Mubadalah.id – Salah satu Ketua Majelis Musyawarah Kongres Ulama Perempuan Indonesia (MM KUPI), Nyai Hj. Badriyah Fayumi, Lc. MA menyambut baik atas inisiatif Mubadalah Postgraduate Forum (MPF). Inilah contoh kerja gerakan KUPI, ada kerja intelektual berbasis kaidah-kaidah keilmuan.
Itulah sebabnya, lanjut kata Nyai Badriyah, selalu menjadikan kampus central penyelenggaraan KUPI.
Lebih lanjut, namun kerja keilmuan ini tidak hanya selesai ditulisan di makalah atau di jurnal. Tapi kerja tulisan intelektual yang kemudian terus didesiminasikan, terus dilanjutkan.
Kemudian masuk pada ruang-ruang khidmah para ulama perempuan di tempatnya masing-masing di kampus maupun di pesantren, di majelis taklim, di media, dan di komunitas.
“Itulah ke khasan KUPI dan itu kami menyakini KUPI selalu mendapat sambutan dengan antusias dalam semua kegiatannya bukan karena siapa-siapa. Tapi karena kita semua butuh perubahan, butuh transformasi sosial yang berkeadilan,” kata Nyai Badriyah, saat memberikan sambutan dalam Mubadalah Postgradute Forum, di Kampus 1 UIN Walisongo Semarang, pada Selasa, 22 November 2022.
“Semua dari kita memiliki potensi dan kemampuan untuk menjadi bagian dari transformasi sosial,” tegasnya.
Nyai Badriyah juga mengungkapkan MPF dengan kajian dari bapak dan ibu yang sangat luar biasa, genuine, banyak yang mengangkat lokalitas, dan banyak juga yang memberikan konteks.
Selain itu, banyak juga yang kajian sosiologis dan teologis ternyata ada di dalam MPF.
“Karena itu saya ingin sampaikan bahwa ini bentuk kongkrit, bentuk contoh miniatur, karena kerja-kerja KUPI banyak modelnya, dan ini adalah model penting dari bagaimanan KUPI berkiprah. Kalau sekarang kita punya tema membangun peradaban yang berkeadilan,” tandasnya.
Kerja Intelektual KUPI
Nya Badriyah juga mengungkapkan, KUPI sebagai gerakan, kerja-kerja intelektualnya sudah jelas.
Terlebih, gerakan kultural KUPI, nantinya kerja-kerja ini, akan kita bawa ke ruang khidmah kita masing-masing, terutama kerja-kerja sosial di mana kita selalu mengandalkan voluntarisme.
Kemudian, lanjut Nyai Badriyah, kami selalu berpikir untuk keadilan pada tingkat masyarakat akar rumput, ruang di mana kita berada.
“Jadi gerakan intelektual, kultural, sosial dan tentu saja sebagai ciri khas dari gerakan ulama KUPI juga berwajah spiritual,” tegasnya.
“Inilah salah satu contohnya, habis diskusi ini, kita semua punya tanggung jawab untuk tindak lanjuti apa yang kita tulis, persentasi, diskusikan, dan kita akan saling belajar di sini. Untuk menjadi bagian dari transformasi sosial menuju peradaban yang berkeadilan,” tambahnya. (Rul)