• Login
  • Register
Minggu, 1 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Buya Husein

Perempuan Berhak Menjadi Mujtahid

Nazirah, seperti para perempuan aktivis lainnya, bekerja dan berjuang membela kaumnya yang tertindas, terutama perempuan. Ia menggugat otoritas laki-laki dalam banyak hal, termasuk otoritas pengetahuan keagamaan. Cara pandang merendahkan dan diskriminatif para ahli tafsir ia kritik habis-habisan

KH. Husein Muhammad KH. Husein Muhammad
13/04/2023
in Kolom Buya Husein
0
Perempuan Mujtahid

Perempuan Mujtahid

575
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Baginya perempuan punya hak sebagaimana yang dimiliki laki-laki dan berhak menjadi apa saja. Perempuan juga berhak menjadi penafsir teks-teks suci, baik al-Qur’an maupun hadits Nabi. Perempuan berhak menjadi “mujtahid” (mujtahidah).

Mubadalah.id – Saya menemukan seorang perempuan ulama atau ulama perempuan sekaligus aktivis sosial politik. Namanya Nazirah Zainuddin. Lebih dari sebagai seorang aktivis, bagi saya ia adalah perempuan cendikia dan “Alimah”. Ia lahir di Aleppo, Irak (1908-1976) yang kemudian bermukim di Mesir.

Tidak sekedar itu, ia adalah salah seorang feminis terkemuka di dunia muslim. Namanya dapat disejajarkan dengan tokoh feminis Muslim Mesir lainnya seperti Malak Hifni Nashif, Aisyah Taimuriyah, Nabawiyah Musa, May Ziyadah dan Huda Sya’rawi, Rifa’ah al-Tahtawi, Mohammad Abduh, Qasim Amin dan Sa’ad Zaghlul, dan Tahir al-Haddad di Tunisia, untuk menyebut beberapa nama saja.

Nazirah, seperti para perempuan aktivis lainnya, bekerja dan berjuang membela kaumnya yang tertindas, terutama perempuan. Ia menggugat otoritas laki-laki dalam banyak hal, termasuk otoritas pengetahuan keagamaan. Cara pandang merendahkan dan diskriminatif para ahli tafsir ia kritik habis-habisan.

“Tuhan tak mungkin bersikap diskriminatif terhadap manusia”, katanya.

Baca Juga:

Mengenal Perbedaan Laki-laki dan Perempuan secara Kodrati

Menafsir Ulang Ajaran Al-Ḥayā’ di Tengah Maraknya Pelecehan Seksual

Etika Sosial Perempuan dalam Masa ‘Iddah

Refleksi Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab: Apakah Perempuan Tak Boleh Keluar Malam?

Baginya perempuan punya hak sebagaimana yang dimiliki laki-laki dan berhak menjadi apa saja. Perempuan juga berhak menjadi penafsir teks-teks suci, baik al-Qur’an maupun hadits Nabi. Perempuan berhak menjadi “mujtahid” (mujtahidah).

Buku Nazirah

Nazirah menulis dua buku untuk membicarakan persoalan ini; “Al-Sufur wa al-Hijab” dan “Al Fatat wa al-Syuyukh”. Secara literal “Al-Sufur” berarti tanpa kerudung, terbuka dan “al-Hijab” berarti pembatas atau tirai. Meski kemudian berkembang menjadi bermakna jilbab atau cadar. Sedangkan Al-Fatat wa al-Syuyukh, berarti perempuan muda dan orang-orang tua.

Dalam buku terakhir ini, Nazirah menyatakan bahwa perempuan mempunyai hak dalam menafsirkan al-Qur’an dan menulis fiqh. Katanya :

أجل إنه كما كان للمرأة أن تشترك فى الحكم الشرعي، أن لها الحق الصريح أن تشترك فى الاجتهاد الشرعي تفسيرا وتأويلا. بل إنها أولى من الرجل بتفسير الايات القائم فيها واجبها وحقها لأن صاحب الحق والواجب أهدى اليهما من غيره سبيلا.

“Tentu, jika perempuan punya hak untuk terlibat dalam hukum-hukum agama, dia juga berhak dalam berijtihad baik melalui cara tafsir (pemahaman eksoterik) maupun takwil (pemahaman esoterik). Bahkan perempuan lebih patut dan relevan untuk menafsirkan ayat-ayat yang terkait dengan hak dan kewajibannya, karena dia lebih mengerti tentang persoalan dirinya daripada orang lain”. (hlm. 179).

Buku Al Sufur wa al Hijab tulisan Nazhirah Zainuddin, adalah salah satu di antara buku yang perlu dibaca. Meskipun ia telah menjadi klasik, tetapi tetap saja relevan dengan situasi kini dan di sini kita. Ia dapat menjadi bekal pengetahuan para aktifis perempuan, terutama yang beragama Islam.

Ruh Perempuan

Melalui buku ini dia bekerja secara intelektual melakukan analisis kritis terhadap pandangan-pandangan konvensional tersebut. Nazirah, pada zamannya, perempuan paling menonjol sekaligus kontroversial, yang melakukan kajian tafsir feminis secara ilmiyah dan dengan perspektif dan ruh perempuan muslimah.

Hal menarik dari buku ini adalah bahwa Nazhirah melakukan debat dan polemik dengan sejumlah ulama besar Al-Azhar mengenai hal-hal yang ia kaji. Al-Azhar adalah Universitas Islam tertua, didirikan lebih dari satu millenium, dan dipandang sebagai sumber pengetahuan Islam paling otoritatif.

Kritik Nazhirah dalam buku ini cukup tajam, mengena, bahkan bisa menjadi sebagai mendekonstruksi pandangan keagamaan konservatif yang para ulama wakili pada saat itu dari universitas Islam terkemuka di dunia itu. Dia tampil dengan pikiran-pikiran yang berani dan membuat perseteruan dengan kaum ulama melalui argumen-argumen keagamaan yang sama, tetapi dengan interpretasi yang berbeda. []

Tags: berhakmenjadiMujtahidperempuan
KH. Husein Muhammad

KH. Husein Muhammad

KH Husein Muhammad adalah kyai yang aktif memperjuangkan keadilan gender dalam perspektif Islam dan salah satu pengasuh PP Dar al Tauhid Arjawinangun Cirebon.

Terkait Posts

Idulfitri

Khutbah Idulfitri: Mulai Kehidupan Baru di Bulan Syawal

31 Maret 2025
Tahun Baru 2025

Do’a Tahun Baru 2025

31 Desember 2024
Rabi'ah Al-'Adawiyah

Sufi Perempuan: Rabi’ah Al-‘Adawiyah

24 Desember 2024
Imam Al-Ghazali

Kritik Imam Al-Ghazali Atas Realitas Zamannya

20 September 2024
Idul Adha

Khutbah Idul Adha: Pesan-pesan Kemanusiaan Nabi

16 Juni 2024
Trilogi

Trilogi Islam

4 April 2024
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • IUD

    Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tren Mode Rambut Sukainah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pengalaman Kemanusiaan Perempuan dalam Film Cocote Tonggo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Para Perempuan Penguasa Kerajaan Wajo, Sulawesi Selatan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)
  • Tren Mode Rambut Sukainah
  • Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga
  • Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID