Mubadalah.id – Hari ini dunia sangat membutuhkan lahirnya banyak ulama perempuan dengan seluruh makna keulamaanya. Kehadiran perempuan untuk menjadi setara dengan laki-laki dalam segala akses kehidupan di ruang domestik maupun publik, bukan dalam rangka untuk melawan laki-laki. Sama sekali tidak.
Ulama perempuan, kita butuhkan untuk bersama kaum laki-laki membangun negara dan bangsa ini demi terwujudnya cita-cita bersama yaitu keadilan, kemajuan dan kesejahteraan.
Ulama perempuan dibutuhkan untuk memberi makna-makna baru atas kehidupan yang berkeadilan dan berkemanusiaan. Bangunan relasi antara laki-laki dan perempuan adalah bangunan relasi kesalingan, resiprokal, tabadul, sebagaimana diajarkan teks-teks suci al-Qur’an. (Baca juga: Kritik Imam Al-Ghazali Atas Realitas Zamannya)
Abu Bakar al-Razi (w. 865 M), salah seorang pemikir besar Islam abad pertengahan menyatakan: “Tujuan tertinggi untuk apa kita Allah Swt ciptakan bukanlah kegembiraan atas kesenangan-kesenangan fisik. Akan tetapi pencapaian ilmu pengetahuan dan praktik keadilan”.
Benar sekali. Keadilan adalah kebajikan tertinggi. Keadilan adalah esensi dan pilar tegaknya kehidupan semesta ini. Maka bila kehidupan kita hari ini masih belum mau melihat dengan jujur bahwa perempuan memiliki potensi besar untuk mengubah dunia.
Namun, bila kita masih terus mengabaikan bahkan mengingkari fakta bahwa perempuan relatif setara dengan laki-laki, baik secara secara intelektual maupun spiritual. Dan bila kita menutup mata dan menolak eksistensi ulama perempuan, maka sesungguhnya kita sedang melakukan ketidakadilan. []