Kamis, 1 Januari 2026
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Laras Faizati

    Kritik Laras Faizati Menjadi Suara Etika Kepedulian Perempuan

    Natal

    Makna Natal Perspektif Mubadalah: Feminis Maria Serta Makna Reproduksi dan Ketubuhan

    Kekerasan di Kampus

    IMM Ciputat Dorong Peran Mahasiswa Perkuat Sistem Pelaporan Kekerasan di Kampus

    Kekerasan di Kampus

    Peringati Hari Ibu: PSIPP ITB Ahmad Dahlan dan Gen Z Perkuat Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender di Kampus

    KUPI yang

    KUPI Jadi Ruang Konsolidasi Para Ulama Perempuan

    gerakan peradaban

    Peran Ulama Perempuan KUPI dalam Membangun Gerakan Peradaban

    Kemiskinan Perempuan

    KUPI Dorong Peran Ulama Perempuan Merespons Kemiskinan Struktural dan Krisis Lingkungan

    Kekerasan Seksual

    Forum Halaqah Kubra KUPI Bahas Kekerasan Seksual, KDRT, dan KBGO terhadap Perempuan

    Gender KUPI

    Julia Suryakusuma Apresiasi Peran KUPI dalam Mendorong Islam Berkeadilan Gender

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Banyak Ulama Perempuan

    Ulama Perempuan Banyak Jalankan Fungsi Keulamaan, Namun Minim Pengakuan

    Bencana

    Bencana dan Refleksi 2025: Bagaimana Pemenuhan Akses Informasi Kebencanaan bagi Penyandang Disabilitas?

    ulama perempuan di Indonesia

    Eksistensi Ulama Perempuan di Indonesia Kian Menguat Meski Masih Terpinggirkan

    Akhir Tahun

    Renungan Akhir Tahun: Anak Muda dan Ilusi Kebebasan

    Kekuatan Khas Ulama Perempuan

    Ulama Perempuan Miliki Kekuatan Khas dalam Kepemimpinan Keagamaan

    Pancasila di Kota Salatiga

    Melihat Pancasila di Kota Salatiga

    Ulama Perempuan di Keluarga

    Ulama Perempuan Miliki Peran Kunci di Keluarga dan Ruang Publik

    Toleransi

    Toleransi dan Pluralisme: Mengapa Keduanya Tidak Sama?

    Peran Ulama Perempuan

    Ulama Perempuan Punya Peran Strategis Menyebarkan Islam Moderat

    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Penciptaan Manusia

    Logika Penciptaan Manusia dari Tanah: Bumi adalah Saudara “Kita” yang Seharusnya Dijaga dan Dirawat

    Mimi Monalisa

    Aku, Mama, dan Mimi Monalisa

    Romantika Asmara

    Romantika Asmara dalam Al-Qur’an: Jalan Hidup dan Menjaga Fitrah

    Binatang

    Animal Stories From The Qur’an: Menyelami Bagaimana Al-Qur’an Merayakan Biodiversitas Binatang

    Ujung Sajadah

    Tangis di Ujung Sajadah

    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
  • Tokoh
    • All
    • Profil
    Kebudayaan

    Pidato Kebudayaan dalam Ulang Tahun Fahmina Institute Ke 25

    Fazlur Rahman

    Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an

    Idulfitri

    Khutbah Idulfitri: Mulai Kehidupan Baru di Bulan Syawal

    Sa'adah

    Sa’adah: Sosok Pendamping Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak  

    Tahun Baru 2025

    Do’a Tahun Baru 2025

    Umi Nyai Sintho' Nabilah Asrori

    Umi Nyai Sintho’ Nabilah Asrori : Ulama Perempuan yang Mengajar Santri Sepuh

    Rabi'ah Al-'Adawiyah

    Sufi Perempuan: Rabi’ah Al-‘Adawiyah

    Ning Imaz

    Ning Imaz Fatimatuz Zahra: Ulama Perempuan Muda Berdakwah Melalui Medsos

    Siti Hanifah Soehaimi

    Siti Hanifah Soehaimi: Penyelamat Foto Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato yang Sempat Hilang

  • Monumen
  • Zawiyah
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Laras Faizati

    Kritik Laras Faizati Menjadi Suara Etika Kepedulian Perempuan

    Natal

    Makna Natal Perspektif Mubadalah: Feminis Maria Serta Makna Reproduksi dan Ketubuhan

    Kekerasan di Kampus

    IMM Ciputat Dorong Peran Mahasiswa Perkuat Sistem Pelaporan Kekerasan di Kampus

    Kekerasan di Kampus

    Peringati Hari Ibu: PSIPP ITB Ahmad Dahlan dan Gen Z Perkuat Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender di Kampus

    KUPI yang

    KUPI Jadi Ruang Konsolidasi Para Ulama Perempuan

    gerakan peradaban

    Peran Ulama Perempuan KUPI dalam Membangun Gerakan Peradaban

    Kemiskinan Perempuan

    KUPI Dorong Peran Ulama Perempuan Merespons Kemiskinan Struktural dan Krisis Lingkungan

    Kekerasan Seksual

    Forum Halaqah Kubra KUPI Bahas Kekerasan Seksual, KDRT, dan KBGO terhadap Perempuan

    Gender KUPI

    Julia Suryakusuma Apresiasi Peran KUPI dalam Mendorong Islam Berkeadilan Gender

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Banyak Ulama Perempuan

    Ulama Perempuan Banyak Jalankan Fungsi Keulamaan, Namun Minim Pengakuan

    Bencana

    Bencana dan Refleksi 2025: Bagaimana Pemenuhan Akses Informasi Kebencanaan bagi Penyandang Disabilitas?

    ulama perempuan di Indonesia

    Eksistensi Ulama Perempuan di Indonesia Kian Menguat Meski Masih Terpinggirkan

    Akhir Tahun

    Renungan Akhir Tahun: Anak Muda dan Ilusi Kebebasan

    Kekuatan Khas Ulama Perempuan

    Ulama Perempuan Miliki Kekuatan Khas dalam Kepemimpinan Keagamaan

    Pancasila di Kota Salatiga

    Melihat Pancasila di Kota Salatiga

    Ulama Perempuan di Keluarga

    Ulama Perempuan Miliki Peran Kunci di Keluarga dan Ruang Publik

    Toleransi

    Toleransi dan Pluralisme: Mengapa Keduanya Tidak Sama?

    Peran Ulama Perempuan

    Ulama Perempuan Punya Peran Strategis Menyebarkan Islam Moderat

    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Penciptaan Manusia

    Logika Penciptaan Manusia dari Tanah: Bumi adalah Saudara “Kita” yang Seharusnya Dijaga dan Dirawat

    Mimi Monalisa

    Aku, Mama, dan Mimi Monalisa

    Romantika Asmara

    Romantika Asmara dalam Al-Qur’an: Jalan Hidup dan Menjaga Fitrah

    Binatang

    Animal Stories From The Qur’an: Menyelami Bagaimana Al-Qur’an Merayakan Biodiversitas Binatang

    Ujung Sajadah

    Tangis di Ujung Sajadah

    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
  • Tokoh
    • All
    • Profil
    Kebudayaan

    Pidato Kebudayaan dalam Ulang Tahun Fahmina Institute Ke 25

    Fazlur Rahman

    Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an

    Idulfitri

    Khutbah Idulfitri: Mulai Kehidupan Baru di Bulan Syawal

    Sa'adah

    Sa’adah: Sosok Pendamping Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak  

    Tahun Baru 2025

    Do’a Tahun Baru 2025

    Umi Nyai Sintho' Nabilah Asrori

    Umi Nyai Sintho’ Nabilah Asrori : Ulama Perempuan yang Mengajar Santri Sepuh

    Rabi'ah Al-'Adawiyah

    Sufi Perempuan: Rabi’ah Al-‘Adawiyah

    Ning Imaz

    Ning Imaz Fatimatuz Zahra: Ulama Perempuan Muda Berdakwah Melalui Medsos

    Siti Hanifah Soehaimi

    Siti Hanifah Soehaimi: Penyelamat Foto Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato yang Sempat Hilang

  • Monumen
  • Zawiyah
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Patah Hati? Begini 7 Cara Stoikisme dalam Menyikapinya, Yuk Simak!

Patah hati hanyalah sedikit dari permasalahan kehidupan yang kompleks ini. Al-Quran sendiri telah menjelaskan bahwa mungkin ada beberapa hal yang menurutmu baik, namun tidak menurut Allah

Muhammad Nasruddin Muhammad Nasruddin
16 Maret 2023
in Personal
0
Patah Hati

Patah Hati

1.6k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Patah hati bagi sebagian orang mungkin menjadi hal yang sangat ditakuti. Dan bagi sebagian yang lain mungkin telah menjadi kewajaran sehingga tidak perlu dicemasi. Patah hati tidak bisa terlepas dari kehidupan percintaan, khususnya para remaja yang mulai menginjak usia dewasa.

Bagi sebagian orang mungkin begitu mudah untuk menaruh cinta. Karena pada dasarnya cinta adalah anugerah yang kita tidak bisa menolaknya. Namun kita juga tidak memaksa orang lain untuk menaruh rasa yang sama karena itu di luar kendali kita.

Patah hati sendiri biasanya terjadi karena urusan cinta yang tertolak maupun putusnya sebuah hubungan. Dan semua itu terjadi di luar keinginan.

Mungkin poin kedua yang saya sebutkan tadi memiliki dampak yang cukup signifikan daripada poin pertama. Patah hati bisa mengguncang sisi emosional, psikologi, dan kesehatan. Rasa kekecewaan yang mendalam, kesedihan, kekhawatiran, maupun kebencian dalam tahap akut dapat menggiring seseorang melakukan suatu hal yang tidak ia inginkan, bahkan ada keinginan bunuh diri.

Apakah Salingers pernah mengalami patah hati? Lantas bagaimana cara menyikapinya?

Ngaji Filsafat oleh Dr.Fahrudin Faiz edisi 385 kemarin membincang tentang patah hati perspektif stoikisme. Dari sini ia memaparkan bagaimana tokoh-tokoh stoic (sebutan bagi penganut stoikisme) memiliki ketangguhan hati dan jiwa dalam menghadapi permasalahan hidup, termasuk patah hati.

Apa itu Stoikisme?

Secara historis, stoikisme adalah aliran filsafat Yunani Kuno yang dikenal sejak awal abad ke-3 SM. Aliran ini didirikan oleh seorang filsuf Yunani, Zeno dari Kota Citium.

Menurut kamus Stanford Encyclopedia of Philosphy, “Stoic” berasal dari kata teras. Hal ini karena pada mulanya stoikisme diajarkan kepada para pengikutnya di tangga Agora di Athena. Orang Yunani dahulu sering memberikan nama pada sekolah filsafat berdasarkan dari tempat di mana ajaran tersebut disampaikan.

Dari sini kemudian muncul buku best seller “Filosofi Teras” karya anak bangsa, Henry Manampiring yang mungkin kamu sudah membacanya.

Pada umumnya stoikisme merupakan aliran filsafat yang mengajarkan supaya manusia mampu mengontrol emosinya dan bersyukur atas segala ketetapan yang telah terjadi.

Melalui stoikisme kita diajarkan untuk menerima kenyataan hidup dengan lebih rasional. Dengan demikian, sebagaimana tujuan utama dari aliran ini, yakni penguasaan diri, jiwa kita akan lebih tenang, memiliki ketahanan mental, dan emosi yang seimbang.

Dalam aliran ini juga mengajarkan tentang dikotomi kendali, yakni mana bagian hidup yang dapat kita kendalikan dan mana yang tidak dapat kita kendalikan. Orang-orang stoic diajarkan untuk fokus pada hal-hal yang dapat dikendalikan. Hal itu karena semakin kita berusaha mengendalikan apa yang berada di luar kendali, hanya rasa frustasi, kecewa, bahkan patah hati yang akan kita terima.

Stoikisme = Toxic Positivity?

Jika stoic berbicara tentang kemampuan merespons keadaan dengan rasional apakah tidak berbeda dengan toxic positivity? Mungkin itu pertanyaan yang ingin kamu tanyakan.

Yang perlu kita pahami bahwa toxic positivity merupakan sikap yang selalu menuntut diri sendiri ataupun orang lain untuk mempunyai pikiran dan emosi positif meski sedang berada dalam situasi yang buruk.

Berpikir positif yang berlebihan dengan mengesampingkan emosi negatif dapat mengakibatkan seseorang sukar untuk meluapkan emosi yang sebenarnya terjadi. Emosi yang sudah menumpuk dan tidak bisa kita luapkan ini lebih jauh dapat mengakibatkan gangguan mental seperti post traumatic disorder (PSTD), anxiety, dan sebagainya.

Tentu ini berbeda dengan stoikisme. Orang-orang stoic akan menerima kenyataan yang sebenarnya dengan penuh kesadaran. Bukan berpura-pura tidak merasa. Misalnya ketika patah hati kita tentu merasa jengkel, sakit, dan kecewa. Kita harus mengakui bahwa hal tersebut benar adanya, namun selanjutnya kita harus dapat mengendalikan rasa tersebut.

Ada beberapa tahapan bagi orang stoic dalam menerima kenyataan. Pertama, paham dan sadar; kedua, menerima rasa dan pengalaman; ketiga, mengendalikan diri; keempat, memberi yang terbaik, dan kelima adalah belajar untuk lebih baik.

Menyikapi Patah Hati dengan Stoikisme

Bagi kamu yang pernah mengalami patah hati, sedih boleh, namun jangan sampai berlarut-larut. Berikut ada 7 tips menyikapi patah hati ala stoikisme, yuk simak!

Menyadari Kenyataan Hidup

Sadar atau tidak, segala sesuatu terjadi dengan pola tersendiri. Misalnya setiap pertemuan tentu akan ada perpisahan, setiap suka tentu ada duka, setiap kesulitan tentu bersama dengan kemudahan, dan masih banyak lagi.

Seperti kata Marcus Aurelius bahwa hidup akan terus berubah dan perubahan akan terus-menerus mengubah dunia, seperti perkembangan waktu yang tak henti-hentinya mengubah keabadian. Dari perubahan tersebut bakal ada yang hilang, dan ada pula yang hadir. Kita harus menyadari dan menerimanya. Misalnya kita memiliki seorang kekasih. Kita harus sadar bahwa pada saatnya kita akan berpisah, dan itu adalah sunatullah yang tidak bisa dihindari.

Cintamu Bukan Milikmu

Sebagaimana kehidupan, segalanya hanyalah titipan. Cinta memang sebuah anugerah yang Allah berikan kepada makhluk-Nya. Namun cinta juga termasuk titipan. Suatu saat dapat diambil oleh pemiliknya jika waktunya sudah habis. Dan kita harus menyadari dan menerimanya.

Ada yang di Luar Kuasamu

Epictetus pernah berkata, “Kebahagiaan dan kebebasan dimulai dengan pemahaman yang jelas tentang satu prinsip. Beberapa hal berada dalam kendali kita dan beberapa tidak. Hanya setelah kita pahami aturan mendasar ini dan belajar membedakan antara apa yang kita bisa dan tidak bisa kita kendalikan, ketenangan batin dan keefektifan menjadi mungkin”.

Salah satu prinsip dalam stoikisme adalah adanya pemahaman terhadap dikotomi kendali. Ada beberapa hal yang berada dalam kendali dan beberapa hal di luar kendali. Kebahagiaan yang selalu kita dambakan dapat diperoleh dari penguasaan terhadap apa yang dapat kita kendalikan. Sedangkan rasa cinta orang lain terhadap diri kita itu berada di luar kendali yang tidak mungkin kita paksakan. Oleh karena itu fokuslah pada apa yang dapat kamu kendalikan.

Epictetus juga mengajarkan bahwa jangan mengharapkan segalanya terjadi sesuai yang kita inginkan. Namun terimalah segalanya yang terjadi maka hidup ini akan tenang.

Kendalikan Pikiranmu

Jika kamu mengalami patah hati, kendalikan pikiranmu. Sadarlah bahwa hal tersebut adalah sebagian kecil dari permasalahan hidup. Terkadang kita menghadapi hal seperti itu seolah-olah merasa bahwa hidup kita sudah selesai.

Padahal di luar sana pada dasarnya masih banyak yang menaruh cintanya padamu. Meminjam kata Pak Faiz – masih banyak episode kehidupan selanjutnya yang belum kita rasakan. Kita memiliki potensi yang banyak, maka jangan kamu benamkan hanya karena satu permasalahan saja.

Seperti kata Marcus Aurelius, “Kebahagiaan hidupmu bergantung pada kualitas pikiranmu. Oleh karena itu jagalah sebagaimana mestinya dan berhati-hatilah agar engkau tidak memiliki pikiran yang tidak sesuai dengan kebajikan dan kewajaran.”

Pikiran kita memengaruhi kualitas hidup. Ketika kita mengalami patah hati, sesekali boleh bersedih, namun jangan larut dan berlebihan. Kita harus sadar masih ada episode-episode lain yang belum kita rasakan. Jadikan pengalaman masa lalu sebagai ajang pembelajaran untuk memperbaiki kualitas hidup berikutnya.

Kendalikan Dirimu

“Apapun yang aku lakukan atau orang lain katakan, aku harus tetap menjadi zamrud dan mempertahankan warnaku”

Ucapan maupun sikap yang dapat membuatmu patah hati jangan sampai mengubah kepribadianmu. Tetaplah menjadi diri sendiri. Meminjam istilah Marcus Aurelius, tetaplah menjadi zamrud, atau batu permata yang tetap berharga bagi orang yang mengenalinya. Oleh karenanya, kendalikan dirimu sendiri dari patah hati. Karena kamu begitu berharga, sayang jika terjebak dalam patah hati yang tidak ada gunanya.

Jangan Memperparah Keadaan

Marcus berkata: “Betapa jauh lebih berbahaya konsekuensi dari kemarahan dan kesedihan daripada keadaan yang membangkitkannya dalam diri kita!”

Ketika kamu patah hati, kendalikan dirimu, jangan sampai lepas kontrol. Tidak baik hanya karena patah hati lantas kamu mendiamkan semua orang, menyendiri terlalu lama, atau merusak suatu barang.

Karena jika demikian, efeknya jauh lebih besar, sedangkan kita baru menyadarinya saat rasa patah hati itu mulai reda. Mungkin rasa patah hati sekilas dapat terlampiaskan, namun bukankah penyesalan akan selalu hadir di akhir keputusan yang salah?

Jangan Malu Meminta Bantuan

Patah hati bukanlah suatu aib. Semua orang tentu pernah merasakannya. Oleh karena itu bersikap terbukalah dengan bercerita kepada orang lain. Siapa tahu dengan itu, meskipun kamu tidak mendapat nasihat yang memuaskan, kamu bisa merasa lega. Seorang prajurit yang terluka pun tidak akan mampu memanjat tembok penghalang tanpa adanya bantuan orang lain.

Pelajaran Apa yang Bisa Diambil

Patah hati hanyalah sedikit dari permasalahan kehidupan yang kompleks ini. Al-Quran sendiri telah menjelaskan bahwa mungkin ada beberapa hal yang menurutmu baik, namun tidak menurut Allah. Begitu pula sebaliknya, ada beberapa hal yang mungkin kamu benci. Namun justru di dalamnya memberi pelajaran yang begitu berharga.

“Jika ada sesuatu yang menghalangimu untuk mencapai tujuan tepat waktu, itu adalah kesempatan untuk melatih kesabaran.

Jika ada seseorang menyakitimu, itu adalah kesempatan untuk berlatih memaafkan.

Jika ada sesuatu yang sulit merintangimu, itu adalah kesempatan untuk menjadi lebih kuat.”

-Marcus Aurelius-

Dan semua itu supaya kamu menjadi manusia yang lebih tangguh, lebih sadar dan lebih berkualitas. []

 

 

 

 

 

Tags: CintafilsafatMarcus Aureliuspatah hatistoicstoikisme
Muhammad Nasruddin

Muhammad Nasruddin

Alumni Akademi Mubadalah Muda '23. Dapat disapa melalui akun Instagram @muhnasruddin_

Terkait Posts

Romantika Asmara
Hikmah

Romantika Asmara dalam Al-Qur’an: Jalan Hidup dan Menjaga Fitrah

29 November 2025
Intimate Wedding
Keluarga

Francis Fukuyama: Intimate Wedding sebagai Gejala Runtuhnya Kolektivitas Tradisional

20 November 2025
Gus Dur yang
Publik

Di Balik Cinta dan Kebencian kepada Gus Dur

15 November 2025
Hari Pahlawan
Personal

Refleksi Hari Pahlawan: The Real Three Heroes, Tiga Rahim Penyangga Dunia

10 November 2025
Tidak Menikah
Personal

Tidak Menikah, Gak Apa-apa, Kan?

10 Oktober 2025
Kekerasan Pada Perempuan
Publik

Menilik Kasus Kekerasan pada Perempuan: Cinta Harusnya Merangkul Bukan Membunuh!

26 September 2025

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pancasila di Kota Salatiga

    Melihat Pancasila di Kota Salatiga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulama Perempuan Miliki Kekuatan Khas dalam Kepemimpinan Keagamaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Renungan Akhir Tahun: Anak Muda dan Ilusi Kebebasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Toleransi dan Pluralisme: Mengapa Keduanya Tidak Sama?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulama Perempuan Miliki Peran Kunci di Keluarga dan Ruang Publik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ulama Perempuan Banyak Jalankan Fungsi Keulamaan, Namun Minim Pengakuan
  • Bencana dan Refleksi 2025: Bagaimana Pemenuhan Akses Informasi Kebencanaan bagi Penyandang Disabilitas?
  • Eksistensi Ulama Perempuan di Indonesia Kian Menguat Meski Masih Terpinggirkan
  • Renungan Akhir Tahun: Anak Muda dan Ilusi Kebebasan
  • Ulama Perempuan Miliki Kekuatan Khas dalam Kepemimpinan Keagamaan

Komentar Terbaru

  • dul pada Mitokondria: Kerja Sunyi Perempuan yang Menghidupkan
  • Refleksi Hari Pahlawan: Tiga Rahim Penyangga Dunia pada Menolak Gelar Pahlawan: Catatan Hijroatul Maghfiroh atas Dosa Ekologis Soeharto
  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Account
  • Home
  • Khazanah
  • Kirim Tulisan
  • Kolom Buya Husein
  • Kontributor
  • Monumen
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Rujukan
  • Tentang Mubadalah
  • Zawiyah
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID