Mubadalah.id – Saat minggu kedua Ramadan, saya melihat postingan flayer film yang akan tayang sebentar lagi, tepatnya pada tanggal 25 Mei 2023. Filmnya berjudul “Hati Suhita”. Saya merasa asing dengan judul ini, tapi ketika saya melihat cover filmnya seperti sedang menggambarkan kehidupan cinta segitiga. Jelas saja, ini terlihat dari pawakan seorang laki-laki yang terapit oleh dua perempuan. Satu perempuan terlihat sedang menggamit lengan seorang laki-laki di sebelahnya. Satu perempuan lagi bersebelahan dengan seorang laki-laki namun dia tampak kesepian.
Ada tiga pemeran paling utama dalam film ‘Hati Suhita’. Alina Suhita diperankan oleh Nadya Arina. Gus Birru diperankan oleh Omar Daniel. Satu lagi, Ratna Rengganis diperankan oleh Anggika Bolsterli. Saya langsung penasaran dengan film ini, karena mungkin ada hikmah penting yang dapat terpetik oleh para perempuan.
Ternyata setelah saya telusuri lagi, film ini merupakan gubahan dari karya sastra novel yang Khilma Anis tulis. Novel Hati Suhita ini terbit pada tahun 2019 dan akan menjadi film pada Mei 2023. Sungguh sangat beruntung karya sastra Khilma Anis digubah menjadi sebuah film.
Dua Perempuan Terjebak Cinta Segitiga
Rasa penasaran saya tinggi dengan hadirnya film ini. Rasanya akan kurang jika saya menonton film ini tanpa membaca novelnya terlebih dahulu. Buku setebal 400-an halaman ini telah saya selesaikan selama 5 hari. Kecepatan membaca memang terkadang tergantung jenis karya tulisnya. Bagi saya, karya sastra novel sangat mudah untuk dibaca secara mengalir mengikuti suasana, sehingga saya tertarik untuk terus membaca sampai akhir. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk membacanya.
Keuntungan membaca novel ini setelah hadirnya flayer film Hati Suhita yaitu bisa membayangkan sosok Suhita, Gus Birru dan Rengganis dengan jelas. Setelah saya membaca novel ini, saya bisa menangkap unsur intrinsik yang membuat novel ini sempurna. Sesuai dugaan saya, novel ini menceritakan kisah ketiga insan yang terjebak dalam hubungan cinta segitiga. Sosok Gus Birru mengalami perang batin karena dia harus menyesuaikan diri setelah menikah dengan perempuan yang tidak ia cintai, Alina Suhita.
Gus Birru menaati perjodohan tersebut demi membahagiakan abah dan ummiknya. Suhita adalah menantu idaman orang tua Gus Birru yang akan membantu mereka membangun Pesantren Al-Anwar. Sedangkan sosok Rengganis mengalami patah hati karena harus merelakan Gus Birru menikah dengan perempuan lain. Namun, sudah semestinya Rengganis belajar mengikhlaskan karena Alina Suhita sebagai istri sah Gus Birru lebih berhak mendapatkan tempat di hati Gus Birru. Dalam etika pernikahan, suami istri wajib saling mencintai dan saling melindungi satu sama lain.
Kiprah Perempuan Dalam Novel Hati Suhita
Novel Hati Suhita ini menggambarkan dua perempuan yang hebat dalam pembangunan karakter atau perannya. Mereka adalah Alina Suhita dan Ratna Rengganis. Selain kisah percintaan, saya menemukan sudut pandang lain yaitu melihat dua sisi perempuan yang memiliki potensi diri masing-masing dan sukses membawakan kiprahnya. Novel ini tidak ditemukan pengekangan potensi diri perempuan kecuali sesi perjodohan. Alina Suhita dan Ratna Rengganis memiliki potensi dan dunia perannya yang berbeda.
Pertama, Alina Suhita menggambarkan sosok perempuan yang memiliki potensi dalam bidang ilmu agama dan dunia pesantren. Sehingga, Alina Suhita dipercaya oleh orang tua Gus Birru untuk memimpin Pesantren al-Anwar. Alina Suhita memiliki banyak kelebihan, seperti hafal al-Qur’an 30 Juz, menguasai ilmu tafsir, manajemen pesantren, dan sebagainya. Alina Suhita mampu mengamalkan keilmuan yang ia miliki untuk membangun sebuah pesantren mertuanya.
Kedua, Ratna Rengganis menggambarkan sosok perempuan yang memiliki potensi dalam bidang kepenulisan dan jurnalistik. Sehingga, Ratna Rengganis banyak mengikuti komunitas jurnalis. Dia terkenal sebagai perempuan yang aktif dalam menulis. Karya Rengganis sudah banyak orang kenal, dan mereka menyukai tulisan Rengganis, termasuk Gus Birru. Ratna Rengganis adalah pimpinan redaksi dari sebuah komunitas jurnalistik. Dia aktif menularkan ilmu jurnalistiknya kepada santri-santri di beberapa pesantren.
Fitrah Kepemimpinan Perempuan
Walaupun keduanya memiliki potensi dan peran yang berbeda, mereka adalah perempuan yang hebat. Awalnya saya menduga novel ini akan ada adegan perseteruan antara Alina Suhita dan Ratna Rengganis, seperti adegan Suhita melabrak Rengganis. Ternyata tidak, novel ini justru menggambarkan sosok dua perempuan ini mampu mengelola emosional dengan baik. Mereka lebih memfokuskan pada potensi dan perannya masing-masing. Mereka tidak saling menjatuhkan antara perempuan satu dengan yang lainnya.
Novel ini sedang merepresentasikan dua sosok perempuan sebagai pemimpin. Alina Suhita mampu memposisikan dirinya sebagai istri Gus Birru sekaligus pemimpin pesantren. Sedangkan Ratna Rengganis mampu memposisikan dirinya sebagai pemimpin komunitas jurnalistik Gus Birru dan tetap profesional walaupun dia pernah hadir dalam masa lalu Gus Birru.
Meskipun dalam hati mereka, Alina Suhita dan Ratna Rengganis, mengalami perang batin pada kisah percintaannya, namun mereka mampu menguasai akalnya. Novel Hati Suhita telah memberikan hikmah bahwa perempuan mampu mengalahkan ego dalam perasaannya dengan memfokuskan pada potensi diri. Itulah fitrah kepemimpinan perempuan yang sesungguhnya. []