Sabtu, 8 November 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Disabilitas

    Di UNIK Cipasung, Zahra Amin: Jadikan Media Digital Ruang Advokasi bagi Penyandang Disabilitas

    Bagi Disabilitas

    Rektor Abdul Chobir: Kampus Harus Berani Melahirkan Gagasan Inklusif bagi Penyandang Disabilitas

    Fondasi Utama Fiqh al-Murunah

    4 Fondasi Utama Fiqh al-Murunah

    Fiqh al-Murunah bagi

    Fiqh al-Murunah: Menakar Azimah dan Rukhsah dari Pengalaman Difabel

    Fiqh al-Murunah yang

    Fiqh Al-Murunah: Fiqh yang Lentur, Partisipatif, dan Memberdayakan

    Fiqh al-Murunah

    Fiqh al-Murunah, Gagasan Baru yang Terinspirasi dari Dua Tokoh NU dan Muhammadiyah

    Fiqh al-Murunah

    Fiqh al-Murunah: Menempatkan Penyandang Disabilitas sebagai Subjek Penuh (Fā‘il Kāmil)

    Fiqh al-Murunah

    Fiqh al-Murunah: Terobosan KUPI untuk Menempatkan Difabel sebagai Subjek Penuh dalam Hukum Islam

    Fiqh al-Murunah yang

    Dr. Faqihuddin Abdul Kodir: Fiqh al-Murūnah, Paradigma Baru Keislaman Inklusif bagi Disabilitas

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    istihadhah yang

    Istihadhah: Saat Fiqh Perlu Lebih Empatik pada Perempuan

    Rumah Ibadah

    Rumah Ibadah Belum Memberikan Ruang Aman untuk Perempuan

    istihadhah

    Ketika Fiqh Tak Ramah Perempuan: Meninjau Ulang Hukum Istihadhah

    Nostra Aetate

    Nostra Aetate: Refleksi Hubungan Katolik dan Agama Lain

    Memudahkan

    Fiqh Haid yang Memudahkan, Bukan Menyulitkan Perempuan

    Pesantren Inklusif

    Pesantren Inklusif untuk Penyandang Disabilitas

    Haid yang

    Fiqh Haid yang Kehilangan Empati terhadap Perempuan

    Menikah

    Menikah: Saling Mengadaptasi Keterasingan

    Haid yang

    Fiqh Haid: Rumitnya Hukum yang Tak Terjangkau Perempuan

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

    Perempuan Lebih Rendah

    Ketakwaan Perempuan Tidak Lebih Rendah dari Laki-laki

    Keterbukaan Rumah Tangga

    Keterbukaan Adalah Kunci Utama Keharmonisan Rumah Tangga

    Keterbukaan

    Pentingnya Sikap Saling Keterbukaan dalam Rumah Tangga

    Rumah Tangga dalam

    Mencegah Konflik Kecil Rumah Tangga dengan Sikap Saling Terbuka dan Komunikasi

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Disabilitas

    Di UNIK Cipasung, Zahra Amin: Jadikan Media Digital Ruang Advokasi bagi Penyandang Disabilitas

    Bagi Disabilitas

    Rektor Abdul Chobir: Kampus Harus Berani Melahirkan Gagasan Inklusif bagi Penyandang Disabilitas

    Fondasi Utama Fiqh al-Murunah

    4 Fondasi Utama Fiqh al-Murunah

    Fiqh al-Murunah bagi

    Fiqh al-Murunah: Menakar Azimah dan Rukhsah dari Pengalaman Difabel

    Fiqh al-Murunah yang

    Fiqh Al-Murunah: Fiqh yang Lentur, Partisipatif, dan Memberdayakan

    Fiqh al-Murunah

    Fiqh al-Murunah, Gagasan Baru yang Terinspirasi dari Dua Tokoh NU dan Muhammadiyah

    Fiqh al-Murunah

    Fiqh al-Murunah: Menempatkan Penyandang Disabilitas sebagai Subjek Penuh (Fā‘il Kāmil)

    Fiqh al-Murunah

    Fiqh al-Murunah: Terobosan KUPI untuk Menempatkan Difabel sebagai Subjek Penuh dalam Hukum Islam

    Fiqh al-Murunah yang

    Dr. Faqihuddin Abdul Kodir: Fiqh al-Murūnah, Paradigma Baru Keislaman Inklusif bagi Disabilitas

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    istihadhah yang

    Istihadhah: Saat Fiqh Perlu Lebih Empatik pada Perempuan

    Rumah Ibadah

    Rumah Ibadah Belum Memberikan Ruang Aman untuk Perempuan

    istihadhah

    Ketika Fiqh Tak Ramah Perempuan: Meninjau Ulang Hukum Istihadhah

    Nostra Aetate

    Nostra Aetate: Refleksi Hubungan Katolik dan Agama Lain

    Memudahkan

    Fiqh Haid yang Memudahkan, Bukan Menyulitkan Perempuan

    Pesantren Inklusif

    Pesantren Inklusif untuk Penyandang Disabilitas

    Haid yang

    Fiqh Haid yang Kehilangan Empati terhadap Perempuan

    Menikah

    Menikah: Saling Mengadaptasi Keterasingan

    Haid yang

    Fiqh Haid: Rumitnya Hukum yang Tak Terjangkau Perempuan

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

    Perempuan Lebih Rendah

    Ketakwaan Perempuan Tidak Lebih Rendah dari Laki-laki

    Keterbukaan Rumah Tangga

    Keterbukaan Adalah Kunci Utama Keharmonisan Rumah Tangga

    Keterbukaan

    Pentingnya Sikap Saling Keterbukaan dalam Rumah Tangga

    Rumah Tangga dalam

    Mencegah Konflik Kecil Rumah Tangga dengan Sikap Saling Terbuka dan Komunikasi

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Rekomendasi

Noktah Cinta Wafa dan Nabela

“Mungkin kita sama, perasaan dan kenyamanan. Tapi ada satu yang tidak ingin aku iyakan, ketika hubungan kita harus ada ikatan pacaran.”

Khoiriyasih Khoiriyasih
10 September 2022
in Rekomendasi, Sastra
0
Nabela

Nabela

176
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Secangkir kopi panas mendarat di meja kafe yang ramai pengunjung. Ada yang membawa laptop dengan pandangan penuh tugas, membaca buku dengan mata tak berpaling, atau mereka yang sekedar kumpul bareng teman-teman sembari menikmati kopi khas Kafe Manteman ini.

“Meh pesan apa, Bel ?.” tanya Wafa pada lawan duduknya.

“Espresso saja fa, biasa ya ! low sugar.” Jawab Nabela yang masih sibuk dengan laptop dan deadline tugas.

Wafa dan Nabela sudah berteman sejak dipertemukan dalam satu organisasi eksternal kampus. Kebiasaan mereka pergi bersamaan sampai menikmati kopi berduapun sudah sering dilakukan. Kebiasaan itu juga disebabkan karena mereka memiliki waktu senggang yang beriringan, untuk mengisi waaktu luang mereka memilih keliling Jogja dan mencari kedai kopi untuk dinikmati racikan kopinya, salah satunya di Kafe Sak-Sak’e.

Setelah pesanan kopi datang, Wafa menghisap harum seduhan kopi lalu mensrutupnya sedikit demi sedikit, ia kembali bicara.

“Bel, tag ceritani. Tadi aku baru saja ikut kelas Komunikasi Gender, ya ada materi gender gitu. Mengangkat issue toxic relathionship.”.

“Emmm, terus yang dibahas apa?”. Jawab Nabela sesekali menatap Wafa.

“Senyantelnya materi ke otakku ya, masih banyak kisah pacaran yang tidak sehat dan merugikan sebelah pihak, hampir sama seperti yang terjadi saat ini sih.”

Berhubung tugasnya sudah selesai tujuh puluh lima persen, Nabela menutup laptopnya dan mengambil cangkir berisi kopi espresso dengan ramuan sedikit gula yang menjadi kesukaannya. Bagi Nabela, kopi memiliki kecanduan khas yang harus dirasakan dalam setiap seduhannya, sama seperti perjalanan yang harus dinikmati dengan segala resikonya.

“Itulah mengapa kadang aku jadi takut pacaran fa, haha.”

Sontak Wafa kaget karena sejujurnya selama ini Wafa menyimpan perasaan suka pada Nabela, hanya saja Nabela tidak menyadari itu dan memilih tidak punya pacar sampai sekarang. Nabela menganggap Wafa sudah seperti saudaranya sendiri. Wafa kembali melanjutkan diskusi yang menurutnya menarik.

“Apakah sampean takut pacaran karena  toxic juga bel?”.

“Salah satunya itu. Aku takut aja pacaran nanti jadi mengatur dan merubah pola hidup, melarang aktifitas, mempermasalahkan kecantikan atau bisa jadi melakukan kekerasan, haha ngeri aja.” Jawab Nabela sembari tersenyum menatap Wafa pertanda meyakinkan.

“Itu juga kategori dari toxic relationship ya ?.”

“Ho oh faa, makanya besok kalau sampean punya pacar jadilah cowok yang memberikan arahan bukan mengatur, tidak hanya menuruti kebahagiaan sampean ning ya pacar e juga, intinya saling membahagiakan deh.”

“Deg! apakah itu pertanda kalau aku jadi pacar dia aku harus memahami inginnya dia juga.” (batin Wafa yang tiba tiba diam, menelan ludah mendengar Nabela mengatakan kalimat tadi).

Mendiamkan perasaan bagi Wafa selama satu tahun sungguh meresahkan. Namun ada yang lebih meresahkan lagi ketika Wafa mengutarakan perasaannya namun justru ditolak oleh Nabela, haha bagaikan kisah drama di sinetron saja.

“Woi, malah bengong! gimana? udah nyantel?.”

“Bentar bel, kalau kasusnya seperti ini, si A tahu itu toxic tapi rasa cintanya terlalu menutup kesadaran bagaimana, kan nggak mau tuh putus.” Tatap Wafa seirus menantikan jawaban Nabela.

“Ya kaya nggak ada yang lain, yang penting jangan sampai hubungan itu merugikan salah satu pihak baik cowok maupun cewek, kalau sudah tahu toxic dan tidak mau dikasih tahu, berarti dia punya pilihan dan siap resiko apapun.”

“Emm, ribet ya, haha.” Jawab Wafa cengengesan.

“Masih banyak yang perlu kita selesaikan selain memikirkan sebuah hubungan, hehe. Paling tidak harapan keliling dunia harus kesampaian fa..” tersenyumlah Nabela, memberi gambaran jika sekarang dia memang belum membutuhkan pacar dan masih memikirkan impian dia mengunjungi beberapa tempat.

Wafa memahami jawaban Nabela dan kembali menikmati kopi yang tinggal satu srutupan. Sejenak melihat ke luar kafe dan melirik jam dinding yang berhenti di angka lima sore.

“Hmm wis sore, pulang yuk nanti keburu hujan.”

“Yuk…”.

***

Toxic relathionship  merupakan hubungan yang merugikan salah satu pihak. Dapat dikatakan hubungan yang membawa relasi tidak sehat, menguntungkan salah satu pihak. Hal ini sering terjadi di beberapa hubungan yang mana perempuan selalu tersakiti oleh laki-laki ataupun sebaliknya. Meski pada kenyataannya hal tersebut tidak disadari, dan beberapa dari mereka menerima itu padahal jelas merugikan.

Merespon toxic relanthionsip Nabela memilih untuk tidak terlalu memikirkan jauh mengenai hubungan antara dia dan laki-laki yang ada dalam hatinya. Dia memilih diam dan membiarkan semua berjalan sebagaimana takdir memberikan  saksi. Bagi dia, apa yang sedang dialami itulah yang harus dinikmati.

Suatu ketika, teman Nabela memulai perbincangan tatkala Nabela selesai kelas sore

“Hey Bel tungguin dong” teriak Anjani dari kejauhan.

“Eh haeee, kenapa nih?”. Jawab Nabela melangkahkkan kaki dengan pelan, menunggu Anjani datang.

“Kantin njooo, bentar doang.” Ajak Anjani kepada Nabela.

“Hayok lah, laper  juga ki.”

Setelah memesan makanan dan minuman Anjani memulai percakapan.

“Bel, menurutmu bagaimana kalau seseorang berhubungan dengan laki-laki tapi perempuannya kerap kali menangis, apakah pantas dipertahankan.”

“Menangisnya karena apa dulu?.”

“Ya karena sering tersakiti gitu sih.”

“Kalau yang nangis karena dirugikan sebelah pihak gitu mending wis to sudahi saja. Ketika dikasih tahu ndak gelem yowis, itu hak mereka yang melaksanakan hubungan.”

“Hes jan.. ribet yo bel. Kalau kamu sama Wafa apa kabar?.” ledek Anjani memasang muka senyum di depan Nabela.

“Apaan sih hmmmm.” Jawab Nabelaa dengan muka memerah.

***

Nabela pulang menuju kost-nya dengan perasaan penuh resah. Ia sejujurnya memendam perasaan dengan Wafa sudah sejak lama, ditambah perjalanan mereka selama di di kampus sudah berlangung selama tiga tahun. Rasa yang sama juga dimiliki Wafa kepada Nabela. Hanya ketakutan yang masih menjadi pemicu mereka untuk tetap mendiamkan perasaan tanpa saling terbuka masalah perasaan mereka masing-masing.

“Bisa jadi sampean nyesel lo Waf kalau terus diam kaya gitu.”

ucap Naja teman Wafa.

“Yoi bro.” timpal Wafa spontan.

Hari itu Wafa menceritakan permasalahan hatinya kepada Naja. Meski tidak menyebutkan nama Nabela namun Naja memberikan saran jika Wafa berhak menyampaikan perasaan di hati meski tidak tahu akan berakibat baik ataupun buruk. Wafa setuju dengan saran Naja dan mencoba berpikir bagaimana nantinya ia akan mengutarakan isi hati kepada Nabela.

Pertama yang perlu dipersiapkan adalah mental. Memulai hubungan bukan suatu hal yang sulit tapi juga tidak bisa dianggap enteng, karena itu menyangkut hubungan dua hati manusia yang mencoba untuk dipersatukan. Keduanya harus bisa mengimbangi dan memiliki rasa kesalingan, apalagi juga harus bisa menghindari yang namanya toxic relathionship.

Esok harinya sebelum keluar menuju kampus Wafa menulis pesan melalui Whatsapp kepada Nabela.

“Bel, ngopi yok, biasa ya pulang kuliah sekalian.”

Nabela membaca dengan rasa deg-degan yang berbeda dari biasanya, ada sesuatu yang membuatnya sedikit merasa aneh. Namun Nabela memilih untuk tetap membalas sebagaimana hari-hari lainnya.

“Yaa Waf, nanti aku kesana.”

“OK.”

Wafa menutup pesan dengan wajah senang sekaligus gugup jika harus menyampaikan perasaannya kepada Nabela sore itu juga. Setelah bersiap ke kampus, Wafa mengendarai motornya menuju kampus di salah satu kota besar yaitu Jogjakarta.

Pukul tiga sore merupakan jam terakhir kuliahnya Wafa dan Nabela. Selesai perkuliahan keduanya menuju kafe tempat biasa mereka menghabiskan waktunya untuk berdikusi mengenai banyak hal, mulai dari permasalahan kampus, organisasi, kadang juga menyinggung permasalahan negara dan HAM.

Ternyata yang sampai duluan adalah Wafa. Nabela sengaja berbelok ke pom bensin dulu karena bahan bakar untuk motornya sudah di strip satu yang artinya segera habis. Wafa memilih tempat yang tidak ramai ditempati oleh pengunjung dengan pemandangan menghadap ke luar. Setelah dari pom bensin Nabela melanjutkan perjalanan menuju ke kafe.

“Faaaa.” sapa Nabela yang sudah melihat sosok Wafa dari kejauhan.

“Heii.” jawab Wafa sedikit gugup

“Wes pesen belum, haus ni.”

“Belum, yok lah pesen dulu.?”

“Es cappuccino aja yooo.”

“OK.”

Wafa memberikan daftar pesanan ke kasir dan kembali ke tempat duduknya dengan hati yang siap untuk memulai pembicaraan. Namun tidak disangka jika Nabela justru mengawali percakapan.

“Tumben banget Fa, baru kemarin lusa ngajak ngopi udah ngajak ketemu aja, curhat apa nih?.”

“Mau ngomongin soal perasaan aku sama sampean bel, tapi plis jangan aneh yaa hehe. Aku jujur punya perasaan nyaman dan bisa dikatakan sayang ke sampean bel. Sejak awal kita dipertemukan satu organisasi dan keasikan diskusi yang selalu kita jalani, aku merasa nyaman aja. Aku tidak mempermasalahkan perasaan sampean mau seperti apa kepadaku, ini ikhitiarku mengutarakan dan jika diberi kesempatan aku ingin tahu perasaan sampean juga.”

“Aku harus menjawab juga?.”

“Senyaman sampean aja Bel.”

“Mungkin kita sama, perasaan dan kenyamanan. Tapi ada satu yang tidak ingin aku iyakan, ketika hubungan kita harus ada ikatan pacaran.”

“Kenapa?.”

“Wah, nanti jadi aku kaya menggurui hihi.”

“Tidak setiap laki-laki selalu memiliki pengetahuan banyak dan tidak setiap perempuan juga memiliki rendahnya pemikiran bel, aku ingin mendengar pandangan sampean juga to.”

“Oke, kenapa aku tidak menginginkan kita pacaran. Karena itu hanya sebuah status yang nantikan bisa jadi putus atau bisa jadi nikah. Diujinya sebuah perasaan itu ketika tidak memiliki status pacaran, sejauh mana keduanya bisa saling mempertahankan. Itupun kalau diantara kita setuju.”

“Tidak ada kerugian atas hal tersebut bel, aku paham.  Kita nikmati takdir yang ada di depan dan tidak perlu menakutkan sesuatu yang masih menjadi bayangan. Jalani hubungan ini dengan konsep kesalingan.”

“Contohnya?.”

“Sampean lakukan apa yang menjadi kegiatan dan impian sampean dengan sebebasnya, begitupun aku. Paling bisa dilakukan kita saling mendukung, memberi kabar, melakukan sesuatu bersamaan juga bisa. Ketika ada masalah, kita bisa menyelesaikannya dengan diskusi baik-baik.”

“Oke siap Faa.”

“Aku menyayangimu Nabela Dzikrina.”

“Begitupun aku.”

Keduanya saling memberikan senyuman dan meminum pesanan masing-masing. Cuaca Jogjakarta dengan lembayung sore ikut berbahagia menyaksikan dua hati yang bertemu dengan baik dan tanpa masalah.  Meski kepastian dalam sebuah hubungan baik menikah ataupun belum, itu sebuah kemungkinan, paling tidak nikmatilah takdir Tuhan yang ada di depan mata, semestinya. []

 

Tags: KesalinganKesehatan MentalKisah CintaperempuanToxic Relationship
Khoiriyasih

Khoiriyasih

Alumni Akademi Mubadalah Muda tahun 2023. Suka membaca dan menulis.

Terkait Posts

istihadhah yang
Keluarga

Istihadhah: Saat Fiqh Perlu Lebih Empatik pada Perempuan

7 November 2025
Haid yang
Keluarga

Fiqh Haid yang Kehilangan Empati terhadap Perempuan

7 November 2025
Haid yang
Keluarga

Fiqh Haid: Rumitnya Hukum yang Tak Terjangkau Perempuan

7 November 2025
Fiqh Haid
Keluarga

Fiqh Haid: Membebaskan Tubuh Perempuan dari Stigma Najis

6 November 2025
Belum Punya Anak
Personal

Luka dari Kalimat “Belum Sempurna Karena Belum Punya Anak”

6 November 2025
Pengalaman Perempuan
Keluarga

Ketika Nabi Saw Mendengar Pengalaman Perempuan

5 November 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Rumah Ibadah

    Rumah Ibadah Belum Memberikan Ruang Aman untuk Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Fiqh Tak Ramah Perempuan: Meninjau Ulang Hukum Istihadhah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesantren Inklusif untuk Penyandang Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nostra Aetate: Refleksi Hubungan Katolik dan Agama Lain

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fiqh Haid yang Memudahkan, Bukan Menyulitkan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Perempuan dalam Luka Sejarah: Membaca Novel Dendam Karya Gunawan Budi Susanto
  • Istihadhah: Saat Fiqh Perlu Lebih Empatik pada Perempuan
  • Rumah Ibadah Belum Memberikan Ruang Aman untuk Perempuan
  • Ketika Fiqh Tak Ramah Perempuan: Meninjau Ulang Hukum Istihadhah
  • Nostra Aetate: Refleksi Hubungan Katolik dan Agama Lain

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID