Mubadalah.id – Pengasuh Pondok Pesantren Aisyah Kempek, Cirebon, Nyai. Hj. Afwah Mumtazah mengatakan sangat disayangkan apabila saat ini masih banyak sebagian orang yang menyebut bahwa perempuan adalah makhuk yang kurang akal dan kurang agama.
Lebih lanjut, kata perempuan yang kerap disapa dengan Nyai Afwah, sebagian orang yang menyebut perempuan kurang akal dan kurang agama itu merujuk pada potongan hadis shahih.
النساء ناقصات عقل و دين
“Perempuan itu merupakan makhluk yang kurang akal dan kurang agama.”
Hadis tersebut, menurut Nyai Afwah, kerap kali menjadi alat untuk mendiskreditkan perempuan.
“Potongan hadis ini sering digunakan oleh sebagian orang dalam rangka, bertujuan menghinakan perempuan. Dikatakan perempuan bukanlah perempuan yang pandai dan bukanlah yang menguasai ilmu agama,” kata Nyai Afwah, dalam video Ngaji Cinta di akun Facebook Mubadalah.id.
Ulama perempuan itu menceritakan kalau membaca hadis tersebut secara utuh, maka sebetulnya hadis itu sedang mengisahkan suasana akrab antara Nabi Muhammad Saw dengan para perempuan pada suatu hari raya.
Pada waktu itu Nabi Muhammad Saw pulang dari masjid, dia berbicara kepada para perempuan, sahabiyah anshor, mereka diperintah untuk banyak untuk beristighfar dan banyak bersedekah karena perempuan itu kurang akal dan kurang agama.
Sebagian orang yang cerdas di antara para sahabat itu bertanya, “kenapa kami dikatakan sebagai perempuan yang kurang akal dan kurang agama”.
Nabi Muhammad Saw menjawab bukankah kurang akal itu kesaksian 2 perempuan disamakan dengan 1 orang laki-laki, ini merujuk kepada ayat al-Qur’an wasytasyhidu syahiadaini mirrijalikum.
Kemudian, Nyai Afwah menyampaikan, yang kedua nuqshonuddin. Bukankah nuqshonuddin itu adalah seorang perempuan tidak bisa melanjutkan ibadah puasa secara full, karena menstruasi dan tidak pula melakukan qiyamullail karena menstruasi tersebut.
“Akan sangat disayangkan jika menstruasi yang adalah organ pemberian dari Allah SWT, ko tiba-tiba menjadi alat legitimasi terhadap kekurangan perempuan, padahal siapa yang menghendaki itu, kecuali Allah berikannya sebagai anugerah kepada perempuan,” ucapnya.
Nyai Afwah menegaskan, maka sudah tidak lagi relevan bahwa perempuan itu mempunyai kekurang dalam akal dan kekurangan dalam agama.
“Pada hari ini banyak sekali perempuan-perempuan yang pintar yang secara akal melebihi akal laki-laki dan banyak pula perempuan-perempuan yang ahli agama, ahli ibadah sebagaimana Rabiyatul Adawiyah, sebagaimana Siti Aisyah, berarti ini mematahkan pendapat orang yang selalu berkata nyinyir bahwa perempuan itu secara akal tidak pintar dan secara agama tidaklah alim,” jelasnya.
Nyai Afwah mengingatkan, apabila saat membaca atau menyampaikan hadis harus secara utuh dan komprehensif.
Sehingga hadis itu, lanjutnya, tidak bisa dijadikan sebagai alat untuk kepentingan seseorang yang mengatasnamakan agama.
“Imam Nawawi mengajukan hadis tersebut sebagai argumentasi teologisnya, jika kita mengkaji sumber hadis, ternyata tidak bertentangan dan tidak bias gender kalau hadis tersebut dibaca utuh,” tutupnya. (Rul)