Mubadalah.id – Rozana Isa, Executive Director Sister in Islam-Malaysia, me-repost flyer ucapan selamat bagi dua tokoh Ulama Perempuan Indonesia yang menjadi bagian dari amirul hajj tahun 2023. Melalui akun facebooknya dia menuliskan caption yang sangat apresiatif:
“Indonesia, You are amazing in the way you recognize the public role of women in religious matters.”
Ini adalah apresiasi yang datang dari Negeri tetangga tentang bagaimana Indonesia memberikan pengakuan terhadap peran publik perempuan pada urusan agama. Kehadiran perempuan dalam tim Amirul Hajj tahun 2023 adalah sejarah baru sepanjang penyelenggaraan ibadah haji Indonesia.
Ruang yang biasanya terisi oleh laki-laki, kini tokoh-tokoh perempuan seperti Ning Alissa Wahid (BKM), Nyai Badriyah Fayumi (KUPI), dan Ibu Indah Nataprawira (PB PII) bisa bergabung bersama 10 tim Amirul Hajj laki-laki. Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas memimpin langsung tim ini. Yakni dengan anggota 6 dari unsur Pemerintah, dan 6 sisanya merupakan perwakilan dari ormas Islam.
Memastikan Pelayanan bagi Para Jamaah Haji
Tugas dari delegasi Amirul Hajj ini nantinya adalah untuk memastikan para jamaah haji melakukan ibadah haji sesuai syariat Islam dengan lancar. Mereka akan melakukan kordinasi dan konsolidasi untuk memastikan pelayanan haji yang optimal. Mulai dari urusan transportasi, akomodasi, catering, dan hal-hal teknis peribadatan lainnya.
Mereka juga secara melekat bertindak untuk melakukan pengawasan dan mengevaluasi kondisi lapangan pelaksanaan ibadah haji, baik pada jamaah maupun pembimbing haji. Maka, kehadiran perempuan dalam tim delegasi Amirul hajj menjadi sangat penting. Yakni untuk dapat menghadirkan pemenuhan kebutuhan dan mempertimbangkan pengalaman khas perempuan.
Kebijakan pelibatan perempuan dalam tim Amirul hajj mungkin saja mengejutkan banyak kalangan, tapi umumnya memberikan apresiasi terhadap kebijakan yang sangat responsif. Ketua Komnas Haji dan Umrah, Mustolih Sirojd, misalnya mengatakan, “Ini keputusan bersejarah, baru kali ini ada perhelatan ibadah haji melibatkan tokoh-tokoh perempuan secara langsung sebagai Tim Amirul hajj. Sebelumnya belum pernah dilakukan.”
Respon senada juga muncul di beberapa media online nasional. Dalam headline beritanya, Media Indonesia menulis “Catat Sejarah, Amirul Hajj 2023 Libatkan Perempuan”. Media Merdeka.com juga menulis tajuk “Ada Putri Gusdur, Menag Yaqut Libatkan Perempuan di Tim Amirul Hajj 2023”. Diksi dalam kalimat headlinenya merefleksikan pesan adanya hal baru yang mengejutkan.
Gus Yaqut: “Ini Momentum Menjadikan para Ibu Menjadi Amirul Hajj”
Selain keterwakilan perempuan pada Tim Amirul Hajj, pada penyelenggaran haji tahun 2023, Kementerian Agama juga berkomitmen pada dua hal penting terkait layanan petugas. Menambah lebih banyak jumlah petugas haji perempuan dan menyiapkan ratusan petugas haji khusus untuk melayani jamaah haji lansia,. Baik sebagai petugas haji kloter maupun non-kloter.
Bahkan, pendamping lansia ini sampai berada dalam kamar, atau di luar kamar di area hotel. Yakni untuk memastikan pendampingan diberikan secara maksimal dan sesuai kebutuhan. Kebijakan ini adalah komitmen Kementerian Agama untuk memberikan pelayanan haji yang ramah lansia.
Pelibatan perempuan dalam penyelenggaraan haji di Indonesia pada posisi tenaga kesehatan, dokter dan perawat memang sudah dilakukan sejak lama dengan jumlah yang relatif terbatas. Untuk petugas kloter, tidak banyak perempuan yang menjadi pembimbing Ibadah atau ketua Kloter. Apalagi untuk petugas non kloter yang bekerja di daerah kerja (daker) Mekkah dan Madinah.
Hal ini dilatarbelakangi oleh asumsi bahwa penyelenggaraan layanan haji adalah tugas berat. Membutuhkan kekuatan dan ketahanan fisik dan waktu lama. Maka petugas haji lebih mereka prioritaskan pada laki-laki yang secara umum, fisiknya lebih kuat. Sehingga mereka lebih mudah untuk meninggalkan rumah dalam waktu yang lama. Namun komitmen Kementerian Agama, sejak tahun 2022 terus berupaya meningkatkan jumlah petugas haji perempuan. Mulai dari petugas kloter, non kloter bahkan sampai tim Amirul Hajj.
Gus Yaqut pun meminta agar keterwakilan kaum Ibu menjadi Amirul Hajj, menjadi tradisi dalam penyelenggaraan Ibadah Haji. Harapan Gus Yaqut ini sudah menjadi yang seharusnya, ketika melihat data dari tahun ke tahun jumlah jamaah haji perempuan terus meningkat. Perempuan lebih banyak dari jamaah haji laki-laki.
Para Perempuan yang Berjasa dalam Penyelenggaraan Haji
Apa yang Kementerian Agama lakukan dengan memberikan ruang partisipasi perempuan dalam penyelenggaraan haji adalah upaya melanjutkan keteladanan dari para perempuan dalam sejarah. Di mana mereka berkontribusi terhadap kelancaran pelaksanaan ibadah haji. Ada dua perempuan yang tercatat sejarah karena jasanya dalam urusan Haji. Zubaidah binti Ja’far dan Nawab Sikandar Begum.
Zubaidah binti Ja’far, Istri Khalifah Harun ar-Rasyid tercatat dalam buku Buya Husein Muhammad sebagai ulama perempuan yang memiliki kecintaan pada pengetahuan dan kepedulian sosial yang tinggi. Kecintaannya pada pengetahuan ia presentasikan melalui ruang-ruang diskusi di Istana bersama para ‘alim, filsuf dan sastrawan.
Dalam konteks haji, Zubaidah punya jasa monumental membangun kanal air sepanjang 10 km dari Mekkah – Hunain yang diperuntukkan bagi jamaah haji.
Gagasan itu muncul saat dia berhaji bersama ratusan orang yang ia berangkatkan haji, dan mengalami kesulitan untuk mendapatkan air. Seketika Zubaidah memanggil bendahara istana untuk menyediakan insinyur dan arsitek bangunan untuk membuat saluran air. Kemudian ia beri nama “Ain Zubaidah”.
Nawab Sikandar Begum adalah penguasa perempuan dari Bophal India. Dia adalah seorang Ratu kedua dari empat penguasa perempuan yang bertahta sepanjang lebih dari satu abad di Negeri Bophal, daratan tengah India.
Salah satu ciri yang mencolok dari sejarah Bhopal adalah kenyataan bahwa selama lebih dari satu abad, (1819 – 1926), ada empat perempuan yang bertahta menjadi pemimpin. Kemudian terkenal sebagai “Begums of Bhopal”: Qudsia Begum, Sikandar Begum, Shah Jahan Begum dan Sultan Jahan Begum.
Jejak Kebaikan Perempuan dalam Penyelenggaraan Haji
Memimpin selama 21 tahun, Sikandar Begum berhasil menghantarkan Bophal pada zaman keemasannya. Dia adalah seorang administrator yang berorientasi pada reformasi. Jasanya sangat besar untuk mendukung pendidikan anak perempuan melalui Sekolah Victoria di pusat Bhopal. Yakni untuk memberikan keterampilan akademik dasar dan pelatihan teknis bagi gadis-gadis miskin Hindu dan Muslim dalam berbagai perdagangan.
Sikandar Begum memiliki catatan penting tentang perjalanan hajinya Tārīkh-i safar-i Makkah di tahun 1836, bersama ribuan orang dari Bophal termasuk Ibunya, Qudsia Begum. Bukan perjalanan mudah bagi Sikandar Begum sebagai penguasa, meninggalkan India untuk melaksanakan Haji.
Dia menjadi penguasa non-Arab pertama yang berhasil memiliki lahan di Mekkah dan Madinah yang ia gunakan untuk membangun penginapan bagi jamaah haji asal negaranya. Jejak Sikandar Begum masih digunakan, hingga hari ini.
Ibu Nyai Badriyah Fayumi, Ning Alissa Wahid, Ibu Indah Nataprawira, Ibu Anna Hasbie, dan banyak pahlawan perempuan lain yang terlibat pada penyelenggaraan Haji tahun 2023, telah melanjutkan jejak kebaikan perempuan dalam penyelenggaraan haji.
Kehadiran mereka tentunya untuk mengarusutamakan pemenuhan kebutuhan khas perempuan dalam berhaji. Hajjan Mabruran wa sa’yan masykuron untuk para tamu agung Haramain. Ibadah haji yang semakin ramah perempuan dan lansia. []