• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Para Pengidap HIV-AIDS (ODHA) adalah Manusia

Masyarakat dituntut memberikan empati bahwa para pengidap HIV-AIDS (ODHA) adalah manusia dan makhluk Allah yang memiliki hak-hak untuk dikasihi dan diberi perhatian.

Redaksi Redaksi
16/01/2025
in Hikmah, Pernak-pernik
0
HIV-AIDS

HIV-AIDS

568
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Persoalan HIV-AIDS seharusnya dapat kita lihat lebih sebagai persoalan penyakit, sikap mental atau pandangan, dan sistem sosial. Penyakit ini bukan semata-mata persoalan tubuh orang. Maka, yang menjadi prioritas penyelesaian adalah mengobati penyakitnya, bukan menyalahkan pengidapnya.

Hal lain yang harus kita lakukan adalah menghindari hal-hal atau perbuatan-perbuatan yang dapat menimbulkan penyakit itu sejauh mungkin dan menghindari penyebabnya, bukan menghindari orangnya.

Dalam pandangan agama orang yang sedang sakit haruslah kita tolong, kasih-sayangi, dan doakan agar segera sembuh. Maka berdasarkan ajaran ini, ODHA adalah bagian dari manusia-manusia yang seharusnya kita tolong dan doakan, bukan mengutuk atau mengasingkannya.

Sebagaimana dari para ahli kesehatan, walaupun HIV-AIDS merupakan penyakit yang bisa menular. Akan tetapi penularan HIV-AIDS tidak terjadi melalui udara, berjabatan tangan, berciuman, makan bersama, atau saling berbicara.

Dengan begitu keberadaan ODHA tidak sepatutnya dijauhkan atau dikucilkan dari kehidupan masyarakat. Bahkan mereka seharusnya dimotivasi, diberikan dorongan dan semangat untuk sabar dan tabah menjalani kehidupan sambil terus berikhtiar dan berdoa agar diberikan kesembuhan.

Allah adalah Maha Kuasa, Tuhan dapat saja menentukan lain dari apa yang manusia prediksi dan yakini. Bagi penderita, karena kemaksiatannya kepada Allah harus segera bertobat dan memohon ampunan-Nya.

Baca Juga:

Refleksi Surah Al-Ankabut Ayat 60: Menepis Kekhawatiran Rezeki

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Mengapa Waktu Berlalu Cepat dan Bagaimana Mengendalikannya?

Hal-hal yang Tak Kita Hargai, Sampai Hidup Mengajarkan dengan Cara yang Menyakitkan

Tidak Memberi Stigma Negatif

Dari sini, menurut saya (penulis) masyarakat perlu kita gugah kepeduliannya agar tidak memberi stigma negatif. Atau bahkan bersikap diskriminatif terhadap para pengidap HIV-AIDS.

Sebaliknya, masyarakat dituntut memberikan empati bahwa para pengidap HIV-AIDS (ODHA) adalah manusia dan makhluk Allah yang memiliki hak-hak untuk dikasihi dan diberi perhatian.

ODHA sebagaimana juga manusia lain memiliki hak-hak kemanusiaan: hak hidup, hak kita hargai, hak bekerja, hak atas jaminan kesehatan. Serta hak untuk dinyatakan ada sebagai manusia (pengakuan eksistensi).

Oleh karena itu, tidak seharusnya dikucilkan, disakiti, atau direndahkan. Bahkan semakin mereka dikucilkan, distigmatisasi, dan didiskriminasi, malah justru akan semakin sulit dalam melakukan upaya-upaya penanggulangan masalah HIV-AIDS ini.

Hal yang lebih parah dari itu dan semakin membahayakan lagi adalah kemungkinan mereka menyebarkannya kepada orang lain dengan cara diam-diam atau dengan cara yang tidak diketahui atau disadari.[]

Tags: HIV-AIDSmanusiaparaPengidap
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Kursi Lipat

Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas

8 Juni 2025
Anda Korban KDRT

7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT

7 Juni 2025
KDRT

3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

7 Juni 2025
Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

Islam Berikan Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

6 Juni 2025
Wuquf Arafah

Makna Wuquf di Arafah

5 Juni 2025
Kritik Asma Barlas

Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

5 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jam Masuk Sekolah

    Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Siti Hajar dan Kritik atas Sejarah yang Meminggirkan Perempuan
  • Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas
  • Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah
  • 7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT
  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID