• Login
  • Register
Minggu, 22 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Nyai Awanillah Amva: Jika Ingin Istri Seperti Khadijah, Muhammad-kan Dulu Dirimu

Jika seseorang menginginkan pasangan dengan kualitas terbaik. Maka ia pun perlu menyiapkan diri dengan kualitas yang sama, atau setidaknya mendekatinya. Sebab pasangan yang baik tidak datang karena kita menuntut, melainkan karena kita pantas.

Sukma Aulia Rohman Sukma Aulia Rohman
22/06/2025
in Publik
0
Khadijah

Khadijah

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Yu Awa menyoroti fenomena di mana laki-laki kerap mendambakan pasangan ideal, penyayang, berakhlak mulia seperti Khadijah tanpa bercermin pada kualitas hidupnya sendiri.

Mubadalah.id – Pernikahan kerap dipandang sebagai tujuan akhir dari perjalanan cinta dua insan. Namun sebelum sampai ke sana, ada proses panjang yang harus dilalui mulai dari mengenal, menjalin hubungan, hingga memutuskan untuk mengikat janji suci.

Di setiap fase ini, dibutuhkan kesiapan dari kedua belah pihak, baik secara emosional, spiritual, maupun finansial. Dan satu hal yang tak boleh dilupakan yaitu komunikasi yang sehat adalah kunci utama.

Namun di tengah dinamika itu, kita masih menjumpai realitas yang timpang. Banyak perempuan masih terjebak dalam posisi menunggu untuk dilamar, menunggu dipilih, menunggu keputusan.

Sementara laki-laki seolah menjadi satu-satunya pihak yang aktif menentukan arah hubungan. Pola ini bukan hanya terjadi karena kebiasaan sosial. Tapi juga terpengaruhi oleh doktrin-doktrin patriarkis yang sudah mengakar.

Warisan Patriarki dalam Pilihan Pasangan

Dalam narasi yang berkembang, laki-laki selalu digambarkan sebagai pemimpin, sementara perempuan makmum yang harus taat kepada pemimpin.

Baca Juga:

Membangun Rumah Tangga yang Berdimensi Akhlak Mulia

Saat Menyelesaikan Masalah dengan Sang Istri, Nabi Muhammad Saw Memilih Negosiasi

Tanggung Jawab Pasangan Suami Istri dalam Menjaga Perkawinan

Pentingnya Komitmen Suami dan Istri dalam Kerja Domestik dan Publik

Pemikiran ini, dalam banyak kasus, membatasi ruang gerak perempuan untuk secara aktif memilih atau menyuarakan keinginannya dalam memilih pasangan.

Bahkan dalam praktik-praktik tertentu, seperti perjodohan atau wali ijbar (wali yang menikahkan perempuan tanpa persetujuannya), hak perempuan untuk menentukan masa depan hidupnya seringkali orang tua rampas.

Padahal, baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak yang sama untuk memilih pasangan hidup. Pernikahan bukan ruang bagi satu orang, tapi tempat bertumbuh bersama dalam kasih, saling menghargai, dan mendukung satu sama lain.

Pesan Memilih Pasangan Menurut Yu Awa

Dalam konteks inilah, pernyataan pengasuh Pondok Pesantren Kebon Jambu, Nyai Awanillah Amva atau yang akrab disapa Yu Awa menjadi sangat relevan.

Dalam banyak kesempatan, ia sering mengatakan, “Jika kamu ingin istri seperti Khadijah, maka Muhammad-kan lah dirimu.” Pernyataan ini bukan sekadar kata-kata, tapi ajakan untuk berkaca dan berbenah diri.

Yu Awa menyoroti fenomena di mana laki-laki kerap mendambakan pasangan ideal, penyayang, berakhlak mulia seperti Khadijah tanpa bercermin pada kualitas hidupnya sendiri.

Padahal, Khadijah mencintai dan memilih Muhammad bukan karena ia laki-laki biasa, melainkan karena akhlaknya yang agung, integritasnya yang kokoh, dan komitmennya terhadap nilai-nilai kebaikan.

Karena itu, jika seseorang menginginkan pasangan dengan kualitas terbaik. Maka ia pun perlu menyiapkan diri dengan kualitas yang sama, atau setidaknya mendekatinya. Sebab pasangan yang baik tidak datang karena kita menuntut, melainkan karena kita pantas.

Hak Perempuan untuk Memilih

Tak hanya itu, Yu Awa juga menegaskan bahwa perempuan berhak memilih pasangan yang ia anggap layak, berakhlak baik, dan memiliki visi hidup yang sejalan.

Perempuan tak boleh hanya pasif menunggu dan menerima siapa pun yang datang. Ia berhak menentukan arah hidupnya, termasuk dalam hal memilih pasangan.

Pernikahan karena paksaan, atau tidak lahir dari pilihan sadar, nyaris mustahil menghadirkan kebahagiaan. Sementara kebahagiaan adalah hak asasi setiap manusia, baik laki-laki maupun perempuan.

Jika kita ingin membangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah, maka pondasinya adalah kesetaraan dan kebebasan dalam memilih.

Pesan Yu Awa menggugah kita untuk lebih jujur pada diri sendiri. Kadang, kita memiliki ekspektasi tinggi terhadap pasangan hidup. Namun lupa untuk mengukur diri, apakah kita sudah layak menjadi pasangan ideal yang ia impikan?

Dalam relasi, kejujuran dan kesadaran akan kualitas diri menjadi bekal penting agar relasi itu tidak timpang dan membebani.

Sudah saatnya kita keluar dari jebakan patriarki yang membuat perempuan hanya menunggu dan laki-laki merasa paling berhak memilih. Dalam cinta, semua pihak punya hak yang sama yaitu untuk memilih dan dipilih, untuk tumbuh dan membahagiakan. []

Tags: DirimuistrikhadijahmuhammadNyai Awanillah Amvapasangansuami
Sukma Aulia Rohman

Sukma Aulia Rohman

Saya adalah Mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Ekoteologi Kemenag

Menakar Ekoteologi Kemenag Sebagai Kritik Antroposentrisme

20 Juni 2025
Kekerasan Seksual

Difabel dan Kekerasan Seksual: Luka yang Sering Tak Dianggap

20 Juni 2025
Revisi Sejarah

Ibnu Khaldun sebagai Kritik atas Revisi Sejarah dan Pengingkaran Perempuan

19 Juni 2025
Greta Thunberg

Nelayan Perempuan Madleen, Greta Thunberg, dan Misi Kemanusiaan Palestina

18 Juni 2025
SIS Malaysia

Berproses Bersama SIS Malaysia

18 Juni 2025
Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

Dari Indonesia-sentris, Tone Positif, hingga Bisentris Histori dalam Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

18 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Film Animasi

    Belajar Nilai Toleransi dari Film Animasi Upin & Ipin

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Refleksi Kisah Yusuf Dalam Rangka Mewujudkan Ketahanan Pangan Melalui Transisi Energi Berkeadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Menolak Kekerasan, Mengajarkan Kasih Sayang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Awanillah Amva: Jika Ingin Istri Seperti Khadijah, Muhammad-kan Dulu Dirimu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membangun Rumah Tangga dengan Relasi yang Adil dan Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Nyai Awanillah Amva: Jika Ingin Istri Seperti Khadijah, Muhammad-kan Dulu Dirimu
  • Islam Menolak Kekerasan, Mengajarkan Kasih Sayang
  • Refleksi Kisah Yusuf Dalam Rangka Mewujudkan Ketahanan Pangan Melalui Transisi Energi Berkeadilan
  • Belajar Nilai Toleransi dari Film Animasi Upin & Ipin
  • Cara Mengatasi Rasa Jenuh dalam Kehidupan Rumah Tangga

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID