Mubadalah.id – Di dalam ajaran Islam, berbakti atau berbuat baik (al-birr) itu bersifat universal atau berlaku bagi semua orang kepada semua orang. Berbuat baik kepada kedua orangtua disebut birr al-walidain tidak berarti menafikan pentingnya berbuat baik kepada anak-anak (birr al-aulad).
Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulim al-Din mengisahkan seorang laki-laki yang datang bertanya kepada Rasulullah Saw.
“Kepada siapa aku harus berbakti?” tanya laki-laki tersebut.
“Kepada kedua orangtuamu,” jawab Nabi Muhammad Saw.
“Aku sudah tidak punya kedua orangtua,” kata laki-laki tersebut.
“Kalau begitu, berbaktilah kepada anak-anakmu. Sebagaimana kedua orangtuamu memiliki hak atasmu, begitu pun anak-anakmu,” jawab Nabi Saw.
“Semoga Allah Swt merahmati orang yang menolong anaknya bisa berbakti kepadanya,” tambah Nabi Muhammad Saw.
Menolong di sini, kata Imam al-Ghazali, adalah mendidik sang anak dengan teladan baik, sehingga dia tidak durhaka, tetapi berbuat baik dan berbakti kepada kedua orangtuanya.
Dari Ibn Umar, berkata: Rasulullah Saw. bersabda: “Berbaktilah kepada orangtua kalian agar anak-anak kalian juga berbakti kepada kalian. Jagalah kesucian diri kalian sebagaimana para perempuan juga menjaga kesucian diri mereka.” (al-Mu’jam al-Ausath li al-Thabarini, no. 1002).
Kewajiban birr al-walidain dalam Islam juga berbarengan dengan kewajiban birr al-aulad. Kata al-birr di sini adalah segala jenis perilaku baik, perkataan maupun perbuatan, dengan mengacu pada kepentingan yang terbaik bagi kedua orangtua dan anak-anak.
Dalam Islam, mereka yang selalu berpikir, berkata, dan berperilaku baik kepada orangtua dan anak-anak disebut sebagai orang-orang yang abrar (berasal dari kata al-birr).
Semoga kita semua menjadi orang yang abrir kepada kedua orangtua dan kepada anak-anak kita. []