• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Palestina telah Berhasil Mengubahku

Sudah yakinkah hati kita dalam membela Palestina? Sudahkah kita siap berdiri bersama Palestina melawan penjajahan?

mahdiyaazzahra mahdiyaazzahra
12/09/2024
in Personal
0
Palestina

Palestina

757
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Semenjak genosida di Palestina yang dimulai 7 Oktober 2023 -sebenarnya sejak 1948- saya merenungi apa pun yang terjadi dalam hidup. Tentang sejarah genosida, keberlanjutan hidup, dan berbagai nikmat yang saya rasakan selama ini. Semula saya pikir genosida ini hanya akan terjadi sebentar saja, nyatanya hingga hari ini genosida belum berakhir.

Genosida mengubah cara pandang saya terhadap kehidupan. Juga termasuk bagaimana saya harus bersikap. Palestina mengajarkan saya banyak hal, dan tentu saja, mengubah saya. Berikut adalah perubahan yang terjadi pada diri saya karena Palestina:

  1. Posting untuk Pamer

Tentu saja, pamer itu sah-sah saja. Apalagi jika terkadang kita pamer untuk berbagi kebahagiaan atau untuk mengabarkan kondisi kita yang baik-baik saja. Tapi ternyata hal ini memang menyakitkan bagi sebagian orang. Posting sesuatu yang biasa saja bisa menyakitkan bagi Palestina, karena di sana sedang tidak baik-baik saja. Apalagi posting sesuatu yang menyenangkan.

Saya kemudian berhenti posting makanan, hal sederhana yang saat ini sangat sulit mereka dapatkan di sana. Saya berhenti posting apa pun kegiatan saya, karena saya yakin orang-orang Palestina juga merindukan kegiatan sederhana.

Mungkin ini bertentangan dengan kebanyakan orang. Tentu saja saya tidak melarang orang lain untuk posting. Saya hanya memberlakukan ini untuk diri sendiri. Berusaha sebisa mungkin mengurangi luka-luka bagi mereka. Apalagi akun saya memang diikuti banyak orang Palestina.

Saya jadi berpikir, mungkin apa yang dulu pernah saya posting, bisa jadi melukai sebagian orang. Tentang berbagai hal yang sederhana bagi saya, tapi sulit untuk orang lain jangkau. Meski itu adalah hak setiap orang, tapi terkadang hal-hal sederhana bagi kita adalah hal yang tak mampu orang raih.

Baca Juga:

Tafsir Sakinah

Iran dan Palestina: Membaca Perlawanan di Tengah Dunia yang Terlalu Nyaman Diam

Islam Menolak Kekerasan, Mengajarkan Kasih Sayang

Nelayan Perempuan Madleen, Greta Thunberg, dan Misi Kemanusiaan Palestina

  1. Menghemat Sumber Daya demi Palestina

Meski sudah berkali-kali ingat untuk menghemat sumber daya, namun terkadang saya abai akan hal-hal kecil. Sebagai pelaku zerowaste, menghemat sumber daya adalah salah satu prinsip hidup, namun ternyata saya belum menerapkan sepenuhnya, termasuk menerapkannya pada si kecil.

Saya terkadang masih sering membuang air, membiarkan keran menyala saat saya mencuci piring padahal saya tidak memakainya. Saya menjadi lebih seringa menutup keran, jika tidak dipakai meski sebentar. Mematikan lampu dan mencabut charger saat tidak saya gunakan.

Saya juga mengingatkan si kecil tentang makanan. Beberapa kali dia memaikan makanan yang akhirnya harus dibuang. Kali ini saya tidak bisa tinggal diam. Saya akhirnya mengingatkannya tentang kondisi saudara-saudara di sana. Betapa sulitnya mereka mendapatkan makanan dan bagaimana kita memperlakukan makanan di sini.

Jika dulu kesadaran ini dibangun karena inign melindungi bumi, kini kesadaran ini bertambah karena ada saudara kita yang sedang kesulitan di sana. Setiap ingin menggunakan sumber daya, saya selalu teringat Palestina. Dan ini membuat saya betul-betul berhemat dalam menggunakannya.

  1. Al Qur’an yang Utama bagi Palestina

Beberapa kali yang melihat kegiatan orang-orang Palestina di masa genosida ini. Mereka berkumpul untuk menghafal dan membaca Al Qur’an. Kebanyakan dari mereka juga penghafal Qur’an. Seorang paramedis yang saya kenal mengirimkan videonya ketika sedang melafalkan Al Qur’an di sela-sela pekerjaannya.

Beberapa dari pasien di sana juga membaca Al Qur’an sebagai pengalih rasa sakit atau anestesi alami. Inilah penduduk dunia yang diidamkan surga. Ketika Al Qur’an menjadi sebenar-benarnya penolong dan penghibur bagi mereka. Lalu, apa kabar dengan kita?

  1. Pembeda yang Haq dan Bathil

Tidak bisa dipungkiri, Palestina kini menjadi parameter kehidupan. Siapa yang berdiri bersama Palestina, ia adalah yang berdiri bersama kebenaran (Al Haq). Dan siapa yang berdiri berseberangan dengannya maka ia bersama kebathilan. Di hari-hari ini tidak sulit menentukan benar dan salah. Tidak sulit memilah yang benar dan salah. Tidak perlu menjadi abu-abu.

Cukup membela Palestina saja, kita pasti berada di pihak yang benar. Gelar dan profesi menjadi sia-sia bagi mereka yang berseberangan dengan Palestina. Namun dengan semua yang terjadi, sampai manakah pembelaaan kita terhadap Palestina? Sudah yakinkah hati kita dalam membela Palestina? Sudahkah kita siap berdiri bersama Palestina melawan penjajahan? []

Tags: GenosidaislamIsraelPalestinaPolitik Globalzionis
mahdiyaazzahra

mahdiyaazzahra

Mompreneur. Soap maker. Zerowasterian. Pesantren Digital Rafiqutthullab. Bisa disapa di instagram @mahdiyaazzahro

Terkait Posts

Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID