNia AsmadyPeluncuran Satria-1Perempuan Indonesia
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Ekoteologi

Menyemarakkan Ajaran Ekoteologi ala Prof KH Nasaruddin Umar

13 Juni 2025
Hj. Biyati Ahwarumi

Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat

23 Mei 2025
Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Nyai Ratu Junti

Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

17 Mei 2025
Nyi HIndun

Mengenal Nyi Hindun, Potret Ketangguhan Perempuan Pesantren di Cirebon

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID